Penjualan benih sawit merosot 40% lebih dari tahun lalu. Dipengaruhi pembukaan lahan yang minim dan realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di bawah target.
Geliat bisnis benih sawit kian semarak empat tahun terakhir. Jumlah produsen benih bertambah setiap tahun. Sebagai perbandingan, jumlah produsen benih sebanyak 8 perusahaan pada 2008. Hingga 2019, produsen telah bertambah menjadi 19 perusahaan.
Bertambahnya jumlah produsen bukan berarti permintaan benih naik signifikan. Pada 2018, penjualan benih sekitar 89,3 juta kecambah dari 15 produsen. Hingga Desember 2019, total penjualan benih secara nasiona diperkirakan 55 juta kecambah berdasarkan data yang dihimpun dari 19 produsen. Ini berarti, penjualan benih turun 40% lebih. Sebagai informasi, tahun ini ada empat produsen benih sawit yang baru.
“Sampai akhir tahun, mungkin (penjualan nasional) bisa mencapai sekitar 50 juta kecambah. Ada kenaikan untuk dua bulan terakhir. Tapi tidak akan banyak pengaruh,” ujar Suroso Rahutomo General Manager Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Seluruh produsen benih sawit mengaku permintaan tahun ini cenderung melambat. Kondisi ini dialami juga oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Produsen benih yang berkantor pusat di Medan ini memiliki pangsa pasar sekitar 30% secara nasional. Suroso Rahutomo mengatakan permintaan benih sawit tahun ini cenderung turun. Data PPKS menunjukkan sampai Oktober 2019, PPKS telah menyalurkan 12,2 juta butir kecambah kelapa sawit. Angka ini cukup rendah dibandingkan total tahun 2018 lalu yang mencapai 24,1 juta butir.
“Dengan kata lain, penyaluran selama sepuluh bulan di 2019 ini baru mencapai sekitar 50% dari total penjualan tahun 2018,” ujar Suroso.
Menurutnya, permintaan benih sawit turun akibat penundaan peremajaan tanaman tua. Situasi ini disebabkan harga minyak sawit yang sulit untuk bangkit di semester pertama 2019, selisih dengan harga pokok produksi menjadi makin tipis sehingga banyak pelaku pekebun menunda program peremajaan tanaman tua. Persoalan ini telah banyak disampaikan kepada kami baik oleh pekebun dari perusahaan besar, menengah, kecil, dan termasuk pekebun rakyat.
“Selain itu, tidak seperti beberapa tahun lalu ketika harga minyak sawit yang tinggi berhasil mendorong minat budidaya kelapa sawit, saat ini minat pekebun terutama perkebunan rakyat untuk melakukan penanaman baru atau konversi dari tanaman lain masih belum kembali bangkit,”ungkapnya.
Ronny Susilo, Marketing Executive PT Tunggal Yunus Estate, mengakui penjualan tahun ini kurang menggembirakan karena rendahnya kegiatan peremajaan sawit. Selain itu, pembukaan lahan baru untuk perkebunan sawit lebih ketat sehingga mempengaruhi permintaan.PT Tunggal Yunus Estate bagian dari Asian Agri dikenal sebagai produsen benih unggul Topaz. Varietas ini dikembangkan di Asian Agri Oil Palm Research Station (OPRS) di Riau. Saat ini, produsen benih sawit ini memiliki empat varietas yaitu, Topaz 1, Topaz 2, Topaz 3 dan Topaz 4.
“Menjelang akhir tahun ini, penjualan benih tidak dapat menyamai tahun sebelumnya,” ujar Ronny. Ia pun mengharapkan supaya program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) berjalan optimal untuk mendorong permintaan.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 98)