Selama masa kepemimpinan H. Syamsuar, Riau telah menjadi barometer kebijakan perkelapa sawitan nasional. Tak heran, pria kelahiran Rokan Hilir ini selalu di hati para petani dan pelaku usaha sawit.
Tahun lalu, pelaku usaha sawit nasional dibuat terkejut dengan inisiatif H. Syamsuar yang mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam surat ini, dirinya mengajukan permohonan agar mempercepat dan memperlua sekspor CPO dan turunannya guna meningkatkan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit.
Surat yang ditulis Gubernur Syamsuar ini menerangkan bahwa harga TBS kelapa sawit cenderung turun di wilayah Sumatera. Informasi ini dipertegas dengan data harga TBS di Riau berkisar antaraRp 600 sampai Rp 900 per kilogram. Penyebab utamanya, kata Syamsuar, karena belum optimalnya ekspor CPO dan turunannya, serta keterbatasan tangki penyimpanan milik Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sehingga pembelian TBS dibatasi.
Di akhir suratnya, pemegang gelar S-2 Universitas Riau ini meminta kepada Presiden Jokowi untuk mempertimbangkan upaya-upaya memperluas kembali ekspor CPO dan turunannya sehingga harga TBS dapat kembali meningkat sesuai harapan masyarakat.
Kelapa sawit menjadi penopang perekonomian Riau. Berdasarkan data semester I/2023, kontribusi dari Wajib Pajak (WP) yang bergerak di sektor sawit mencapai 42,7 persen dari total penerimaan pajak. Data DJP Riau menyatakan penerimaan pajak di daerah itu pada periode Januari hingga Juni 2023 atau semester I/2023 telah mencapai Rp10,3 triliun, atau 46,5 persendari total target penerimaan pajak sepanjang 2023 yang senilai Rp22,13 triliun.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Riau, di tahun 2022, mencatat ekspor CPO Riau sebesar 1,535 juta ton dengan nilai devisa mencapai US$1,757 miliar. ”Ekonomi Riau ini sangat bergantung kepada harga sawit,” kata Syamsuar.
Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar telah melakukan kebijakan untuk warga Riau yang bergantung pada perkebunan kelapa sawit. Diketahui perkebunan sawit di Riau merupakan komoditas strategis nasional.
Gubri mengaku tahu persis penduduk Riau banyak yang bergantung hidup dengan perkebunan sawit. Dengan begitu, pihaknya terus berupaya memperhatikan kehidupan para petani sawit agar bisa mendapat harga wajar dari hasil penjualan tandan buah segar (TBS) sawit.
“Kami tau persis ekonomi [masyarakat Riau] sangat tergantung dengan sawit. Karena kebun sawit yang terluas di Indonesia ini adalah di Riau. Ini terbagi sawit perusahaan dan juga sawit dari punya petani,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi.
Dengan demikian, dia menjelaskan, bagaimana perjuangannya agar harga TBS sawit tetap stabil. Hal itu diupayakan Syamsuar untuk menyelamatkan para petani sawit.
Sehingga, mantan Bupati Siak dua periode itu menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Riau Nomor 77 Tahun 2020 tentang Tata cara Penetapan Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Produksi Pekebun di Provinsi Riau.
Hadirnya Pergub Nomor 77 Tahun 2020 mengakomodir perkebunan swadaya agar mendapatkan kesetaraan harga TBS, yakni sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh Dinas Perkebunan.
“Karena itulah kami tidak setuju dengan adanya perlakuan harga-harga sawit yang tidak sepantasnya. Maka dari itu kami telah memberikan Pergub 77 yang mengatur harga buah sawit. Di mana setiap minggu dilakukan evaluasi bersama perwakilan pihak perusahaan maupun asosiasi,” jelasnya.
Pergub nomor 77 tahun 2020 ini merupakan turunan Permentan Nomor 1/PERMENTAN/KB.120/1/2018. Dalam Permentan tersebut, golnya adalah untuk melindungi seluruh petani kelapa sawit untuk mendapatkan harga yang wajar dan berkeadilan dan juga melindungi pelaku usahanya.
Gubri Syamsuar ungkapkan, melalui Pergub tersebut mampu memberikan dampak baik bagi petani sawit di Bumi Lancang Kuning. Karena harga TBS paling tinggi saat ini berada di Provinsi Riau.
“Sampai saat ini, tetap harga tandan buah sawit yang paling tinggi di Indonesia adalah Riau. Karena kami pertama sekali yang membuat Peraturan Gubernur, agar harga-harga sawit ini tidak dimainkan oleh tengkulak dan termasuk para pemilik PKS [Pabrik Kelapa Sawit],” ungkapnya.
Orang nomor satu di Provinsi Riau ini menuturkan, harga sawit yang stabil mampu memengaruhi ekonomi Riau lebih bagus. “Sebab dari itulah ekonomi dari Riau saat ini termasuk bagus. Karena saya katakan tadi masyarakat di Riau ini bergantung dengan sawit. Kalau harga sawit anjlok pasti banyak masalah. Tapi Alhamdulillah sekarang aman-aman saja, makanya kami senang melihat ekonomi Riau ini,” jelasnya.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 141)