Static Crane Epsilon menawarkan beragam manfaat untuk membantu evakuasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di pabrik sawit. Didukung kekuatan layanan purna jual kepada konsumen untuk mencapai produktivitas dan target kerja.
Jika anda melihat pabrik secara komprehensif, tentu akan melihat tempat limbah dari hasil produksi. Tak terkecuali pabrik kelapa sawit, yang menghasilkan minyak mentah sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dari hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menyisakan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Tentu, TKKS ini akan ditempatkan di salah satu tempat dan akan terjadi penumpukan jika tidak segera terdistribusikan atau dimanfaatkan.
Untuk mendukung operasional yang efektif dan efisien, Palfinger Asia Pacific memiliki product crane Epsilon dengan tipe S210.L128.
Head of Business and Development, Indonesia, Palfinger Asia Pacific PTE LTD, Niki Laudag menyampaikan “Potensi static crane untuk mengurangi opexevakuasi TKKS sangat tinggi, sehingga Palfinger dengan produk Epsilon lebih optimis dan fokus untuk memperluas pasar di industri sawit di Indonesia” jelas Niki dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Majalah Sawit Indonesia.
“Static Crane Epsilon difungsikan untuk mendukung operasional di pabrik kelapa sawit yaitu untuk evakuasi janjangan kosong atau Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dari mill ke atas truk. Berdasarkan survei dan penggunaan yang sudah dilakukan, pengunaan static crane lebih cost efficient dibandingkan menggunakan metode lain yang dengan menggunakan alat berat seperti excavator maupun wheel loader.” imbuh Niki.
Layanan purna jual terjaga
Seperti diketahui, dengan jumlah ratusan pabrik kelapa sawit di Indonesia menjadi peluang market bagi Palfinger Asia Pacific (PAP) untuk mengembangkan produk Epsilon. “Saat ini, Palfinger yang diwakili oleh PT Foresta Transtek siap untuk melayani kebutuhan purnajual dan service dari produk Epsilon’, jelas Niki. ‘Tenaga-tenaga mekanik yang sudah berpengalaman dapat mendukung kegiatan service dari produk-produk Epsilon yang ada dipabrik-pabrik kelapa sawit’ jelas Hengkydari PT Foresta Transtek.
“Saat ini, kami terus berusaha melakukan penetrasi pasar. Dengan kombinasi yang solid dari bagian penjualan sampai dengan service dan purnajual diyakinkan bahwa produk Epsilon akan semakin berkembang di Indonesia, meskipun bisa dibilang populasi kompetitor yang sudah cukup besar. Namun setelah 2 tahun belakangan ini, kami melihat animo pelaku industri sawit sudah semakin besar terhadap Epsilon,” ungkap Niki.
Dijelaskan Niki, terkait dengan keistimewaan dan keunggulan Static Crane Epsilon dibanding produk lain. Salah satunya, pihaknya sudah mempersiapkan waktu pengiriman dan sudah terjadwal. ”Kami sudah menjadwalkan produksi dari pabrik yang terpusat di Eropa. Untuk produksi dan pengiriman ke dealer yang ada di Indonesia. Jadi delay atau tertunda yang terjadi lebih sedikit dibandingkan produk kompetitor. Selain itu kami juga memiliki buffer stock yang cukup banyak di Indonesia, sehingga layanan purna jual dapat selalu terjaga,” jelasnya.
Selanjutnya, Niki menambahkan dalam pemilihan tipe static crane, ada beberapa faktor yang harus menjadi pertimbangan bagi pelaku industri sawit (pabrik kelapa sawit) yang tidak sedikit menggunakan crane untuk evakuasi TKKS.
“Selain harga, klien mempertimbangkan kualitas dan kualitas crane Epsilon yang berstandard Eropa. Bagi Palfinger Asia Pacific, dua hal tersebut selalu kami jaga, agar unit dapat berfungsi secara optimal. Dari hasil pengamatan kami, client di industri sawit sudah sangat teredukasi dalam melihat produk (static crane), baik dari sisi harga dan kualitas, layanan purna jual dan kesiapan unit, oleh sebabitu kami memiliki keyakinan bahwa crane Epsilon dapat diterima dan akan terus berkembang di Indonesia.” lanjutnya.
Meski Static Crane Epsilon sudah tidak diragukan dari sisi kualitas, namun pihak Palfinger Asia Pacific menyarankan untuk menjaga durabilitas diperlukan Training operator dan maintenance yang tepat. Misalnya penggunaan oli dan lubricant yang benar dan tepat. Hal ini yang menjadi faktor durabilitas dan menjaga performa unit agar tetap baik dan produktif sehingga akan lebih efektif dan efisien.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 130)