“Dibalik tanaman tak terkecuali tanaman kelapa sawit yang dibudidaya yang sehat dan berproduktivitas tinggi terdapat akar yang sehat,” pesan John Travo lSurtijo, General Manager, PT Myco Agro Lestari.
Pesan itu disampaikan melalui keterangan tertulis yang diterima tim redaksi Majalah Sawit Indonesia beberapa waktu lalu. Pesan tersebut disampaikan sebagai pengingat kepada para pembudidaya tanaman kelapa sawit yang saat ini tengah menghadapi tantangan yakni serangan Ganoderma.
Seperti diketahui, Ganoderma merupakan penyakit yang ada di tanaman kelapa sawit. Jamur ini bagian dari tanaman kelapa sawit terutama pangkal batang, yang menyebabkan busuk dan menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit. Jika serangan penyakit ini (red-jamur ganoderma sp) tidak segera dikendalikan akan berdampak buruk bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit, dari sisi ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi petani kelapa sawit untuk mengenal lebih dini gejala awal penyakit ini agar dapat menerapkan berbagai tindakan pencegahan dan penanggulangan yang tepat.
Bagaimana pencegahan yang efektif? Salah satunya dengan memberikan imunisasi pada tanaman kelapa sawit, melalui akar dengan pupuk fungi MIKORIZA. Langkah dan upaya ini dinilai cukup baik, karena pengaplikasiannya melalui akar.
Dari informasi yang ada, akar adalah organ tumbuhan yang berperan penting dalam menahan berdirinya tumbuhan, dan menyerap air serta nutrisi kedalam tubuh tumbuhan, yang memungkinkannya tumbuh lebih tinggi dan cepat.
John Travol Surtijo menjelaskan untuk pencegahan Ganoderma sangat efektif dengan pemberian pupuk fungi MIKORIZA pada tanamanan kelapa sawit sejak dini. Saat tahap pembibitan telah diberikan produk (pupuk) fungi MIKORIZA.
“Pemberian pupuk fungi MIKORIZA sebagai langkah imunisasi tanaman kelapa sawit. Seperti halnya pemberian imunisasi pada anak-anak, supaya tumbuh sehat dan kebal terhadap berbagai kemungkinan serangan penyakit. Hal itulah yang seharusnya dilakukan oleh para pekebun untuk menciptakan tanaman yang sehat sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi,” jelasnya, melalui keterangan tertulis
“Pemberian MYCOVIR pada saat nursery (saat memindahkan bibit dari pre nursery kedalam polybag main nursery) dan saat trans planting kelahan (saat memindahkan bibit dari main nursery kelahan perkebunan),” tambah John.
Pemberian MYCOVIR pada pembibitan sangatlah penting karena MYCOVIR hidup bersimbiosis mutualisme (saling menguntungkan) dengan akar tanaman. MYCOVIR mendapatkan energi dari eksudat yang dihasilkan akar sehingga jamur lain yang berbahaya tidak dapat lagi hidup dan sebagai tempat melengkapi daur hidupnya.
Dengan begitu tanaman kelapa sawit yang sudah mendapat MYCOVIR dapat meningkatkan ketahanan terhadap patogen akar. Sehingga akar yang bersimbiosis dengan MYCOVIR akan meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen yang salah satunya adalah serangan Ganoderma. Jadi setelah sawit terinfeksi MYCOVIR maka akan terjaga dari serangan Ganoderma.
Diketahui, MYCOVIR merupakan salah satu produk pupuk hayati fungi MIKORIZA yang diproduksi oleh PT. Myco Agro Lestari. Bahkan, perusahaan pupuk ini sebagai salah satu produsen perintis produk Mikoriza buatan Indonesia.
Dijelaskan, John, bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit baik pekebun rakyat maupun perusahaan, akan mendapatkan nilai saat menggunakan pupuk MYCOVIR.
“Selain meningkatkan ketahanan terhadap Ganoderma, pemberian MYCOVIR mempunyai banyak manfaat lain membantu mengatasi masalah ketersediaan fosfat melalui dua cara, pengaruh langsung melalui jalinan hifa eksternal yang diproduksinya secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air dan pengaruh tidak langsung,” jelasnya.
John Travol menjelaskan bahwa mikoriza dapat memodifikasi fisiologis akar sehingga dapat mengeksresikan asam-asam organik dan fosfat aseke dalam tanah. Fosfat ase merupakan suatu enzim yang dapat mamacu proses mineralisasi fosfat organik dengan mengkatalisis pelepasan fosfat dari kompleks organik menjadi kompleks anorganik.
“Sawit yang telah‘ terinfeksi’ MYCOVIR mempunyai daya tahan terhadap kekeringan. Akar memiliki kesulitan dalam mengambil air apa bila rongga-rongga tanah lebih kecil dari pada diameter akar. Namun, berbeda pada tanaman yang ber MYCOVIR dapat melakukan pengambilan air yang lebih baik karena hifa masih dapat bekerja untuk mengambil air di rongga tersebut. Hifa itu sendiri berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan akar dengan lengas tanah, sehingga aliran air keakar dapat terpelihara,” lanjutnya.
Selain memproduksi pupuk hayati MIKORIZA dengan merek MYCOVIR, PT Myco Agro Lestari terus berinovasi dengan mengembangkan produk terbaru dalam mendukung sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Dalam upaya mendukung program sawit hijau, Lestari dan pengurangan emisi karbon dan methan PT. Myco Agro Lestari akan memproduksi MYCOVIR PLUS.
“Pupuk inovatif dengan formula fungi mikoriza yang diperkaya nutrisi dan mampu menyerap karbon lebih banyak sehingga dapat mengurangi emisi bahan bakar fosil global tahunan. Saat ini masih dalam uji laboratorium, kita Tunggu saja tanggal mainnya,” terang John masih dalam keterangan tertulis.
“Untuk mempertahankan kualitas produk hingga saat ini, kami menerapakan prosedur yang ketat untuk kontrol produk. Dengan Quality Control (QC) yang ketat dalam pemilihan bahan baku, proses pembuatan dan penambah baikkan dalam setiap proses,” tambahnya.
Tidak hanya memproduksi pupuk hayati Mikoriza, PT Myco Agro Lestari juga memiliki layanan purna jual untuk konsumen. Salah satunya dengan melakukan kunjungan rutin kekonsumen yang menggunakan MYCOVIR.
“Layanan tersebut untuk memastikan tingkat infeksi dari MYCOVIR dibandingkan dengan infeksi Ganoderma. Pengambilan sampel tanah dan akar diperiksa di Lab Mycovir dan diinformasikan ke pelanggan untuk rekomendasi selanjutnya,” jelas John.
Bahkan, produk (pupuk) yang diproduksi sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan pelaku usaha perkebunan kelapa sawit memilih pupuk hayati mikoriza.
Diungkapkan John, dari hasil studi oleh perusahaan sawit terkemuka di Indonesia dan Malaysia selama tiga tahun dan saat ini masih berlanjut untuk aspek lainnya.
“Menunjukkan bahwa produk kami MYCOVIR merupakan produk Mikoriza dengan tingkat infeksi tertinggi dan tercepat dengan rata-rata lebih dari 90 persen. Artinya fungi Mikoriza yang ada dalam MYCOVIR paling Jagur, cepat menginfeksi, berkembang biak dalam akar dan cepat dalam memproteksi sawit dari serangan Ganoderma dibanding empat produk serupa merek lainnya. Jadi tidak semua produk Mikoriza, fungi Mikoriza yang ada didalamnya bisa menginfeksi secepat dan sebanyak MYCOVIR. Ini menjadi keunggulan produk kami dibanding produk lain,” ungkapnya.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 148)