FAW Trucks dapat diandalkan menembus berbagai medan dan lahan perkebunan kelapa sawit. Banyak nilai tambah dengan harga unit lebih terjangkau
Pengangkutan buah sawit atau lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS) membutuhkan kendaraan yang dapat menyesuaikan kondisi jalan di perkebunan kelapa sawit. Pasalnya, tidak sedikit jalanan di kebun sawit masih tanah dan berlumpur saat musim hujan.
Lalu, kendaraan yang seperti apa yang cocok untuk mengangkut TBS di kondisi kebun dengan jalan tanah dan berlumpur? Agar dalam pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS) bisa lebih cepat sampai supaya kualitas TBS tidak menurun.
Seperti diketahui, jarak tempuh kebun ke PKS membutuhkan waktu yang relative lama tergantung jarak dan kondisi jalan. Maka, jika tidak didukung kendaraan (red-truk) yang dapat menyesuaikan kondisi jalan. Akan berdampak pada kualitas TBS, dan menurunkan kualitas minyak mentah sawit atau Crude Palm Oil (CPO).
Kini, pelaku usaha perkebunan kelapa sawit baik petani atau perusahaan memiliki pilihan dalam memilih unit kendaraan truk untuk mendukung operasional panen (mengangkut TBS). Kendaraan truk pabrikan dari Tiongkok dengan merek FAW memiliki produk yang sangat cocok beroperasi di perkebunan kelapa sawit dengan segala medan.
Saat ini, unit FAW di Indonesia hanya dipasarkan oleh PT Gaya Makmur Mobil (GMM) sebagai agen resmi yang dipercaya oleh FAW Trucks (Tiongkok) dalam mendistribusikan produknya. Dari informasi yang didapat oleh redaksi Majalah Sawit Indonesia, GMM telah memasarkan unit-unit FAW sejak 2005 lalu.
Direktur Utama PT Gaya Makmur Mobil Frankie S. Makaminang menyampaikan pihaknya sejak 2005 telah memasarkan unit-unit FAW di tiga segmen sektor yaitu perkebunan, konstruksi dan tambang. Untuk sektor perkebunan, tak terkecuali perkebunan kelapa sawit, GMM mempunyai tiga produk (unit) yaitu Type DD 140 Chasis Cargo (4×4) dan DD 140 Dump Truck (4×4). Dan, ada lagi Safe Loader dengan tenaga 290 HP tetapi bentuknya 6×4.
“Sebenarnya unit ini (4×4) tidak hanya digunakan di industri sawit, tetapi untuk sektor industri sawit digunakan untuk Dump Truck untuk mengangkut TBS,” katanya, saat ditemui di kantornya, pada akhir Januari lalu.
Lebih lanjut, Frankie mengatakan unit DD 140 DT (4×4), original pabrikan bukan hasil upgrade-an sehingga dari sisi tenaga (torsinya) sangat baik. Akan dengan mudah melewati medan berat. Sedangkan di perkebunan sawit tak jarang jalanan berlumpur. Unit FAW 4×4, akan beroperasi maksimal di perkebunan kelapa sawit.
“Berbeda dengan produk kompetitor, unitnya hasil modifikasi 4×2 di-upgrade menjadi 4×4. Untuk unit modifiksasi biasanya akan mengalami masalah setelah 1 tahun beroperasi. Sebab, unit modifikasi berbeda dengan unit pabrikan” lanjutnya.
Selain itu, unit FAW 4×4 tidak hanya dibuat untuk Dump Truck melainkan untuk kendaraan pengangkut orang di kebun, bisa juga digunakan untuk service truck dan fuel truck yang dapat mendukung kegiatan di perkebunan kelapa sawit.
“Selain menggunakan type 4×4, sektor perkebunan kelapa sawit juga menggunakan Tractor Head type 4×2 dengan tenaga 290 HP, biasanya untuk menarik trailer (tractor head),” tambah Frankie.
Dengan pengalaman memasarkan unit-unit truk di tiga sektor utama yakni perkebunan, konstruksi dan tambang, pihak GMM sangat memahami kebutuhan truk yang dibutuhkan konsumen pada tiga sektor tersebut.
Dikatakan Frankie untuk sektor sawit, pihak GMM menyarankan memilih unit FAW type 4×4. Jika ingin digunakan untuk Dump Truck bisa menggunakan sistem Amrol, jadi satu chassis bisa digunakan untuk beberapa bak.
“Konsep ini sudah banyak digunakan di luar negeri, jadi sangat efektif dalam pengoperasionalan unit. Karena satu bodi (chassis) bisa digunakan untuk beberapa bak. Jadi, di sektor perkebunan sawit, konsep kendaraan truk dengan sistem Amrol, akan lebih efektif dalam mengangkut TBS,” katanya.
“Bagi kamitidak masalah penjualan unit sedikit, tetapi kami memberikan informasi/edukasi bahwa di luar negeri sudah menggunakan konsep/sistem seperti itu. Jadi pelaku usaha bisa lebih efisien dalam pengoperasionalan unit tetapi bekerja secara optimal,” imbuh Frankie.
Selain dapat bekerja secara optimal di segala medan di perkebunan kelapa sawit, konsumen akan mendapatkan nilai tambah ketika menggunakan unit FAW khususnya type DD 140 DT (4×4) dan penggerak lainnya dengan 4×2 dan 6×4.
Nilai tambah dan layanan purna jual
Bagi perusahaan (konsumen) akan bisa menghemat 20 – 50% karena dari sisi tenaga lebih kuat, maka akan lebih banyak kapasitas muatan. Tentu dengan muatan lebih banyak maka income akan lebih. Itu salah satu nilai tambah karena tenaganya lebih kuat.
Dijelaskan, Frankie, driver (sopir) hanya menginjak pedal gas sedikit tenaganya langsung naik. Berbeda dengan unit dari competitor di kelasa yang sama, sopir harus menginjak gas lebih lama, baru bisa memposisikan torsi yang sama dengan unit FAW.
“Efeknya bagaimana, kalau menginjak pedal gas sedikit tetap kurva torsinya sudah naik, tentu fuel consumption akan lebih irit,” jelasnya.
Nilai tambah selanjutnya adalah harga lebih kompetitif. Itu salah satu upaya kami untuk terus mengenalkan Truk produk China kepada para pelaku usaha di Indonesia di tiga bidang yaitu perkebunan, konstruksi dan tambang.
“Bahwa, masih ada mindset produk China kurang baik dibanding produk Jepang, itu dulu. Sekarang produk China juga sudah bagus dan banyak diminati konsumen bahkan di luar negeri.Dan, yang lebih penting untuk diketahui, sparepart, mekanik dan trainer FAW sudah tersedia di Indonesia,” imbuh Frankie.
Untuk mendukung populasi dan operasional unit yang sudah tersebar di berbagai pulau, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Indonesia timur. Pihak GMM telah menyediakan networking yang sudah tersebar dari Aceh hingga Sorong.
Hal lainnya, untuk menjaga unit truk agar tetap beroperasional optimal dan berpormance baik, pihak GMM memberikan tips. Secara ideal, unit FAW sudah setara dengan truk ini produk Eropa bisa secara optimal selama lima tahun.
“Namun, preventif maintenance juga harus dilakukan secara benar sesuai jadwal/periodik dan menggunakan sparepart dan oli yang telah direkomendasikan. Disamping itu, unit juga harus dioperasikan dengan benar,” urai Frankie.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 148)