NUSA DUA, SAWIT INDONESIA – Sugiarto, Petani mitra Asian Agri pecahkan rekor Museum Rekor Dunia – Indonesia (MURI) kategori Tandan Buah Segar (TBS) sawit terberat pada tahun ini. Sugiarto adalah petani KUD Subur Makmur yang berlokasi di Desa Tidar Kuranji, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Sugiarto menceritakan berat TBS yang dilombakannya mencapai 85,02 kilogram. Atas prestasi ini, pria berumur 52 tahun ini mendapatkan hadiah berupa uang pemeliharaan kebun senilai Rp 10 juta dan piagam penghargaan MURI.
Selain itu, ayah tiga anak ini mendapatkan undangan khusus ke Nusa Dua Bali untuk menghadiri acara 13th Indonesian Palm Oil Conference and 2018 Price Outlook (IPOC) bersama anak dan istrinya.
Sugiarto berhasil lolos tahap verifikasi dan penimbangan TBS, mengalahkan pesaing-pesaing dari petani lainnya. Periode seleksi TBS tersebut berlangsung selama dua bulan dari periode 17 Agustus 2017-17 Oktober 2017.
Untuk mendapatkan buah sawit berbobot besar itu, ia mengaku rutin merawat tanaman dengan memberikan pupuk secara teratur dan tandan kosong sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah. Alhasil, produksi buah di atas lahan seluas 5 hektare tetap produktif dan sehat walaupun tanaman memasuki usia 24 tahun.
“Kita beri pupuk 3 bulan sekali dan memberikan tanda kosong itu di sekitar pohon sawit ,” jelasnya.
Sugiarto menjadi petani mitra Asian Agri sejak tahun 1993. Berkat program kemitraan ini, Sugiarto mendapatkan bimbingan teknis kelapa sawit secara berkelanjutan.
Ia mendapatkan pelatihan khusus dari manajer perusahaan mengenai cara mengelola perkebunan, memberian pupuk, menyuburkan tanah, hingga membasmi hama.
“Jenis pupuk yang mengatur dari perusahaan, perusahaan juga memberikan tandan kosong biar sawit menjadi subur. Hasil buahnya kemudian menjadi besar-besar dan makin banyak,” kata Sugiarto di Nusa Dua Bali Convention Center, Kamis (2/11/2017).
Dalam sekali panen, ia mengaku bisa menghasilkan TBS sekitar 2-5 ton per hektare dari perkebunan kelapa sawitnya. Dari lahan itu pula, Sugiarto bahkan bisa memecahkan rekornya sendiri, pada panen selanjutnya bisa menghasilkan TBS seberat 105 kg. “Padahal, yang saya tanam ada yang lebih berat tetapi yang didaftar itu seberat 85 kg, jadi sudah nggak bisa lagi,” ungkapnya.
Berkat pola kemitraan ini, di hidup sejahtera untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggai, membangun rumah secara layak serta membeli lahan perkebunan sawit baru.