Tanah sehat adalah aset utama keberlanjutan bisnis sawit. Tetapi, sebagian besar perkebunan sawit di Indonesia menghadapi persoalan sama yaitu kerusakan tanah dan minim unsur hara. PT Mitra Sukses Agrindo memiliki solusi dan pendampingan yang tepat untuk kembali menyehatkan tanah.
Di awal tahun baru, Heri Dwi Basuki, Pendiri PT Mitra Sukses Agrindo, menyampaikan kekhawatirannya terhadap masa depan perkebunan sawit di Indonesia. Sebagai planter yang telah berkarir 25 tahun lamanya, pria asli Jawa Timur ini banyak menerima laporan dari rekan sejawat dan partnernya mengenai kondisi tanah di perkebunan sawit.
“Pada 2008, ketika mundur dari perusahaan sawit tempat saya bekerja, sudah muncul persoalan ganoderma dan ketidakseimbangan ekosistem mikroba di dalam tanah. Memang kala itu, Ganoderma menjadi persoalan utama di Sumatera Utara. Sedangkan planter di wilayah lain belum paham masalah (Ganoderma) tersebut,” jelas Heri.
Menurut Heri, dirinya dan tim MSA telah berpandangan jauh ke depan berkaitan kesehatan tanah supaya sawit sustainable. Aspek sustainable juga berkaitan dengan daya dukung tanah. Berpijak dari persoalan tersebut, PT MSA punya gagasan dan solusi produk untuk memitigasi laju degradasi lahan yang semakin berat.
Produk pertama yang dibuat adalah NOGAN. NOGAN adalah biofungisida yang berbasis Trichoderma selektif dan sudah teruji mampu mengendalikan Ganoderma. Trichoderma selektif tersebut adalah Trichoderma harzianum, Trichoderma pseudokoningii dan Trichoderma viride. Produk ini telah mengantongi izin Kementan RI dengan no RI.01020120124308 dan Patent No D002011002534.
Ada sejumlah keunggulan NOGAN yang berbeda dengan produk berbahan aktif Trichoderma. Dari segi aplikasi, produk ini berbentuk powder yang mudah disebar tanpa merubah budaya kerja kebun, membuat tanaman menjadi lebih vigor (tanaman kuat dan sehat), dan mampu meningkatkan populasi Trichoderma sebagai musuh alami Ganoderma di zona perakaran sawit dengan sangat cepat.
Kelebihan NOGAN terdapat kandungan bahan pembawa/carrier yang terseleksi dan aman dalam penyimpanan dan transportasi serta tidak mengundang tikus dan babi di lapangan. Selain itu, produk ini mengandung Induser chitin yang mampu merangsang Trichoderma menghasilkan enzyme chitinase yang dapat menghancurkan dinding sel Ganoderma yang terbuat dari senyawa chitin dengan sangat efektif.
Heri DB mengungkapkan sebagai musuh alami Ganoderma, Trichoderma sudah seharusnya hadir dalam tanah dalam jumlah populasi yang cukup. Apabila kondisi ekosistem berada pada keseimbangan alamiah maka pergerakan Ganoderma dalam tanah dapat dikendalikan oleh Trichoderma.
Selanjutnya PT Mitra Sukses Agrindo juga memiliki solusi dalam memperkaya bahan organik tanah dari janjang kosong sawit. Solusi ini dikemas dalam produk bernama EB.DEC® a atau Empty Bunch Decomposer. Produk ini berbasis fungi yang membantu proses pengomposan secara cepat. Produk ini dirancang khusus untuk membantu pengomposan jangkos sawit. aplikasinya sangat mudah di mana pekebun cukup menaburkan dekomposer di atas tumpukan jangkos dan tidak perlu diaduk seperti dekomposer berbasis bakteri. Selanjutnya disiram dan ditutup terpal, maka dalam waktu 5-7 minggu, kompos sudah jadi dan matang yang selanjutnya tinggal disebar ke kebun.
“Proses pengomposan dengan EB.DEC® apabila setengah fermentasi sangat disukai cacing tanah. Bahwa cacing berkontribusi besar kepada kesuburan lahan. Pengetahuan ini harus kita sampaikan kepada pelaku industri sawit. EB.DEC® ini juga membantu perusahaan sawit mengendalikan kumbang badak yang sering kali memakai janjang kosong sebagai sarangnya,” kata Heri DB.
Inovasi selanjutnya adalah Lumbrico Plus dahulu bernama Vermibio Plus. Produk ini dihasilkan PT MSA sebagai upaya mengajak pelaku sawit menuju Go Organik. Heri DB menjelaskan Lumbrico Plus ini merupakan pupuk organik berbasis sekresi cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang mengandung mikroba dan nutrisi bermanfaat serta bioaktivator yang mampu mengaktivasi ketersediaan hara secara cepat.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 147)