Cargill menegaskan kembali komitmen perusahaan terhadap produksi minyak sawit berkelanjutan melalui dukungan pendanaan sebesar Rp 49 miliar (US$ 3,5 juta) untuk program konservasi hutan di Desa Nanga Lauk, Kalimantan Barat, selama 25 tahun ke depan.
Dana tersebut akan dikelola melalui Mekanisme Konservasi Komoditas Berkelanjutan atau Sustainable Commodities Conservation Mechanism (SCCM) bersama dengan Lestari Capital, dan mitra implementasinya, People Resources and Conservation Foundation (PRCF) Indonesia.
Program Hutan Desa Nanga Lauk yang berlokasi di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, terdiri atas Hutan Desa dan Hutan Produksi Terbatas. Hutan Desa mencakup total 1.430 hektar termasuk hutan rawa gambut, tanah rawa dan danau. Sedangkan Hutan Produksi Terbatas mencakup hutan rawa gambut seluas 9.169 hektar dan kawasan hutan yang berdekatan dengan aliran sungai dan danau. Baik Hutan Desa dan Hutan Produksi Terbatas Nanga Lauk mendukung kehidupan sekitar 700 penduduk di 197 rumah tangga.
Selama beberapa generasi, kawasan hutan ini telah menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat melalui kegiatan menangkap ikan, bercocok tanam, dan memanen hasil hutan seperti madu. Hutan dan aliran air di sekitarnya juga merupakan sumber air, bahan bakar, bahan bangunan, dan obat tradisional.
Rusman, tokoh masyarakat Desa Nanga Lauk, menceritakan sudah tinggal selama beberapa generasi. Hutan dan sungai telah memberikan manfaat bagi kami dengan menyediakan sarana untuk hidup dan tumbuh. Demi generasi yang akan datang – anak cucu kami – kami perlu memastikan bahwa kami terus melindungi hutan kami. Hal ini merupakan satu-satunya cara agar kami dapat terus mendapatkan manfaat dari ekosistem dan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
“Kami menyambut baik program pengelolaan hutan berkelanjutan ini karena akan membantu masyarakat sekitar mencari nafkah sekaligus memberikan kontribusi kembali ke hutan yang kami sebut rumah kami,” jelas Rusman.
Nanga Lauk diharapkan menjadi contoh bagi program-program konservasi berkualitas tinggi yang memiliki manfaat jangka panjang. Program hutan desa memungkinkan anggota masyarakat untuk melindungi dan mengelola hutan serta memperoleh penghasilan dari pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Program ini juga membantu masyarakat meningkatkan mata pencaharian melalui pelatihan di berbagai bidang seperti patroli hutan, keterampilan bisnis, pemasaran dan pengembangan bisnis, pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam seperti rotan, bambu dan madu liar, serta ekowisata.
Sebagai informasi, Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu memiliki hutan yang masih terjaga baik. Hutan yang masih lestari dengan kekayaan yang dimilikinya menjadi daya tarik besar bagi orang luar untuk mengeksploitasinya. Agar tidak terjadi upaya eksploitasi ini, Pemerintahan Desa Nanga Lauk difasilitasi Yayasan PRCF Indonesia telah membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu. Lembaga inilah yang selalu aktif menjaga hutan desa di Nanga Lauk.
Sejak ditandatanganinya MoU antara perusahaan Cargill dan perusahaan Lestari Capital untuk mendukung program konservasi hutan di hutan desa Nanga Lauk, tantangan pembiayaan tersebut sudah mulai dapat teratasi. Proses pendampingan ini akan memperkuat LPHD hingga di kemudian hari bisa mengambil alih kemampuan untuk mengelola hutan desa yang telah dimandatkan kepada mereka. Dukungan pembiayaan jangka panjang ini, sangat penting artinya bagi LPHD dalam menjamin keberlanjutan kegiatan pengelolaan hutan desa. Hingga akhirnya mereka menjadi mandiri.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 98)