Oleh: Tim Riset PASPI (Bagian Pertama)
Amerika Serikat adalah negara adidaya yang ditunjukkan dengan nilai GDP pada tahun 2017 mencapai USD 19.39 triliun atau berkontribusi sebesar 31.28 persen terhadap total perekonomian dunia. Populasi negara ini juga merupakan ketiga terbesar di dunia setelah China dan India, yakni sebesar 327.2 juta jiwa pada tahun 2018.
Sektor pertanian adalah ujung tombak perekonomian Amerika Serikat, dimana produk-produk pertanian menjadi dasar pengembangan baik di sektor industri (agro- industri) maupun jasa khususnya perdagangan ekspor. Meskipun secara proporsi, kontribusi sektor-sektor pertanian terhadap GDP negara ini relatif kecil, namun negara ini juga dikenal sebagai negara besar dalam bidang pertanian di dunia. Amerika Serikat berhasil menjadi produsen berbagai produk pertanian skala dunia. Salah satu kelompok produk pertanian yang banyak dikembangkan di Amerika Serikat adalah oilseed yang menjadi cikal bakal produk minyak nabati (vegetable oil). Industri oilseed Amerika Serikat merupakan industri yang kuat, besar dan vital dalam perekonomian negara tersebut.
Produk oilseed utama yang diproduksi oleh Amerika adalah kedelai, dimana negara ini juga merupakan produsen kedelai terbesar di dunia dan negara produsen minyak kedelai kedua terbesar di dunia setelah China (USDA, 2019). Selain minyak kedelai, minyak nabati lainnya yang diproduksi oleh negara ini adalah minyak rapeseed, minyak cottonseed dan minyak bunga matahari. Produksi minyak nabati juga menunjukkan tren peningkatan dengan laju sebesar 2 persen per tahun selama periode tahun 2001-2018.
Sementara itu, konsumsi minyak nabati Amerika Serikat mengalami peningkatan dengan laju sebesar 3 persen per tahun pada periode yang sama. Preferensi konsumen terhadap minyak nabati juga cenderung bervariasi. Selain minyak nabati yang diproduksi domestik, jenis minyak nabati yang banyak dikonsumsi Amerika adalah minyak sawit, minyak kelapa dan minyak zaitun. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan (widening gap) antara produksi dan konsumsi minyak nabati di Amerika. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak nabati Amerika yang semakin meningkat dan bervariasi maka negara ini mengimpor minyak nabati baik yang diproduksi di dalam negeri maupun tidak.
Minyak sawit adalah salah satu minyak nabati yang banyak diimpor oleh Amerika, dilihat dari peningkatan pangsa impor yang cukup signifikan pada periode tersebut. Hal ini disebabkan karena pangsa konsumsi minyak sawit juga mengalami peningkatan dan impor merupakan sumber utama untuk dapat memenuhi konsumsi domestik. Hal ini menunjukkan minyak sawit sedang menghadapi persaingan kuat dengan minyak nabati yang diproduksi di dalam negeri yakni minyak kedelai dan minyak rapeseed.
Tulisan ini akan mendiskusikan perkembangan produksi, konsumsi dan impor minyak nabati di Amerika Serikat. Fokus diskusi melihat perubahan peranan minyak sawit dalam impor dan konsumsi minyak nabati negara tersebut, tanpa membedakan penggunaan minyak sawit untuk pangan (edible oils) dan non pangan (non edible oils).
I.Produksi Minyak Nabati Amerika Serikat
Produksi minyak nabati Amerika Serikat mengalami peningkatan dengan laju sebesar 2 persen per tahun selama periode tahun 2001-2018. Produksi minyak nabati Amerika Serikat mengalami kenaikan yakni dari 9.67 juta ton menjadi 12.44 juta ton pada periode tersebut (Gambar 1). Minyak kedelai merupakan minyak nabati utama yang diproduksi oleh Amerika Serikat, ditunjukkan dengan pangsanya mencapai 89 persen, diikuti oleh minyak rapeseed (5 persen), minyak cottonseed (3 persen) dan minyak bunga matahari (1 persen).
Amerika Serikat dikenal sebagai produsen kedelai terbesar di dunia, sehingga berimplikasi pada produksi minyak kedelai yang juga kedua terbesar di dunia. Produksi minyak kedelai mengalami peningkatan yakni dari 8.57 juta ton menjadi 11.15 juta ton selama periode tahun 2001-2018.
Pemerintah AS melalui Departemen Pertaniannya (United State Department of Agriculture – USDA) memberikan subsidi pertanian setiap tahun rata-rata mencapai hingga USD 172 miliar per tahun atau sekitar USD 32 per hektar kepada para petani dan pemilik lahan pertanian. Pemerintah AS memiliki kebijakan ‘safety net’ atau dikenal sebagai subsidi pertanian, sebagai jaminan atas pendapatan para petani AS karena rendahnya harga internasional. Sebagian besar petani kedelai AS mendapat asuransi proteksi pendapatan dengan cakupan polis mencapai 80 hingga 85 persen. Selain itu, komoditas kedelai juga merupakan salah satu komoditas yang memiliki subsidi dengan instrumen direct payment yang diberikan kepada petani kedelai yakni sebesar USD 1.65 per bushel atau total pengeluaran pemerintah untuk direct payment tersebut sebesar USD 4.7 miliar (Gro Intelegence, 2018). Pemberian berbagai macam subsidi dan bantuan kepada petani kedelai bertujuan agar dapat bersaing dengan minyak nabati lainnya baik di pasar domestic maupun di pasar internasional (Rifai, 2014). Insentif yang diberikan oleh Pemerintah AS melalui kebijakan tersebut terbukti mampu meningkatan produksi kedelai dalam negeri. Minyak rapeseed juga diproduksi di Amerika Serikat dengan tren produksi yang meningkat yakni dari 287 ribu ton menjadi 735 ribu ton pada periode tahun 2001-2008. Sedangkan, produksi minyak nabati lainnya yakni minyak cottonseed dan minyak bunga matahari mengalami penurunan pada periode yang sama. Penurunan produksi minyak cottonseed dari 398 ribu ton menjadi 240 ribu ton dan penurunan produsksi minyak bunga matahari dari 304 ribu ton menjadi 202 ribu ton.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalh Sawit Indonesia Edisi 92, 15 Juni-15 Juli 2019)