Dalam kondisi sekarang, sudah sangat mustahil kalau PTPN V harus memperluas lahan kebun di Riau. Selain oleh regulasi yang kurang berpihak, harapan Hutan Produksi yang bisa dikonversi (HPK) pun sudah sangat langka. Tapi itu enggak pula bisa menjadi alasan perusahaan untuk pasrah. Sebab apa pun ceritanya, perusahaan ini musti terus mengeliat, meningkatkan produksi dan pendapatan. Nah, oleh alasan di ataslah makanya mau tak mau Jatmiko memutar otak. Tiga pekan setelah dilantik, dia langsung masuk kebun keluar kebun, berbulan-bulan. Alhasil, ketemulah formula ini; petani plasma adalah potensi luar biasa yang musti digandeng kembali. Selain akan sangat berdampak positif pada perusahaan, ada misi kemanusiaan dan misi negara yang terjalankan dalam project ini kelak.
“Sekarang misis BUMN itu apa sih? Selain mencari untung, kan harus bisa menjadi agen pembangunan. Inilah yang bakal saya jalankan. Secara skill kami mempuni, secara kelengkapan kebun, kami punya. Engak ada kurang,” katanya. Tak berlebihan sebenarnya jika Jatmiko ngomong seperti itu Pertama, PTPN V adalah satu-satunya PTPN yang sukses membina petani plasma di Indonesia. Jadi secara skill mengelola kebun sawit maupun karet, tak perlu diragukan lagi.
Lalu untuk pengolahan hasil panen petani kelak, semua Pabrik Kelapa Sawit (PKS), Pabrik Kernel dan bahkan pabrik biofuel milik perusahaan ii, masih sehat semua. Jadi, lagi-lagi engak ada yang kurang untuk PTPN V mengulang kisah lama yang pernah sukses membina petani plasma. “Bagi saya program ini adalah simbiosis mutualisme. Petani akan kembali sumringah oleh kebunya yang menghijau dan perusahaan akan bertambah tanpa harus memperluas lahan kebun. Dan saya sangat serius untuk ini. Saya sudah siapkan seorang direktur dan timnya khusus mengurusi para petani plasma ini,” ujarnya.
Penulis : Abdul Aziz