Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) terus berbenah dari aspek kinerja dan operasional. Dinakhodai Mohammad Abdul Ghani, kinerja Holding PTPN membukukan laba bersih Rp 3,37 triliun per November 2021. Perusahaan fokus kepada program dekarbonisasi untuk mendukung pembangunan zero emission.
Di penghujung 2021, Mohammad Abdul Ghani, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) tetap beraktivitas seperti biasa. Beberapa tamu yang datang keruangannya tetap diterima.
“Saya tidak ambil libur tahun baru. Tetap bekerja seperti biasa, dalam sejarah pengabdian saya di perkebunan selama 37 tahun saya nyaris tidak pernah mengambil hak cuti” ujar Abdul Ghani sambil tersenyum.
Selama dua tahun menakhodai Holding, Abdul Ghani membawa banyak perubahan untuk membenahi dan memperkuat kinerja 13 anak usaha perusahaan perkebunan negara. Strategi yang dicanangkan melalui internalisasi transformasi EBITDA dengan tema PTPN Juara. Tujuan program ini menjadikan perusahaan perkebunan kelas dunia.
“Saya bersama jajaran direksi dan seluruh karyawan holding ingin mengembalikan kejayaan PTPN. Kami harus nomor satu (di industri perkebunan). Target ini tidak berlebihan. Apalagi dukungan Kementerian BUMN sangat luar biasa kepada holding,” tegas pria kelahiran Pekalongan, 63 tahun silam ini.
Abdul Ghani mengakui dukungan Kementerian BUMN yang dipimpin Erick Thohir sangat luar biasa terhadap berbagai kebijakan dan terobosan yang diiimplementasikan dalam dua tahun terakhir. Sebagai contoh, program restrukturisasi pinjaman Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) yang sudah rampung pada pertengahan 2021. Ada lebih dari 50 kreditur dari dalam dan luar negeri yang dapat diyakinkan untuk merestukturisasi pinjaman dengan total fasilitas kredit yang mencapai Rp41 triliun.
Kebijakan lain adalah keberhasilan program transformasi EBITDA. Program ini bagian strategi perubahan di lingkungan PTPN Group untuk merealisasikan cita-cita menjadi perusahaan perkebunan kelas dunia.
Transformasi EBITDA dijalankan dengan sembilan cara, yaitu Optimasi Penjualan (Revenue Enhancement), Sentralisasi Pengawasan Operasional (Operational Control Tower), Optimasi Biaya Angkut (Logistic Optimization), Pengadaan Tersentralisasi (Procurement Excellence), Organisasi yang Produkitf (Organization Excellence), Efisiensi Biaya Administrasi dan Umum (Zero Based Budgeting), Pengawasan Cash Terintegrasi (Cash Control Tower), Penguatan Manajemen Kinerja (Management Review Cycle) dan Katalisator Perubahan (Strategic Transformation Office).
Berbagai strategi ini membawa hasil bagi keuangan holding serta anak usaha. Sampai November 2021, total pendapatan sebesar Rp 46,09 T atau 13,17 % terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2021 dan di atas pencapaian tahun lalu sebesar 32,33 %.
Total aset yang dimiliki tercatat Rp 138,90 T, sehingga terdapat peningkatan aset sebesar 3,71 % yoy dan tercapai 2,34 % terhadap RKAP 2021. Sementara terjadi kenaikan luar biasa dalam EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tercatat mencapai Rp 11,62T, atau sebesar 200,88 % di atas tahun lalu dan 148,3% di atas RKAP 2021.
Holding PTPN juga mencetak laba Rp 3,37 Triliun atau 315,44% lebih tinggi dibandingkan 2020 lalu. Capaian ini membuat Holding Perkebunan tercatat meraih untung sepanjang tahun.
“PTPN ini sejatinya kuat karena awal pengembangan sawit dan komoditas perkebunan lain. Perusahaan lain belajar kepada kami. Seiring waktu PTPN menjadi terlena. Kedepan, kami akan kembalikan kejayaan PTPN,” urai Doktor Perencanaan Wilayah dari Universitas Sumatera Utara ini.
Abdul Ghani optimis PTPN dapat berkompetisi dengan perusahaan perkebunan lainnya. Arah bisnis perusahaan sekarang ini sudah tepat. Untuk jangka panjang, perusahaan memberikan perhatian penuh kepada penguatan kultur planters.
“Terkait penguatan kultur ini sudah saya bahas dalam buku Jejak Planters di Tanah Deli lima tahun lampau. Saya yakin PTPN bisa menjadi juara. Apa lagi sumberdaya manusianya didukung generasi milenial yang lebih pintar dan handal menggunakan teknologi, terutama digitalisasi dan pemanfaatan Internet of Thing (IoT) di era 4.0” ujarnya.
Berdasarkan kinerja operasional, produksi CPO perusahaan sampai November 2021 mencapai 2,4 juta ton atau naik 14,13% dibandingkan tahun 2020. Kenaikan ini ditopang peningkatan total produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit mencapai 11,45 juta ton terdiri atas 9,03 juta ton produksi sendiri dan 2,42 juta ton dari pihak ketiga. Total TBS kelapa sawit mencapai 0,15 % di atas RKAP 2021 atau 15,06 % lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Produktivitas CPO/hektar kebun sawit sendiri juga meningkat 8 % sehingga beban pokok produksi turun 7 % dari tahun lalu.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 123)