PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) telah mengintegrasikan strategi bisnis dengan ESG (Environ mental, Social, and Governance). Implementasi konsep ESG telah berjalan sejak lama di ANJ, hal ini sejalan dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan yang berlandaskan pada keseimbangan antara aspek-aspek triple bottom line. Di bidang lingkungan, ANJ telah menjalankan beberapa program perlindungan keanekaragaman hayati dan lingkungan, serta beberapa inisiatif untuk mengurangi dampak perubahan iklim di seluruh perkebunan.
Begitu pula dari aspek sosial, ANJ memiliki beragam program pemberdayaan masyarakat dan komunitas di sekitar operasi perusahaan. Hal ini, tidak sebatas memberikan bantuan semata. Namun, perusahaan mampu menggerakkan masyarakat untuk membangun wilayahnya.
Pada aspek Governance, ANJ menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dengan menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan kewajaran.
“Sebelum perusahaan lain mengenal prinsip ESG, sebetulnya implementasi ESG telah berjalan dalam kegiatan bisnis kami. Contohnya, melalui program perlindungan keanekaragaman hayati, kami mengalokasikan wilayah untuk area konservasi Orang Utan di Ketapang, Kalimantan Barat. Luas area konservasi tersebut mencapai 3.844,52 hektare (setara dengan 28% dari luas Izin Usaha Perkebunan),” urai Lucas Kurniawan, Presiden Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
Dikatakan Lucas, implementasi ESG sangat membantu perusahaan dalam upaya mencapai target finansial dan non finansial. Kenaikan produktivitas salah satunya didukung oleh penerapan ESG, yaitu melalui aplikasi pupuk kompos dan pemanfaatan limbah padat maupun cair.
Per 31 Oktober 2021, ANJ mencatat produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 717.568 MT atau naik 11,5% dibandingkan produksi TBS pada periode yang sama tahun lalu. Dari segi keuangan, emiten berkode ANJT ini hingga September 2021 mencatatkan pendapatan sebesar US$ 190,9 juta atau tumbuh 61,3% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$118,39 juta.
Salah satu pencapaian ANJ dari implementasi ESG adalah keberhasilan PT Sahabat Mewah Makmur (SMM), anak perusahaan dari ANJ yang berhasil mencatat sejarah sebagai perkebunan kelapa sawit pertama yang menerima PROPER Emas pada 2020 lalu.
Untuk mengetahui dan memahami implementasi ESG, tim redaksi Majalah Sawit Indonesia mewawancarai secara virtual, Presiden Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, Lucas Kurniawan, pada Selasa (14 Desember 2021). Berikut kutipan wawancaranya:
Mohon dijelaskan seperti apa model Environmental, Social, and Governance (ESG) di ANJ?
Mengenai implementasi ESG di ANJ, kita akan kilas balik. Sejatinya, ESG ini telah dikenal dalam kegiatan bisnis ANJ yang menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan pengembangan yang bertanggung jawab.
Pada 2013, ANJ membuat program konservasi yang sangat monumental untuk perlindungan Orang Utan, yaitu mengalokasikan wilayah seluas 3.844,52 ha di Ketapang, Kalimantan Baratuntuk area konservasi Orang Utan. Kami juga membentuk tim konservasi yang berdedikasi untuk mengelola area konservasi tersebut secara aktif. Hal tersebutlah yang membedakan kami dengan perusahaan lain.
Selain itu, kami juga membentuk tim konservasi secara nasional, yang ditempatkan di masing-masing wilayah operasional ANJ untuk mengidentifikasi flora dan fauna yang unik dan terancam punah. Sebagai contoh, Tarsius di Belitung, dan Orang Utan di Kalimantan Barat.
Untuk memitigasi dampak perubahan iklim, sejak 2012 kami telah melakukan penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) dengan membangun proyek biogas. Listrik yang dihasilkan oleh biogas tersebut dijual ke PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik 2000 rumah tangga dengan kapasitas 900 Watt per rumah.
Pada 2015, ANJ melakukan project composting melalui pemanfaatan limbah padat berupa janjang kosong untuk diolah menjadi pupuk organik. Berikutnya, pupuk ini diaplikasikan kepada tanaman sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia (anorganik).
Dari aspek sosial, ANJ telah melakukan banyak upaya agar keberadaan perusahaan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar diseluruh wilayah operasi ANJ. Mulai dari kemitraan plasma, pemberdayaan ekonomi di luar kemitraan plasma, di wilayah Papua Barat dan Belitung. Contohnya, didaerah Sorong Selatan, Papua Barat, kami mengembangkan Warung Mama yang merupakan program pemberdayaan perempuan dengan mengajarkan pengolahan makanan berbasis sagu serta kerajinan tangan lainnya yang dijual pada pekerja di perkebunan.
Sementara, di Belitung kamimembantu para petani di area yang sering terendam banjir dengan mengembangkan program Padi Apung yang merupakan penanaman padi dengan metode terapung menggunakan rakit dan program tersebut telah menghasilkan produktivitas yang cukup tinggi.
Apakah implementasi aspek ESG dilakukan secara bertahap?
Tentunya implementasi ESG dilakuka nsecara bertahap, sesuai dengan kondisi di lapangan. Perkebunan kami tersebardari Sumatera Utara hingga Papua Barat, dan tiap wilayah memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda. Misalnya di perkebunan kami yang ada di Papua Barat. Didasarkan pada budaya setempat, diperlukan pemetaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan memahami budaya masyarakat, sehingga program pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dapat diterima oleh masyarakat dan berjalan dengan efektif.
Implementasi ESG di wilayah lainnya berbeda, misalnya di Sumatera Utara, Belitung, Jember dan Kalimantan Barat. Di daerah ini, pola pengembangan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Sehingga kami mencari, apa yang bisa dikembangkan di daerah tersebut untuk dikembangkan menjadi “leading” disektor usaha ANJ. Sebagai contoh, di Jember berhasil merangkul dan mengembangkan potensi anak muda (generasi milenial) menjadi petani muda untuk menanam edamame.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 122)