“Kalian (mahasiswa) akan menimba ilmu. Manfaatkan kesempatan ini dengan baik, karena di masa mendatang ilmu yang didapat menjadi bekal ketika bekerja,” Ardi Praptono.
Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Ardi Praptono, S.P, M. Agri turut berbangga ketika melihat mahasiswa-mahasiswi baru (Taruna Sawit) penerima Beasiswa SDM Sawit melaksanakan kegiatan orientasi, di Kebun Pendidikan dan Penelitian– Stiper (KP2-Stiper), Ungaran, Semarang. Hal tersebut diutarakan usai mengunjungi kegiatan orientasi mahasiswa baru AKPY-Stiper.
Dikatakan Ardi, rasa syukur dan bangga kepada kalian (mahasiswa) dapat diterima di kampus sawit terbaik di Indonesia. “Selama satu tahun kalian akan menimba ilmu,” ujarnya, saat ditemui di lokasi kegiatan Bintalfis disbun AKPY-Stiper, pada Sabtu (19 November 2021).
“Sebagai wujud rasa bangga, maka saya sampaikan dua pesan. Pertama, jangan pernah menunda pekerjaan (tugas), selesaikan segera pekerjaan (tugas) yang diberikan nantinya akan mendapat manfaat di masa mendatang, terutama di dunia kerja,” pesan Ardi.
“Kedua, saya singkat JAPRI, yaitu Jujur kelak akan mendapat berkah, Amanah, lakukan dengan sungguh-sungguh dan kerjakan dengan baik dan tuntas. Dan Profesional, dalam setiap melaksanakan tugas harus sesuai dengan kemampuan dan kapabilitas,” kata pria yang menjabat Direktur Perlindungan Perkebunan sejak 2019.
Program Beasiswa SDM Sawit 2021, menerima 660 mahasiswa yang dididik di enam Perguruan Tinggi yang bekerjasama dengan BPDPKS, salah satunya Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY-Stiper). “Kalian (mahasiswa) akan menimba ilmu. Manfaatkan kesempatan ini dengan baik, karena di masa mendatang ilmu yang didapat menjadi bekal ketika bekerja dimanapun ditempatkan untuk keberlanjutan Emas Hijau (sawit) di masa depan Indonesia,” kata Ardi.
Seperti diketahui, di tahun ini sejumlah 281 mahasiswa baru program Diploma 1 AKPY-Stiper, wajib menjalankan kegiatan Pembinaan Mental Fisik Displin dan Kenal Kebun atau Bintalfisdisbun, selama 10 hari (12 – 21 November 2021). Kegiatan ini, dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kompi Kavaleri 2 Yogyakarta (11 – 13 November) dan di KP2 Stiper Ungaran, Semarang, pada (14 – 21 November 2021). Diikuti oleh Mahasiswa Baru terdiri dari 250 mahasiswa penerima Beasiswa Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), 30 mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan 1 mahasiswa regular.
Kegiatan Bintalfisdisbun yaitu kegiatan orientasi mahasiswa baru AKPY-Stiper sebelum melangsungkan perkuliahan di kampus sawit. “Saya sangat apresiasi kegiatan Bintalfisdisbun. Melalui kegiatan Bintalfisdis dapat menyatukan/meleburkan atau penyetarakan bagi mahasiswa baru yang berasal dari 24 provinsi dengan kultur yang berbeda, sehingga akan memudahkan proses perkuliahan,” kata Ardi.
Taruna sawit calon Mandor di Perkebunan Sawit
Program Diploma 1 Beasiswa BPDPKS, merupakan program Pendidikan vokasi yang dijalankan satu tahun. Dengan, fasilitas pembelajaran yang cukup memadai mulai dari kurikulum dan dosen profesional menjadi bekal Pendidikan vokasi sawit dalam menimba ilmu. Pendidikan vokasi program Diploma 1 akan mencetak tenaga professional di sektor perkebunan sawit level Mandor. Sumber Daya Manusia (SDM) level dibutuhkan di sektor perkebunan sawit saat ini, terutama dalam mendukung program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
“Dan, Saya yakin program Diploma 1 Beasiswa BPDPKS akan membuah hasil sesuai yang diharapkan. Kalau bicara kebutuhan SDM, khususnya dalam mendukung program PSR, membutuhkan SDM level Mandor, dalam jumlah yang cukup banyak. Saya juga berharap dengan melihat kebutuhan SDM pada program PSR, di tahun depan kuota untuk level Mandor ditambah untuk mencukupi dan mendukung program PSR yang saat ini sedang berjalan,” jelas Ardi, yang sebelumnya menjabat Kepala BBPPTP Surabaya.
Lebih lanjut, Ardi menambahkan pihaknya yakin dengan proses pendidikan di AKPY-Stiper secara bertahap kebutuhan SDM untuk program PSR dapat terpenuhi. “Saya juga berharap BPDPKS dapat memberikan peluang untuk kuota beasiswa calon mandor ditingkatkan. Dan dalam proses seleksi akan lebih merata disesuaikan dengan kebutuhan realisasi program PSR. Jadi, semua daerah yang ada kebun sawit rakyat dapat tercover dan masuk dalam seleksi beasiswa BPDPKS,” harapnya.
Sebagai informasi, di tahun sebelumnya, seleksi mahasiswa beasiswa SDM sawit dilaksanakan oleh Asosiasi Lembaga Pendidikan Sawit Indonesia (ALPENSI). Namun, di tahun 2021, proses seleksi dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, setelah peserta terseleksi dalam bentuk rekomendasi teknis (rekomtek) diserahkan pada BPDPKS.
“Proses dan pemberian rekomtek seleksi mahasiswa penerima beasiswa SDM sawit, yaitu komitmen Dirjenbun dan BPDPKS untuk petani sawit. Karena dengan pemberian beasiswa BPDPKS untuk anak petani sentuhannya lebihnya tasesuai dengan kebutuhan. Di tahun 2021, Dirjenbun menyeleksi peserta penerima Beasiswa Sawit. Kami juga akan mengevaluasi, sasaran kita adalah keterkaitan antara program dari Dirjenbun dan BPDPKS yang berkenaan dengan program PSR dan kebutuhan SDM supaya saling mengisi,” terang Ardi.
“Keberhasilan program PSR salah satu ada faktor dari SDM. Misalnya ada usulan dari akademisi yaitu 101 untuk percepatan program PSR. Lahan 100 hektar yang dikelola Lembaga (koperasi) yang akan diremajakan didampingi oleh 1 tenaga pendamping, lulusan dari AKPY-Stiper yang dididik secara professional dari tenaga ahli di bidangnya. SDM ini menjadi sumber informasi bagi Dirjenbun karena yang memahami kondisi lapangan. Misalnya, apakah program PSR di lapangan berjalan baik atau ada kendala. Karena selama ini kita hanya mendapat informasi dari Dinas terkait di Kabupaten. Pendamping ini secara otomatis menjadi mata dan telinga bagi Dirjenbun khususnya untuk realisasi program PSR,” imbuh Ardi selaku PIC Seleksi Beasiswa SDM Sawit 2021.
“Saya juga berharap pelaksanaan PSR di lapangan dapat terecord dengan baik, artinya ketika ada persoalan di level Kabupaten/Provinsi bisa diselesaikan dengan cepat dan baik. Mudah-mudahan SDM (Mandor) lulusan AKPY-Stiper bisa sinergi dengan program PSR,” lanjutnya.
Selanjutnya, Ardi mengharap lulusan AKPY-Stiper bisa menguasai lapangan. Meski dididik hanya satu tahun, tetapi didapat dari Dosen Profesional yang menguasai ilmu budidaya kelapa sawit. “Jadi, ilmu yang diberikan adalah ilmu terapan untuk di perkebunan sawit. Kita memang butuh SDM yang menguasai lapangan (perkebunan), dari SDM yang menguasai ilmu budidaya kelapa sawit yang aplikatif bukan ilmu dalam tataran konsep. Untuk percepatan program PSR, dibutuhkan tenaga level Mandor yang menguasi ilmu aplikatif,” harapnya.
“Harapannya, SDM sawit yang dididik melalui program beasiswa BPDPKS bisa memberikan peran dalam percepatan program PSR. Selain itu, Mandor lulusan (Diploma 1) dari beasiswa BPDPKS dapat menjadi pendamping/penyuluh dan menjadi ujung tombak peremajaan sawit rakyat,” tambah Ardi lulusan Sarjana Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 121)