PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) menggandeng petani sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO). Kerjasama ini bertujuan mendukung program percepatan replanting sawit rakyat dan peningkatan kompetensi teknis petani.
Di penghujung Mei 2019, pertemuan DewanPimpinanPusat (DPP) AsosiasiPetaniKelapaSawit Indonesia (APKASINDO) dengan PTRiset Perkebunan Nasional (RPN) memberikan suasana baru bagi petani sawit di Indonesia. Selama satu setengah jam lamanya, kedua belah pihak membicarakan upaya peningkatan kompetensi dan produktivitas perkebunan petani. Salah satu agenda utama adalah membantu peremajaan sawit rakyat dapat berlari kencang, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dr. Teguh Wahyudi, Direktur Utama RPN, mengatakan RPN sebagai lembaga riset pemerintah punya komitmen bekerjasama dengan petani terkait program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Keberadaan APKASINDO dinilai menjadi mitra yang tepat untuk mensukseskan PSR sebagai program strategis pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
“Dari sembilanpertemuan dengan APKASINDO dalam berbagai momen, kami simpulkan bahwa RPNseharusnyaterlibatlangsungdalampercepatanPSR. Program ini strategis karena menyangkut hajathidup 12 jutapetanisawit. Semua harus terlibat dan bahu membahu,” jelas Teguh.
Di penghujung pertemuan, kedua belah pihak menandatangani notakesepahaman yang diwakilii Dr. TeguhWahyudi (DirekturUtama PT RPN) dan Ir. Gulat ME Manurung, MP (KetuaUmum DPP APKASINDO). MoU ini mengikat kesepahaman selama lima tahun.
Dr. Teguh Wahyudi menjelaskan bahwa MoU bagian dari tindak lanjut FGD peremajaan sawit rakyat yang diselenggarakan RPN.Salah satu rekomendasinya adalah RPN termasuk di dalamnya PPKS harus terlibat penuh dalam program peremajaan sawit rakyat.Tindak lanjut lainnya, pembuatan demplot peremajaan sawitrakyat di Riau.
“Demplotinimerupakanpembahasan bersama dengan Gubernur Riau, H.Syamsuar.Awalnya, kami kira Bapak Gubernur memberikan lahan 100 hektar.Ternyata, luas demplot yang diberikan 1.000 hektar.Ini luar biasa sekali dan tidak main-main,” kata Teguh Wahyudi.
Ada tiga point yang tercantum dalam MoU; pertama, peningkatan kerjasama hasil penelitian komoditas perkebunan berkaitan benih unggul sawit, teknis budidaya tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen, SDM pekebun, dan pekerjaan fisik kebun.
Kedua, peningkatankerjasamapemasaran hasil penelitian komoditas perkebunan berkaitan benih unggul dan sarana pertanian.Ketiga, kerjasama pembangunan penangkar bibit sawit di wilayahpotensial.
“DenganMoUiniakan mempermudah petani sawit untuk mengakses semua hasil riset dari RPN khususnya tanaman sawit,” kata Gulat.
Teguh mengakui kerjasama dapat terwujud karena ada chemistry baik antara RPN dengan APKASINDO. Kerjasama ini tidak sebatas pengabdian melainkan berbicara bisnis juga. “Kita gabungkanbisnisdanpengabdian.Jujur, 100 persenpendanaan RPN carisendiri. Untuk itu, unsurbisnissangat penting. Tapilagi-lagiharusadapengabdiannya, tinggalsepertiapakitamemainkanperanitu,” ujarnya.
Gulat ME Manurung menjelaskan bukan perkara mudah untuk menjalin kerjasama dengan perusahaa sekelas RPN. Perusahaan pelat merah ini telah menjadi induk pusat penelitian tanaman perkebunan di seluruh Indonesia. Diakui Gulat, asosiasinya sempat minder ketika akan bekerjasama dengan RPN.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia Edisi 92, 15 JUni-15 Juli 2019)