Franc Bernhard Tumanggor Bupati Pakpak Bharat
Franc Tumanggor resmi dilantik menjadi Bupati Pakpak Bharat mulai 26 Februari 2021. Pekerjaan berat telah menantinya. Membangun daerah di kala pandemi bukan hal mudah. Namun, ia optimis ekonomi masyarakat dan daerah tetap berjalan.
Franc Bernhard Tumanggor, Bupati Pakpak Bharat, Sumatera Utara, memiliki segudang rencana dan program untuk membangun wilayahnya. Terletak di kaki gunung Bukit Barisan, kabupaten seluas 1.218 km² ini memiliki potensi pertanian, perkebunan, dan peternakan. Bahkan dapat berkembang menjadi kota wisata dan jasa.
“Lokasi Pakpak Bharat sangat strategis. Ibarat segitiga emas yang menjadi hub dan transit kegiatan transportasi dan barang serta jasa. Potensi ini juga harus dimaksimalkan,” ujar pria yang hobi balap mobil.
Niatan Franc Tumanggor ini tidak mudah. Pasalnya, ia harus berjibaku mencegah penularan Covid-19 di daerahnya. Kondisi serupa dihadapi daerah lain di Indonesia. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, setiap kepala daerah diminta fokus a penanganan Covid-19.
“Sejak Covid-19 masuk ke Indonesia, sektor kesehatan lebih diutamakan,” ujar Franc Bernhard Tumanggor, Bupati Pakpak Bharat, saat ditemui di Jakarta, pada pertengahan September 2021.
Walaupun jumlah masyarakat Pakpak Bharat yang terpapar Covid-19 tidak sebanyak kota lain. Tetapi, langkah antisipasi tetap dilakukan supaya rantai penyebaran virus dapat terputus.
Kegiatan vaksinasi terus ditingkatkan semenjak lima bulan terakhir. Kini, Pakpak Bharat sudah mendekati angka vaksinasi 90%. Kabupaten yang dipimpinnya memiliki tingkat vaksinasi tertinggi di Sumatera Utara. Vaksinasi dosis pertama mencapai 85,50%. Pemberian vaksin dosis kedua sebesar 65,22%. Pemberian vaksin dosis pertamausia 12-17 tahun mencapai hampir 90%.
“Dalam hal penanganan Covid-19, langsung berkomunikasi dengan unsur Muspida dan Forkompinda untuk bersinergi dan bekerjasama dengan Kapolda dan Pangdam yang ada di daerah kami. Masyarakat juga dihimbau mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, cuci tangan dan menghindari kerumunan,” kata Franc.
Keterbatasan anggaran daerah dan tenaga kesehatan tidak membuatnya menyerah. ”Anggaran dan jumlah nakes kami memang minim. Tetapi kami bersyukur perhatian Kapolda, Pangdam termasuk juga Polres dan Dandim yangmendukung pelaksanaan vaksinasi 85%. Perhatian pemerintah pusat juga sangat baik. Terutama dengan Bapak Luhut Panjaitan (Menko Maritim dan Investasi) dalam penanganan Covid-19,” jelasnya.
Ia menargetkan sampai akhir tahun vaksinasi di wilayahnya dapat mencapai 100%. Setelah vaksinasi sukses, pemerintah daerah mulai memperkuat program pengembangan SDM dan SDA yang sempat tertunda selama masa pandemi Covid-19. Begitupula roda perekonomian mulai digerakkan.
Pakpak Bharat merupakan daerah pemekaran Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Dan, resmimenjadi Kabupaten pada 25 Februari 2003. Secara administratif, Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 8 Kecamatan, 52 Desa dan 212 dusun. Yaitu Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Salak, Pagindar, Sitellu Tali Urang Julu, Pergetten Getteng Sengkut, Kerajaan, Tinada dan Siempat Rumpet, dengan berbagai potensi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, kehutanan dan industri.
Di sektor sumber daya alam, Franc fokus pengembangan tiga sektor usaha yaitu pertanian, perkebunan dan peternakan. Potensi ketiga sektor tadi dapat menggerakkan perekonomian masyarakat.
“Dalam persiapannya kami melakukan pendekatan dengan kepala-kepala desa di kabupaten Pakpak Bharat untuk melihat potensi yang ada didaerah Pakpak Bharat. Mengingat, daerahnya akan dilalui jalur provinsi sebagai akses membuka jalur dan pengembangan ekonomi,” ujarnya.
Sektor pertanian yang sudah berjalan adalah Nilam, Gambir dan Sereh Wangi. Pakpak Bharat dikenal sebagai salah satu produsen utama gambir di Indonesia. Tanaman yang telah ditanam ratusan tahun lalu ini punya banyak manfaat untuk kesehatan.
Dikatakan Franc, pelaku usaha gambir di daerahnya menghadapi kendala pemasaran. Gambir dari Pakpak Bharat harus dijual ke daerah lain seperti Sumatera Barat atau Aceh. Akibatnya, nama Pakpak Bharat kurang dikenal di pasar internasional.
“Tanaman gambir ini diekspor ke negara lain seperti India, Tiongkok dan Jepang. Tetapi penjualan gambir dari Pakpak Bharat harus melewati pengepul atau pedagang dari daerah lain,” ujar Franc.
Untuk sektor peternakan, ia berencana mengembangkan peternakan kambing perah. Langkah ini diambil agar memudahkan masyarakat dalam berternak kambing perah, ke depan pelatihan berternak bagi masyakakat akan dilakukan.
“Jika masyarakat sudah bisa berternak kambing perah, susunya bisa dikonsumsi masyarakat untuk menekan angka stunting yang masih tinggi di Kabupaten Pakpak Bharat,” urai Franc.
Selain memiliki banyak potensi SDA yang masih bisa dikembangkan, Kabupaten Pakpak Bharat sejak tahun lalu juga ditetapkan menjadi lokasi Food Estate. “Daerah kami, sejak 2020 sudah ditetapkan menjadi Food Estate. Saat ini kami sedang mempersiapkan lokasi yang cocok untuk Food Estate. Untuk persiapan kami melibatkan konsultan untuk HPL dan APL,” terang Franc.
Selanjutnya, ia mengatakan untuk pengembangan sektor pertanian pihaknya fokus pada On Farm dan mekanisasi sektor pertanian. “Sementara untuk program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), kami menargetkan 500 hektar. Namun, saat ini kami baru mencapai 120 hektar lahan sawit yang diremajakan karena masih banyak tantangan legalitas lahan dan lainnya,” lanjut pria kelahiran Paris, Perancis.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 120)