Kesuksesan menciptakan model pembelajaran Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) yang diawali sejak tahun 2000, tujuh tahun kemudian model pembelajaran ini diadopsi oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. Diaplikasikan di sekolah-sekolah yang dibangun melalui program Corporate Social Responsibility, baik sekolah yang ada di area estate (perkebunan) maupun di luar estate (sekolah binaan perusahaan), area operasional perusahaan.
Hal itu disampaikan Founder Indonesia Heritage Foundation (IHF), Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc, saat ditemui di ruang rapatnya, di Gedung IHF, Cimanggis, Depok, beberapa waktu lalu.
“Saat ini sudah ada 197 PAUD dan 47 SD,sekolah di bawah naungan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengadopsi model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. Sampai saat ini sudah ada tujuh perusahaan perkebunan kelapa sawit di antaranya PT Lonsum (2007), PTPN (2007), PT Sinar Mas Agro (2009), PT Kuala Lumpur Kepong (2011), Minamas Plantation (2015), Darmex Agro (2018), dan pada tahun mendatang PT Sawit Sumbermas Sarana, yang akan berjalan pada Februari 2023. Perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit itu, mengadopsi dan menerapkan model pembelajaran PHBK yang kami gagas dan kembangkan,” ungkap Dr. Ratna.
Penguatan karakter, kecerdasan dan kreatifitas menjadi poin penting yang ditumbuh kembangkan dengan model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter di sekolah yang sudah berkerjasama dan bermitra dengan IHF.
Dr Ratna menjelaskan model PHBK bisa masuk di perusahaan perkebunan kelapa sawit, melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) atau program tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Tak terkecuali perusahaan perkebunan kelapa sawit kepada stakeholders dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, termasuk masyarakat. Kegiatan CSR ini bisa mencakup banyak bidang, seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan berbagai kegiatan salah satu program pendidikan.
“Melalui program pendidikan inilah, IHF masuk dengan model PHBK yang diadopsi di sekolah-sekolah yang dibangun di perusahaan-perusahaan sawit,” jelas Dr. Ratna.
“Karena saat itu, pada 2007 dari perusahaan (PT Lonsum) mengeluh sering terjadi pencurian, banyak masyarakat yang mengambil TBS milik perusahaan. Ini adalah masalah karakter. Hingga akhirnya perusahaan itu menerapkan model PHBK. Saat ini, di Lonsum sudah ada 51 sekolah (PAUD), 26 sekolah (SD) yang berada di dalam dan luar kebun, menerapkan model PHBK,”. Seiring berjalannya waktu, “dari mulut ke mulut” informasi model PHBK diterima dan sampai saat ini sudah ada 197 PAUD dan 47 SD, sekolah di bawah naungan perusahaan perkebunan kelapa sawit mengadopsi dan menerapkan model PHBK,” imbuh perempuan kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1958.
Di 2022 ini, perusahaan perkebunan kelapa sawit (Minamas Plantation) mengembangkan program Sekolah Peduli Api di wilayah Riau khususnya Indragiri Hilir. Program Sekolah Peduli api melibatkan 5 Sekolah Dasar (SD) sebagai Pilot Project, sebanyak 34 Kelas, 50 Tenaga pendidik, 850 siswa-siswi dengan total 1.275 jam selama satu tahun pengaliran pilar karakter di sekolah.
“Tetapi, untuk Minamas Plantation ada 5 SD) yang ada di Riau, hanya terbatas membangun karakter untuk meningkatkan kesadaran dan kecintaannya pada lingkungan (program Sekolah Peduli Api), bukan all model PHBK (pendidikan holistik berbasis karakter),” ungkap Dr. Ratna.
Dari informasi yang dihimpun Redaksi Majalah Sawit Indonesia, dikutip dari ihf.or.id model pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) adalah pendidikan yang mengembangkan semua dimensi manusia, tidak hanya kemampuan akademik, tetapi juga fisik, emosional, spiritual, kreativitas, dan aspek kecerdasan majemuk lainnya secara holistik dan seimbang melalui pengembangan 9 Pilar Karakter.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 134)