“Dari hasil uji jalan kendaraan berbahan bakar B35 semua bisa dilewati. Jadi tidak ada masalah. Kandungan sulfur juga turun karena kelapa sawit tidak ada kandungan sulfurnya. Tetapi memang sifat air yang harus kita kontrol,” jelas Yohanes Nangoi.
Secara resmi pemerintah memberlakukan program Biodiesel (B35) pada 1 Februari 2023. Kendaraan diesel menjadi salah satu yang mengonsumsi bahan bakar tersebut. Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), pada tahun 2022 jumlah penjualan kendaraan di Indonesia mencapai 1.050.000 unit, 23% dari jumlah itu kendaraan diesel. Sementara, jumlah kendaraan diesel yang beroperasi di lapangan mencapai 5 juta unit.
Ketua Umum GAIKINDO, Yohanes Nagoi mengatakan yang menikmati program B35 salah satunya adalah kendaraan diesel berbahan bakar solar. Di Indonesia, kendaraan diesel banyak digunakan untuk kendaraan komersil. “Boleh dikatakan penggunaan kendaraan diesel akan lebih panjang dibanding kendaraan berbahan bakar bensin. Karena kebanyakan kendaraan diesel digunakan untuk kendaraan komersil bahkan penggunaannya bisa mencapai 24 jam (non stop). Sehingga penggunaan bahan bakarnya banyak,” ujarnya, saat menjadi salah satu pembicara pada acara Energy Corner Special “B35 Implementation”, pada Selasa (31 Januari 2023), di Jakarta.
Program mandatori B35 merupakan upaya dari pemerintah untuk energi baru terbarukan yang dapat menciptakan penurunan emisi gas rumah kaca, melakukan save terhadap devisa negara untuk pemulihan energi fosil dari luar. Dan, menjalankan energi biru untuk rakyat kita agar bisa menghirup udara yang lebih baik.
Selanjutnya, Nangoi mengatakan dengan adanya program Biodiesel, pihaknya dari industri otomotif juga sangat konsen sesuai arahan pemerintah bahwa kondisi gas buang emisi menjadi hal yang sangat penting. Dan pemborosan devisa karena harus mengimpor bahan bakar (minyak fosil) begitu mahal. “Maka, boleh dikatakan penggunaan biodiesel bisa menghemat ratusan triliun devisa yang tidak digunakan untuk membeli minyak fosil dari luar. Itu menjadi hal yang kami support,” imbuhnya.
Meski program biodiesel dinilai program coba-coba yang dilakukan pemerintah, tetapi pihak industri otomotif di Indonesia akhirnya bisa menerima. Pasalnya, di dunia hanya di Indonesia yang memberlakukan program biodiesel dengan campuran lebih dari 10%. Di negara-negara lain pencampuran bahan nabati untuk energi terbaru terbarukan masih di bawah 10%. Hal ini membuat kebingungan pihak principle (red-pemilik brand) industti otomotif.
Dikatakan Nangoi, pihak principle bingung, karena di dunia dalam penggunaan Biodiesel komposisinya masih di bawah 10%. Jadi, waktu menggunakan B20 semua (principle) sudah bingung, kemudian loncat ke B30 dan menggunakan B35, semua teriak.
“Tetapi dari hasil uji coba bisa dilewati. Tetapi ada yang dikawatirkan campuran biodiesel (B35) titik bekunya sangat tinggi karena ada kandungan minyak tetapi setelah diuji coba di dataran tinggi (Dieng), kelihatannya aman-aman saja. Jadi tidak ada masalah. Kandungan sulfur juga turun karena kelapa sawit tidak ada kandungan sulfurnya. Tetapi memang sifat air yang harus kita kontrol,” kata pria yang sejak 1994 masuk ke industri otomotif.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 136)