Hasril Hasan Siregar tersenyum sumringah saat melihat dua Toyota Innova melewati pintu gerbang kantor Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), di Medan, Sumatera Utara. Orang nomor satu di PPKS ini bersyukur kendaraan berbahan bakar biodiesel campuran 50% atau B50 ini dapat menempuh jarak sekira 5.000 km, dari Medan ke Jakarta lalu kembali ke Medan.
Hasril menceritakan riset ini berawal dari permintaan Prof. Dr. M. Syakir selaku Komisaris Holding PTPN supaya PPKS memulai riset kendaraan berbahan bakar biodiesel B50. Karena program B20 direncanakan naik menjadi B30 pada tahun ini. Itu sebabnya, tim riset PPKS berinisiatif membuat penelitian uji jalan (road test) kendaraan B50
“Persiapan riset B50 terbilang singkat kurang dari dua bulan. Namun, peneliti kami semangat untuk menjawab permintaan riset (B50) ini,” kata Hasril Siregar, Direktur PPKS.
Program road test biodiesel B50 mendapatkan dukungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian RI dan Holding PT. Perkebunan Nusantara (Holding PTPN). Tim Road Test B50 PPKS dipimpin oleh Dr. Muhamad Ansori Nasution bersama peneliti lainnya yaitu Dr. Suroso Rahutomo, Dr. Erwinsyah, dan Dr Tjahjono Herawan.
Riset ini direncanakan menempuh jarak sampai 30.000 km. Akan tetapi tahap pertama uji jalan mencapai 5.000 km. Kendaraan B50 memulai perjalanannya pada 25 Januari 2019 dari Medan ke Jakarta. Muhamad Ansori menjelaskan bahwa uji jalan kendaraan B50 menggunakan dua mobil Toyota Innova diesel keluaran tahun 2018. Peneliti menggunakan mobil uji dan mobil kontrol sebagai metode penelitian.
Dalam Laporan Sementara B50 Road Test Medan-Jakarta PP disebutkan mobil uji menggunakan bahan bakar dengan komposisi bauran biodiesel sejumlah 50 persen (B50), spedometer sebelum pengujian menunjukkan angka 74 km. Sedangkan, mobil Kontrol menggunakan bahan bakar diesel komersil yang diperoleh dari SPBU Pertamina, odometer sebelum pengujian menunjukkan angka 3855 km. Sebelum road test dimulai, kedua mobil diperlakukan sama.
Pasokan biodiesel berasal dari pilot plant pabrik biodiesel PPKS kapasitas 3 ton/hari. Produk biodesel PPKS sudah sesuai standar SNI 2015. Laporan menyebutkan pula pencampuran B50 memperhitungkan komposisi biodiesel komersil yang diperoleh dari SPBU Pertamina (B20). Untuk 100 L B50, diperlukan 62.5 L biodiesel komersil (B20) yang dicampur dengan 37.5 L biodiesel produksi PPKS (B100). Pencampuran dilakukan di tanki mobil.
Data yang dikumpulkan terdiri dari (i) tekanan injector dan kondisi filter sebelum /sesudah road test, (ii) konsumsi bahan bakar, (iii) emisi gas buang setiap 500 km, dan (iv) dyno test.
Titik awal keberangakatan B50 Road Test berlokasi di kantor PPKS, Medan, Sumatera Utara. Start dimulai 25 Januari menempuh rute lintas timur (Medan – Bagan Batu – Sorek – Palembang – Jakarta). Kendaraan tiba di Jakarta 28 Januari 2019, dan selama tiga hari dikendarai di seputaran Bogor – Jakarta serta menjalani menjalani dyno test tahap I. Pada 31 Januari 2019 kendaraan meninggalkan Jakarta menuju Medan.
“Saat di perjalanan, kami berjumpa dengan masyarakat ataupun petani sawit. Mereka banyak bertanya dan meminta informasi terkait program B50. Ini sekaligus sosialisasi juga,” kata Ansori lulusan S-3 Tsukuba University.
Ketika tiba di Pekanbaru, rombongan uji jalan kendaraan B50 singgah di sekretariat DPW APKASINDO Riau di Jl. Arifin Ahmad. Mereka diterima oleh pengurus asosiasi petani sawit antara lain Gulat Manurung (Ketua DPW APKASINDO Riau), Rino Afrino (Sekjen DPP APKASINDO), dan Tolen Ketaren (Ketua Umum SAMADE).
“Apkasindo sangat mengapresiasi terobosan B50 ini. Dengan B50, kuota ekspor CPO Indonesia akan berkurang jauh artinya CPO Indonesia tidak tergantung kepada negara pembeli,” jelas Gulat Manurung saat itu.
Setibanya di Jakarta, kendaraan uji B50 berkunjung ke kantor Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan serta ke kantor GAPKI pusat. Menko Luhut menyambut baik kegiatan riset B50 yang dikembangkan PPKS. Karena, penggunaan B50 dapat menekan impor BBM.
“Kalian dapat bekerjasama dengan ITB yang sudah mengembangkan katalis,” ujar Luhut kepada Ansori Nasution dan timnya pada akhir Januari 2019.
Luhut mengatakan pemerintah akan menjalankan program Green Diesel dalam kurun waktu 2 tahun. Tahap awal green diesel akan dipakai untuk avtur dan bensin. “Green diesel ini lebih enviromental. Bensin dengan green diesel ini tidak masalah,” jelasnya.
Menurut Luhut, dalam jangka menengah produksi Green Diesel bisa 10 juta ton yang dilakukan bertahap mulai 2 juta-3 juta ton dulu. Penerapan Green Diesel dapat menekan angka impor bahan bakar yang selama ini tinggi. Dengan berkurangnya impor BBM maka defisit transaksi berjalan dapat ditekan.
“Penggunaan green diesel menjadikan harga minyak sawit kompetitif. Harga juga tidak akan didikte negara lain. Sesuai keinginan Presiden harga sawit bisa dinikmati petani,” ungkap Luhut.
Hasil riset sementara
Ansori menjelaskan bahwa B50 Road Test 2019 merupakan lanjutan penelitian biodiesel sebelumnya. Penelitian biodiesel PPKS telah dimulai pada 1990. Program road test kendaran B10 dimulai dari Medan-Jakarta PP untuk kendaraan niaga dan penumpang pada 2004. Selanjutnya road test B10 Medan-Jakarta PP menggunakan Innova tipe terbaru pada 2005. Pada 2007, road test biodiesel B10 dijalankan bagi kendaraan penumpang dengan teknologi mesin lebih modern dan hasil yang cukup memuaskan juga.
Program uji jalan B50 tahap pertama ini telah memperoleh hasil sementara. Dalam laporan per 31 Januari 2019, Tim B50 Road Test 2019 menjelaskan bahwa hasil sementara menunjukkan bahwa penggunaan B50 dan B20 menghasilkan data konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang berbeda.