Saat ini, banyak petani sawit menjatuhkan pilihan kepada benih sawit Topaz yang diproduksi Asian Agri melalui OPRS Topaz (PT Tunggal Yunus Estate). Selain kualitasnya lebih unggul, pola pendampingan intensif kepada petani sangat membantu untuk mencapai hasil produksi yang maksimal.
Sekjen Asosiasi Petapahan Maju Bersama, Maskom Damanik menceritakan pengalamannya mencari informasi berkaitan benih sawit Topaz dari sesama petani kelapa sawit mulai dari mencari lokasi kantor dari Oil Palm Research Station (OPRS) Topaz hingga lokasi pembibitannya. Kedatangannya disambut baik dengan diberikan brosur potensi produksi Topaz dan diajak ke lapangan untuk melihat langsung kegiatan pembibitan benih Topaz ini.
“Pada 2008 di Petapahan, saya yang pertama kali menanam bibit Topaz. Pihak Asian Agri selalu memonitor penanaman dan perawatan dari bibit Topaz yang kami tanam. Dengan melihat kondisi tanaman Topaz yang kami tanam membuat Petani Petapahan tertarik dengan bibit Topaz. Ketertarikan Petani Petapahan akan bibit Topaz membangun sebuah komunikasi dan menghasilkan sebuah kerjasama mutual dengan pihak perusahaan Asian Agri pada tahun 2014,” jelasnya melalui keterangan tertulis yang terima Redaksi Majalah Sawit Indonesia beberapa waktu lalu.
Diakui Damanik, Asian Agri sangat membantu petani supaya dapat memperoleh hasil maksimal dalam penggunaan benih sawit Topaz. Pola pendampingan intensif dilakukan secara langsung melalui Mandor, Asisten Kebun, Asisten Kepala dan Manager. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan juga produktivitas lahan sawit kami.
“Dengan menggunakan bibit Topaz, kami pun merasakan dampak positif dari sisi produksi dan kesejahteraan. Dari segi produktivitasnya, pada 2016 memasuki tahun ketiga panen sudah mencapai 38 ton/ ha/ tahun. Dengan produksi tinggi ini, kami mengikuti lomba produktivitas yang diselenggarakan GAPKI pada 2018. Kelompok tani kami meraih juara pertama se-Indonesia dalam hal produktivitas. Penyerahan penghargaan dilakukan di IPOC, Bali dalam kategori Lomba Produktivitas Kebun,” lanjutnya.
Di tahun selanjutnya, Asosiasi Petapahan Maju Bersama kembali meraih juara. “Pada 2019, kami kembali ikutserta dalam lomba produktivitas kebun dari GAPKI, kami pun kembali meraih juara 1 tingkat nasional, acaranya diadakan di Nusa Dua, Bali,” imbuh Damanik dengan bangga.
Menurutnya, keuntungan menggunakan bibit Topaz. Selain menghasilkan buah yang prima, keuntungan lain petani selalu didampingi dan dimonitor untuk memastikan apa yang dilakukan sesuai dengan standar kebun inti perusahaan agar tanaman dapat menghasilkan buah dengan kualitas prima.
“Perusahaan juga membantu kami dalam perbaikan jalan, pengadaan dan penggunaan pupuk dengan dosis yang tepat serta mengajarkan bagaimana kita bisa menggunakan predator alami untuk memberantas hama di kebun seperti salah satunya dengan menggunakan burung hantu (Tyto Alba) untuk memberantas hama tikus. Tidak hanya itu TBS kami juga langsung diterima oleh pabrik Asian Agri, dan harga yang diberikan juga lebih tinggi dari TBS yang dihasilkan oleh non Topaz,” tambah Damanik.
Karena mendapatkan pendampingan dan pengawasan selama berproses. “Kami tidak pernah merasa ada kendala karena setiap ada kendala kami dapat langsung menanyakannya kepada pihak Asian Agri dan secara langsung mereka memberikan kami solusi atas hambatan yang kami hadapi,” pungkas Damanik yang sejak 2014 menjadi mitra AsianAgri.
Keunggulan bibit Topaz juga disampaikan petani sawit lain. Yang diutarakan Hasbi Nasution, petani swadaya mitra Asian Agri. Menurut pengakuannya, mengetahui mengenai bibit Topaz dari para orang tua di Petapahan yang sudah menggunakan bibit Topaz sejak 2006. Hingga kemudian, pada 2009, saya memutuskan menanam bibit Topaz di lahan saya yang berada di Tapung.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 130)