Wilmar Consultansy Services (WCS) terus berinovasi dalam pengembangan ERP perkebunan sebagai upaya mendukung kegiatan operasional di industri sawit.
Di era sistem informasi yang tengah berkembang dan digunakan di berbagai perusahaan, dan terbukti mampu memperlancar usaha serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas bisnis. Salah satunya menggunakan teknologi yang memanfaatkan sistem Enterprise Resource Planning (ERP).
Dengan sistem informasi yang terintegrasi yaitu sistem ERP yang dikemas dalam perangkat lunak (software) yang dapat diterapkan pada suatu organisasi atau perusahaan. Software ini disiapkan untuk meningkatkan dan mengintegrasikan proses-proses dalam internal perusahaan, seperti sistem sumber daya manusia, sistem keuangan, penjualan, produksi dan seterusnya.
Dari penelusuran informasi Redaksi Majalah Sawit Indonesia, sistem ERP adalah software yang mengintegrasikan proses perencanaan, manajemen, dan penggunaan seluruh sumber daya perusahaan. Dalam penerapannya di suatu organisasi mampu membantu perusahaan melakukan transformasi digital yang berdampak pada efektifitas dan efisiensi proses bisnis.
Lalu, apakah teknologi ERP bisa dimanfaatkan di industri sawit? Saat ini, industri sawit telah menyadari pentingnya teknologi informasi dalam mendukung operasional bisnisnya. Dan, memerlukan dukungan sistem informasi yang mampu mendorong perusahaan untuk lebih kompetitif dalam persaingan di bidang agribisnis (industri sawit).
Adalah Wilmar Consultancy Sercives (WCS) yang berhasil mengembangkan aplikasi ERP di perusahaan perkebunan sawit. William Teddy, Head Operation, Wilmar Consultancy Sercives (WCS), pihaknya sudah melakukan implementasi di 5 benua dan lebih dari 250 project. Dan, memiliki lebih dari 900 konsultan terutama ada di Indonesia, Malaysia dan China.
“Untuk mendukung industri sawit terutama di Indonesia, kami memiliki aplikasi yang dapat dan berfungsi membantu dan meningkatkan kebutuhan bisnis di industri kelapa sawit,” ujarnya dalam Seminar Planter Indonesia di Bandung, beberapa waktu lalu.
Selanjutnya, William mengatakan apabila (perusahaan perkebunan sawit) mempunyai sistem yang terintegrasi maka dampaknya akan dapat dirasakan.
“Mulai dari proses input data hingga menganalisa di level corporate. Sistem ERP memfasilitasi untuk menginput data berupa Transactional process/ proses transaksi. Ini adalah hal yang penting. Dengan adanya data yang sudah diinput (terkumpulkan) maka baru masuk pada proses berikutnya yaitu system innovation. System innovation bisa dilihat dengan adanya mekanisasi, drone, IoT dan lainnya,” lanjutnya.
Untuk mendukung operasional di industri sawit, WCS mengembangkan perangkat lunak yang diaplikasikan di sisi hulu hingga hilir. Pada koridor up stream, middle stream dan down stream.
Dikatakan William, solusi yang dilakukan WCS kurang lebih dimulai sejak 15 – 20 tahun lalu yaitu penjajagan di plantation. “Kami memilki solusi End-to-End di sisi Up Stream mulai dari Nursery, Land Clearing, replanting, manajemen SDM dan Checkroll. Karena di industri plantation membutuhkan labour (pekerja) untuk menghitung salary.
“Dari Up Stream (plantation) kemudian kita masuk ke Middle stream (Mill), dan ke Downstream (Refinery), di mana semuanya dapat terintegrasi untuk mendukung operasional back office (finance),” kata William.
Tidak hanya itu, selain mengembangkan perangkat lunak dengan sistem ERP, pasti membutuhkan proses digitalisasi yang terdiri dari aplikasi yang saling mendukung.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 140)