Asia Timur. Kawasan Asia Timur merupakan konsumen utama minyak sawit. Pola konsumsi minyak nabati di kawasan ini bergeser dari dominasi rapeseed oil pada tahun 1965 (57%) ke minyak sawit (1980-2014). Meski demikian, peran minyak kedele dan rapeseed oil tetap memiliki kontribusi penting, serta laju konsumsi tetap meningkat sepanjang tahun. Sejak tahun 2000 peran minyak kedele semakin besar dibandingkan dengan rapeseed. Peran sunflower oil cenderung stabil pada rata-rata pangsa 2,4%.
Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati Asia Timur adalah 0,61 juta ton. Tahun 1980, konsumsi minyak nabati meningkat 4,5 klai lipat menjadi 2,7 juta ton, dengan growth 23,5% per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak sawit naik dari 10,6% tahun 1965 menjadi 44% pada tahun 1980. Sumber konsumsi kedua adalah rapeseed oil dengan pangsa 27,2% dan minyak kedele 23.1%. Hal ini menunjukan bahwa pola konsumsi nabati cenderung bergeser dari rapeseed oil ke minyak sawit dan minyak kedele. Kontribusi sunflower oil adalah 5,6%.
Dalam satu dekade, dari tahun 1980 ke 1990, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 2,7 juta ton menjadi 9,3 juta ton, dengan growth 24,2% per tahun. Sumber utama minyak nabati terbesar tetap diperoleh dari minyak sawit (48,3%). Peran rapeseed oil tetap pada posisi kedua dengan pangsa 28,5% dan diikuti kontribusi minyak kedele dengan pangsa 20,6% ( menurun 2,6% dari pangsa tahun 1980). Tahun 2000 konsumsinabati naik menjadi 18,8 juta ton, dengan growth 10,3% per tahun. Dalam dekade 2000-2010, konsumsi minyak nabati di kawasan Asia Timur bertumbuh dengan laju 10,8% per tahun, dan tahun 2010 konsumsi minyak nabati telah mencapai 39,1 juta ton, kemudian tahun 2014 naik rata-rata 7,8% per tahun menjadi 51,4 juta ton.
Sumber : GAPKI