JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pengusaha kapal laut yang tergabung dalam Indonesian National Shipowners Association (INSA) siap menjalankan program mandatori bahan bakar solar campuran biodiesel 20 persen (B20). Program ini membantu pengusaha lebih hemat dan memberikan dampak positif bagi lingkungan.
“Anggota (INSA) mendukung program B20 karena memberikan banyak manfaat bagi bisnis kami,” ujar Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Johnson W Sutjipto di Jakarta, Rabu (14 November 2018).
Dukungan INSA terhadap program biodiesel sudah berjalan semenjak lama. Menurut Johnson, proses pencampuran solar dengan biodiesel bukan hal baru bagi industri kapal. Anggota INSA yang dipimpinnya telah menggunakan B20. B50, dan B70.
Ia menepis klaim sejumlah pengusaha kapal yang meminta pemakaian biodiesel ditunda. Dengan alasan biodiesel dapat merusak mesin kapal. “Tidak benar jika dibilang menggunakan B20 akan merusak kapal. Malahan, biaya operasional lebih efisien” jelasnya.
Menurutnya tahap awal penggunaan B20 biasanya harus membersihkan filter karena terdapat menimbulkan residu. Dengan menggunakan B20, residu di tanki hilang dan masuk ke filter. “Tinggal dibersihkan saja. Habis itu jalan normal lagi,” katanya.
Johnson mengatakan penggunaan B20 untuk kapal laut merupakan program pemerintah dan perlu didukung. Karena pemakaian biodiesel B20, maka ketergantungan BBM fosil akan berkurang. Dengan mengurangi impor BBM secara tak langsung memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia karena bisa menekan defisit neraca perdagangan. Berdasarkan hitungan pemerintah, program ini bisa menghemat devisa 5,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 81 triliun dengan kurs Rp 14.795.
INSA telah mensosialisasikan B20 kepada anggotanya dan produsen mesin kapal mengenai kebijakan pemerintah. Tujuannya, agar mereka bisa membuat mesin yang sesuai dengan kebutuhan.
Saat ini, sudah dua produsen mesin yang membalas surat. Yaitu, Trakindo.Utama yang merupakan-AgenTunggal Pemegang Merek (ATPM) Cartepillar dan Niigata Power System. “Kami meminta anggota untuk memperhatikan semua rekomendasi engine maker dan memperbaharui Standard Maintenance Procedure (SMP) agar sesuai dengan B20,” paparnya.
INSA juga mengapresiasi pemerintah yang telah memangkas proses distribusi bahan baku biodiesel Fatty Acid Methyl Ester (Fame) dengan mengurangi titik penyaluran dari 86 Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) menjadi 11 per 1 Januari 2019.
“Dengan pemangkasan jalur distribusi ini, akan meningkatkan efisiensi biaya maupun waktu kapal dalam mengangkut FAME ke titik pelabuhan tujuan,”ujarnya.
Mengenai penolakan sejumlah pengusaha kapal dalam penggunaan B20 yang dikirim INSA versi Carmelita . Johnson menegaskan mereka bukan INSA. “INSA cuma satu, kami. Cek di Kementerian Hukum dan HAM yang menggunakan nama INSA cuma kami. Jadi mereka tidak mewakili para pengusaha kapal,” tegas Johnson.
Menurut dia, surat yang dipakai mereka juga tidak memiliki dasar kuat. “Alasan mereka menolak dengan membandingkan kapal laut dengan kapal perang tidak masuk akal. Kapal anggota saja tidak ada yang bermasalah menggunakan campuran biodiesel,” cetusnya.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyatakan tidak ada pengecualian falam program B20 karena semua sektor wajib pakai. Kapal laut milik TNI dan truk besar pengangkut barang bahkan telah menggunakan B20 sebagai bahan bakar.