Di tangan Retno Marsudi, diplomasi sawit dapat berjalan baik. Isu negatif sawit dapat dijawab melalui data ilmiah. Dia pun aktif menggandeng sesama negara produsen untuk membangun kampanye positif sawit.
Penunjukan Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri sangatlah tepat untuk membangun hubungan Indonesia dengan negara lain. Karir selama 20 tahun di Kementerian Luar Negeri membuatnya sangat piawai dalam berdiplomasi. Pemilik nama lengkap Retno Lestari Priansari Marsudi ini dikenal berani dan tidak gentar. Contohnya saja, saat Retno Marsudi datang ke Palestina untuk memenuhi undangan Presiden Mahmoud Abbas.
Prestasi lainnya, kunjungan Retno ke Myanmar untuk menyelesaikan persoalan Rohingya. Dia bertemu Aung San Suu Kyi dan Jenderal Senior U Min Aung Hlaing untuk meminta penghentian kekerasan dan mencari solusi terbaik. Langkah diplomasi ini mendapatkan pujian dari negara lain seperti Turki.
Piawai dalam berdiplomatik dan mengikuti isu internasional. Retno juga atraktif memperkuat imej sawit di mata internasional. Ibu dari dua anak ini aktif membela sawit ketika mendapatkan tekanan dari dunia internasional, contohnya saja Resolusi Sawit Uni Eropa. Kepada Perwakilan Uni Eropa, Retno Marsudi mengajukan protes keras. Uni Eropa dinilai tidak mengakomodir data saintifik kelapa sawit Indonesia. Menghadapi resolusi ini, Retno Marsudi mengajak Malaysia supaya terlibat aktif dalam kegiatan promosi dan kampanye positif sawit.
“Sebagai dua negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, kolaborasi RI dan Malaysia menjadi sangat penting dan strategis bagi peningkatan produksi sawit lestari, daya saing sawit, sekaligus promosi menghadapi kampanye hitam mengenai kelapa sawit,” tutur Retno seperti dikutip dari laman cnnindonesia.com.
Tidak hanya jago diplomasi. Retno Marsudi blusukan dalam komunitas masyarakat Indonesia di luar negeri. Ketika berkunjung ke ke Penang, Malaysia, dia berdiskusi bersama Warga Negara Indonesia (WNI) di Ladang Pelam KLK Berhad. Ada lebih dari 200 TKI bekerja di tiga ladang yang dikelola oleh perusahaan tersebut antara lain ladang kelapa sawit, karet, dan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit.
Dalam sambutannya, Menlu Retno menyampaikan salam dari Presiden RI, Joko Widodo kepada seluruh WNI di Utara Malaysia. “Kiranya seluruh pekerja dapat bekerja dengan baik di Malaysia dan kembali ke Indonesia untuk sama-sama membangun negeri,” pintanya.
Menlu Retno menekankan bahwa tugas pemerintah untuk memberikan pelayanan dan perlindungan kepada para WNI yang bekerja di luar negeri sebagai salah satu prioritas utama pembangunan nasional. Oleh karena itu, Wanita Kelahiran Semarang ini meminta WNImengikuti semua prosedur bekerja sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku di Malaysia, termasuk memahami isi kontrak kerja, punya salinan paspor dan izin kerja.
Kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Malaysia diumumkan dalam kerangka Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC). Kolaborasi dalam bidang perdagangan, investasi dan kelapa sawit itu diteken Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Malaysia, Dato’ Sri Anifah Aman pada 11 Agustus 2017. Retno menjelaskan bahwa Malaysia merupakan mitra penting Indonesia di bidang perdagangan dan investasi.