Dr. Ir. Harsawardana,M.Eng resmi dilantik menjadi Rektor Instiper pada 28 Juni 2019. Pengalamannya sangat lengkap mulai dari akademisi sampai profesional di perusahaan sawit.
“Saya memang tertarik dengan teknologi dan desain engineering pertanian. Karena tidak banyak orang yang fokus bidang ini,”cerita pria kelahiran Yogyakarta, 18 Juli 1962.
Harsawardana yang akrab dipanggil Harsa memiliki pengalaman panjang di bidang teknik pertanian. Gelar S-1 diperolehnya di Universitas Gajah Mada di program studi Teknik Pertanian & Biosistem pada 1989. Semangatnya belajar teknik pertanian dilanjutkan untuk meraih S-2 Asian Institute of Technology,Bangkok, Thailand dari 1991-1992. Karirnya dimulai sebagai dosen teknik pertanian di Instiper.
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan doktor bidang biosystems Engineering di Rheinisch-Fredrich-Wilhems Universität, Bonn, Jerman. Pendidikannya dimulai dari 1995 sampai 2000. Saat kuliah S-3 ini, ia juga dipercaya sebagai Associate Professor Institut für Landtechnik der Universität Bonn.
“Bagi saya, agriculture engineering dapat membantu persoalan di bidang pertanian. Engineering sangatlah penting terutama terkait teori keberlimpahan dan kelangkaan. Saat ini, teknologi sudah berlimpah yang dapat kita manfaatkan,” paparnya.
Harsawardana tercatat sebagai dosen di Fakultas Teknologi Pertanian sejak tahun 1989. Saat menjadi dosen, dirinya juga dipercaya sebagai Sekretaris LPPM dari 2000 sampai 2002. Lalu diangkat menjadi Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Instiper mulai 2003 sampai 2006. Setelah karirnya meningkat sebagai Wakil Rektor I Instiper periode 2009-2010. Karir profesionalnya dimulai dari tahun 2010-2016 saat dirinya dipercaya untuk bergabung dengan PT. Smart Tbk. Harsawardana kembali aktif mengajar lagi di Instiper pada tahun 2016.
Berkat kompetensinya di bidang teknik pertanian, Harsawardana berkesempatan meniti karir sebagai profesional dengan bergabung dengan PT Smart Tbk. Harsawardana diberi tanggung jawab untuk memimpin divisi manufaktur mesin peralatan untuk pabrik kelapa sawit dan kebun di bawah bendera PT Ivomas Tunggal Lestari (PT ITL) dan PT Swakarya Adi Usaha ( PT SAU), anak usaha PT Smart Tbk semenjak 2009-2016.
Ia menceritakan saat berkarya di perusahaan dirinya diminta mengembangkan mesin dan teknologi perkebunan. Ada banyak inovasi yang dihasilkan selama bekerja di kebun. Dirinya terlibat mengembangkan desain mesin, peralatan pabrik, manufaktur, dan servis. “Memang sebagai supporting unit mesin peralatan kebun. Dimana membuat trailer. Di perusahaan sawit, divisi yang dipimpinnya bisa membuat lori dan thresher drum.
“Ada pengalaman berbeda antara dosen dan profesional swasta. Sebagai dosen, saya merujuk kepada tridarma perguruan tinggi. Di perusahaan, saya tahu seperti apa kebutuhan mereka termasuk tekanan dalam bekerja,” ungkap Harsawardana.
Kombinasi ini menjadi bekal baginya untuk memimpin Instiper saat ini. Menurutnya selama berkarir di perusahaan sawit dirinya mengetahui keinginan industri tersebut. Dari situ, ia belajar pola pikir bisnis. Pengalaman ini tidak akan diperolehnya apabila tidak berada dalam satu ekosistem industri. “Perlu dialami dan dijalankan. Kalau belajar manajemen perusahaan melalui buku saja kurang sesuai hasilnya. Dalam bisnis tekanan itu dibutuhkan. Mungkin pola ini akan diterapkan dalam bidang akademik dan penelitian Instiper,” jelasnya penuh semangat.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 95)