Prof. Dr. Ir. Lienda Aliwarga Handojo, M.Eng membuka wawasan semua pihak mengenai manfaat Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) sebagai suplemen pakan ternak. Inovasi ini dapat membantu petani sapi perah untuk meningkatkan produksi.
Pemanfaatan PFAD sebagai suplemen pakan ternak diungkap dalam Diskusi bertemakan Spektrum Pengguna Oleochemical di Industri Strategis, yang diadakan Majalah Sawit Indonesia dan Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN). Prof. Dr. Ir. Lienda Aliwarga Handojo, M.Eng., menjelaskan PFAD dihasilkan dari proses refining Crude Palm Oil (CPO) atau minyak mentah sawit. Dari proses tersebut dapat menghasilkan 4% PFAD. Tentu saja, jumlahnya sangat banyak karena Indonesia dikenal sebagai produsen CPO tersebar di dunia.
Merujuk data GAPKI, produksi PFAD berjumlah 1,2 juta ton pada 2015 lalu meningkat menjadi 1,6 juta ton pada 2018. Sementara itu, jumlah ekspor PFAD pada 2018 sebanyak 1 juta ton.
Lienda Handojo adalah Dosen Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung ini. Ia menjelaskan PFAD tidak hanya untuk suplemen pakan ternak melainkan sangat banyak manfaatnya. PFAD dapat dipakai sebagai campuran produk farmasi dan kosmetik karena memiliki kandungan Vitamin E, Squalene dan Fitosterol. Industri lain juga menggunakannya seperti industri sabun dan deterjen, Biofuel, boiler fuel dan pelumas, industri emulsifier karena terkandung mono-diasilgliserol (M-DAG), dan industri lainnya..
Kendati demikian, penggunaan PFAD di dalam negeri masih terbatas dan lebih banyak diekspor. Padahal jumlah PFAD sangat melimpah untuk diolah menjadi produk turunan sawit bernilai tambah tinggi.
Dari hasil literature, ia memaparkan PFAD bisa digunakan sebagai bahan baku pakan ternak karena punya kandungan Asam Linoleat sebagai asam lemak esensial yang mengandung Vitamin E. Alhasil dapat bermanfaat sebagai antioksidan, tidak mudah tengik, dan harganya lebih murah.
“PFAD berpotensi sebagai bahan baku pembuatan Lemak Kalsium yang berfungsi sebagai suplemen hewan ternak ruminansia. Bahan baku ini merupakan bahan alternatif untuk pakan ternak, salah satunya untuk pakan ternak sapi perah,” jelas Prof. Lienda.
Secara umum, produktivitas susu di Indonesia masih terbilang rendah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 menunjukkan, populasi sapi perah di Indonesia sebanyak 550.141 ekor. Jumlah tersebut belum bisa mencukup kebutuhan (pasokan) susu segar lokal, hanya mampu mememuhi 23% kebutuhan susu domestik. Sementara, Kementerian Perindustrian pada 2025 menargertkan pasokan susu segar lokal dapat meningkat menjadi 60%.
Lienda mengatakan upaya meningkatkan produktivitas susu segar (sapi) bisa menggunakan supleman pakan ternak. Asupan lemak untuk sapi, lemak tidak dapat langsung dikonsumsi ruminansia (termasuk sapi) karena dapat menyebabkan gangguan pada pencernaannya.
“Lemak penting dan dibutuhkan sebab sapi perah membutuhkan asupan yang sesuai untuk susu yang dihasilkan. Seperti diketahui susu sapi mengandung lemak dan kalsium yang tinggi tanpa asupan lemak maka sapi membutuhkan lemak untuk dikonsumsi,” tambahLienda.
Perempuan yang mendapat gelar Master bidang teknologi pangan di Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand juga mengatakan seringkali sapi mengalami pengeroposan tulang karena banyaknya lemak dan kalsium yang dikeluarkan melalui susu yang diperah. Bahkan, tak jarang sapi mengalami kelumpuhan setelah melahirkan beberapa kali.
Manfaat lemak kalsium bagi sapi perah dapat meningkatkan perolehan susu sebesar 5%-8% sehingga mempercepat kenaikan berat badan pasca melahirkan 1-2,5kg/0,45kg lemak kalsium, meningkatkan fertilitas dari sapi sekitar 23,6%, dan meningkatkan kadar lemak susu 0,2%-0,3%.
Di Indonesia penggunaan suplemen pakan ternak sapi perah masih sangat minim. Tetapi di negara lain sudah banyak dimanfaatkan sebagai pakai ternak sapi perah. Beragam merek produk suplemen lemak kalsium yang digunakan di Eropa, seperti Megalac (UK), Dairylac (UK), Agrofat (Denmark), Hajenol Lipicafent (Germany) dan Profat (Netherland).
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 98)