Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita sangat aktif melobi negara pembeli sawit Indonesia. Strategi menjaga kinerja ekspor ditengah tingginya hambatan dagang.
Beberapa waktu lalu, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) sempat mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja ekspor dan investasi di Indonesia. Sejauh ini, Indonesia dinilai masih tertinggal dengan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. “Jangan sampai investasi dan ekspor kita kalah dengan Singapura. Kita sudah lama (tertinggal) dengan Malaysia, Thailand, Filipina, terakhir kita kalah lagi dengan Vietnam. Jangan sampai,” tegas Jokowi saat bertemu kalangan pengusahan yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pada Maret 2019.
Kekesalan Jokowi terjadi lagi ketika membuka sidang kabinet pada 8 Juli 2019. “Berkali-kali saya sampaikan berkaitan ekspor, Sudah beberapa puluh kali saya sampaikan, investasi yang berkaitan dengan ekspor, yang berkaitan dengan barang substitusi impor, tutup mata, berikan izin secepatnya,” kata Jokowi ketika pembukaan sidang kabinet.
Berdasarkan data yang dipaparkan Jokowi bahwa Indonesia menghadapi defisit neraca dagang sebesar US$ 2,14 miliar pada periode Januari hingga Mei 2019. Ekspor Indonesia dari Januari hingga Mei 2019 sebesar US$ 68,46 miliar. Sedangkan nilai impor Indonesia pada periode tersebut sebesar US$ 70,6 miliar.
Upaya peningkatan pasar ekspor telah berulangkali dijalankan Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita melalui diplomasi dan promosi produk Indonesia. Sebut saja, kegiatan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang melobi pemerintah dan pelaku usaha Tiongkok melalui rangkaian forum investasi pada pertengahan Juli 2019. Tujuannya mendongkrak hubungan ekspor antara Indonesia dengan negara beribukota Beijing ini. Komoditas yang diharapkan dapat menjadi pendongkrak neraca ini adalah minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO), buah-buahan, dan sarang burung walet.
Rangkaian lobi ini juga dilakukan untuk upaya meningkatkan ekspor CPO ke negeri tirai bambu. Dalam pertemuan tingkat kepala negara, sempat dibahas kenaikan ekspor 500 ribu ton CPO dari Indonesia ke Tiongkok. Namun, Mendag Enggar akan berupaya bernegosiasi agar nilai itu bisa digandakan, menjadi 1 juta ton CPO per tahunnya.
Ia meyakini, lobi intens dengan face to face, bertemu dengan pemerintah dan pengusaha-pengusaha secara langsung, hasilnya berbeda. Hal yang sama pernah dilakukannya dengan Turki, India, dan Chile.
Mendag Enggar menjelaskan, rangkaian lobi ini mutlak diperlukan untuk menaikkan neraca perdagangan. Dia berharap, dengan kesempatan yang diberikan hari ini oleh Forum pengusaha, lndonesia bukan hanya bisa mengatasi tren penurunan ekspor.
Sebelumnya, Menteri Enggartiasto Lukita memimpin langsung delegasi Indonesia dalam Forum Bisnis Indonesia-Turki di Istanbul. Forum Bisnis ini merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara dan tindak lanjut dari kesepakatan kedua pemimpin negara.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 93, 15 Juli – 15 Agustus 2019)