Kalangan peneliti dan investor dari Jepang menawarkan fasilitas pengolahan limbah cair sawit menjadi algae. Potensi bisnis baru yang masih harus diuji.
Limbah cair sawit kerapkali menjadi persoalan bagi pabrik sawit karena menimbulkan bau tak sedap dan berdampak kepada lingkungan. Palm Oil Mill Effluent (POME) – istilah limbah cair sawit – berasal dari air yang dihasilkan pabrik sawit berasal dari kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan sludge separator. Dari satu ton TBS diperkirakan akan menghasilkan 0,6 m3-1,3 m3 POME .
Di sejumlah daerah, limbah cair dituding mencemari air sungai dan merusakan ekosistem. Masalah inilah yang selalu membuat pusing pelaku usaha. Belum lagi, tuduhan tingginya pengeluaran gas karbon dari kolam penampungan POME di pabrik sawit. Untuk mengatasi persoalan ini, POME dijadikan sumber tenaga pembangkit listrik di areal perkebunan sawit. Namun, tingginya investasi pembangkit listrik menjadi tantangan bagi pelaku usaha.
Kini, ada inovasi dari Jepang yang menawarkan pengolahan POME menjadi algae (ganggang). Adalah Profesor Makoto Watanabe, ahli algae Universitas Tsukuba, yang menawarkan teknologi pengolahan limbah cair sawit menjadi algae. Bekerjasama dengan Mobiol Corporation, kedua institusi ini menghasilkan penemuan baru disebut Novel Algae-DHA. Teknologi ini menghasilkan DHA yang mengandung Omega-3 dan juga dapat memproduksi Aquatic Feed dan Animal Feed (Pakan ternak dan pakan ikan) dengan mencampurkan POME dengan Algae (ganggang).
Serangkaian riset dan uji lapangan telah dijalankan berkaitan pengolahan POME untuk menjadi ganggang di Technopark Pelalawan, Riau mulai 2018. Studi kelayakan melibatkan Universitas Tsukuba dan PT Nutri Palma Nabati untuk membuat pilot projectnya. Presiden Direktur PT Nutri Palma Nabati Darmono Taniwiryono mengatakan rancangan studi berjalan April tahun ini dengan pendanaan dari Jepang.
Dalam studi ini akan ada kombinasi antara Jepang dan Indonesia, teknologi Jepang mengenai pembudidayaan alga yang tidak berklorofil nantinya menghasilkan DHA (docosahexaenoic acid) dan minyak ester berkualitas tinggi untuk kosmetik. Darmono menambahkan dari Indonesia berkontribusi kepada teknologi penyaringan POME untuk menekan volume Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), jadi, POME tadi harus diencerkan untuk dapat diolah menjadi produk alga.
“Targetnya, pembangunan fasilitas alga berada di sembilan unit pabrik sawit di wilayah Pelalawan,” kata Darmono seperti tertulis di Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Maret-15 April 2018.
Group CEO Mobiol Corp, Toshihide Nakajima menjelaskan bahwa teknologi yang dipelopori oleh Mobiol Corporation dan Tsukuba University ini menawarkan solusi persoalan emisi CO2 yang dihasilkan oleh POME. Selain itu, teknologi ini juga menawarkan peluang bisnis bagi industri sawit di Indonesia. Nantinya, DHA dan Aquatic/Animal Feed yang dihasilkan dapat dijual ke luar negeri ataupun pasar domestik sebagai pendapatan baru perusahaan sawit.
Di masa depan, kebutuhan termintaan dunia atas DHA diperkirakan 250 ribu metrik ton per tahun. Sementara itu, permintaan terhadap Aquatic Feed dan Animal Feed diperkirakan 4 juta metrik ton dan 1 juta metrik ton per tahun.
Mobiol Corporation memperkirakan pemanfaatan POME dengan teknologi Algae dapat menyebabkan “paradigm shift” oleh karena besarnya keuntungan yang dapat dihasilkan mencapai 4 kali dari pendapatan produsen kelapa sawit.
Sedangkan untuk penjualan Feedstock dan Animal Stock diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan sebanyak 2 kali lipat. Sebagai contoh, Toshihide Nakajima menyampaikan bahwa dengan luasan perkebunan sawit 50 ribu hektare maka keuntungan yang dicapai sekitar US$ 22 juta per tahun dari penjualan CPO dan PKO. Sedangkan, potensi penjualan DHA dan Aquatic/Animal Feed masing-masing diperkirakan sebesar US$ 98 juta per tahun dan US$ 43 juta per tahun.
“Kami harapkan Pemerintah Indonesia melalui dukungan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian serta stakeholders Industri Kelapa Sawit dapat mendukung penerapan teknologi Algae DHA,” pintanya.
Dalam pertemuan antara Menko Perekonomian RI, Darmin Nasution, dengan Mobiol Corp dan perwakilan Universitas Tsukuba di sela-sela Seminar Biobased (Circular) Economy Investment Forum di Jakarta pada 24 Mei 2019. Darmin Nasution tertarik dengan teknologi pengolahan limbah menjadi algae yang ditawarkan pihak Jepang.