JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemerintah Indonesia dan Parlemen Uni Eropa bersiap untuk menjalankan diskusi lanjutan perihal Resolusi Uni Eropa terhadap produk kelapa sawit Indonesia. Pertemuan lanjutan direncanakan akan berlangsung di Kota Brussel, dalam waktu dekat.
“Kita akan terus melakukan dialog, dari pihak Indonesia akan ke Brussel untuk diskusi dan presentasi. Parlemen Uni Eropa menyadari bahwa masih banyak kesalahpahaman selama ini,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat menerima kunjungan dari Delegasi Komite Perdagangan Internasional Parlemen Uni Eropa, Rabu (24/5), di Jakarta, seperti dilansir dari situs ekon.go.id.
Selain delegasi Parlemen Uni Eropa, hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guérend.
Darmin menyatakan dalam pertemuan itu, kedua belah pihak telah mengutarakan pemikiran terkait Resolusi Sawit Uni Eropa. Dirinya menyayangkan jika persoalan kelapa sawit dianggap sebagai penyumbang utama deforestasi.
“Bagi Indonesia, persoalan lingkungan terlalu sederhana jika dikaitkan dengan satu komoditas. Sehingga yang menjadi perhatian Pemerintah Indonesia agar Parlemen Uni Eropa melihat persoalan ini dari sisi yang lebih luas,” katanya.
Pemerintah, sambung Darmin, menyadari selama ini masih ada kekurangan dalam pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia. Terkait hal ini, pemerintah terus berkomitmen melakukan perbaikan pada industri ini.
“Kami sadar ada kekurangan di dalam dan kami sudah menjalankan perbaikan sehingga nantinya baik Indonesia dan Uni Eropa bisa saling menerima hubungan ini di masa depan,” kata Darmin.
Selain topik resolusi kelapa sawit, pertemuan juga membahas hubungan Indonesia dan Uni Eropa khususnya peningkatan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi. Hal ini mengingat, Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang dan wilayah tujuan ekspor utama Indonesia. Pada tahun 2016, Uni Eropa menempati peringkat ke-3 sebagai tujuan ekspor Indonesia dibawah Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat.
Uni Eropa juga merupakan salah satu sumber investasi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2016, Uni Eropa menduduki peringkat ke-4 di bawah Singapura, Jepang dan RRT. “
Dengan angka perdagangan dan investasi yang tinggi, saya yakin akan potensi besar yang ada di antara kita,” tutur Darmin.
Darmin percaya pertemuan ini dapat menjadi ajang tukar pandangan tidak hanya masalah kelapa sawit tetapi juga untuk cakupan kerja sama yang lebih luas. Ini karena kedua belah pihak memiliki antusiasme yang sama untuk memperbaiki hubungan di masa mendatang.
“Saya harap melalui pertemuan ini dapat mendorong dan memperkuat hubungan Indonesia dan Uni Eropa di sektor perdagangan dan investasi”, tutupnya.