Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Menebar Benih Menuai Hasil menjadi mitra anak usaha Wilmar dalam upaya mendukung ketahanan pangan warga.
Gapoktan ini mengelola lahan yang didapat dari hibah dari salah satu warga asal Malang, Jawa Timur, dengan luas 30 ha yang lahannya berbatasan dengan kebun sawit milik perusahaan. Saat ini lahan yang berada di Desa Bangkal, Seruyan (Kalimantan Tengah), sudah termanfaatkan (tertanam) seluas 20 ha, ditanami sayur-sayuran, jagung dan kacang.
Ketua Gapoktan Menebar Benih Menuai Hasil, Suharno, merasa bangga lahan yang dikelola bersama 21 anggota mendapat support dari Wilmar Central Kalimantan Project. “Kami bisa bergerak dan menggerakan anggota. Saat pandemi Covid-19 (tahun 2020), kebun yang kami kelola sudah bisa menghasilkan (panen jagung). Mereka (masyarakat) bisa tergerak dan tidak kawatir kekurangan pangan,” ujarnya, saat ditemui di lokasi, pada Rabu (8 Februari 2023).
“Kami percaya, dengan lahan yang ada bisa diolah, apalagi dengan dukungan dari perusahaan bermanfaat dan menghasilkan sehingga bisa dirasakan anggota.Dukungan dari perusahaan sangat luar biasa, tadinya tidak memiliki kolam sekarang dibuatkan kolam untuk ikan,” imbuh pria selaku Ketua Gapoktan sekaligus rohaniwan.
Selain konsen pada kesejahteraan masyarakat, Suharno juga mempunyai konsentrasi pada pendidikan. Hal ini terlihat dari lembaga pendidikan (PAUD dan TK) yang dikelola. Pihaknya percaya melalui pendidikan dapat merubah pola pikir masyarakat agar tercipta kecerdasan dan kesejahteraan. “Kami juga konsen pada pendidikan memiliki sekolah PAUD dan TK,” ujarnya singkat.
Untuk pengelolaan kebun seluas 30 ha, Suharno mengaku dibantu tim yaitu Koordinator Lapangan. Hal ini untuk memudahkan dalam pengelolaan kebun sehingga petani dapat terpantau dengan baik saat mengelola kebun sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
Lebih lanjut, ia menjelaskan awal mula membentuk Gapoktan. Setelah tinggal hampir 24 tahun di wilayah tersebut, menginginkan adanya peningkatan masyarakat dari sisi pendapatan dan peningkatan kesejahteraan.“Saat itu, kami juga melihat adanya kesulitan untuk mengakses pendidikan, maka kami mulai berpikir bagaimana supaya masyarakatdi desa ini bisa berkembang,” jelas Suharno.
“Kami membuat kelompok dengan SK Kepala Desa, untuk merubah cara berpikir masyarakat yang ada di sini, agar bisa melakukan perubahan dari sisi pendapatan dan peningkatan kesejahteraan. Yang awalnya hanya mencari kayu bakar, untuk bergeser ke sektor pertanian. Pada awal 2007, kami sudah lakukan menanam, tetapi yang dituai bukan hasil. Kemudian, pada 2019, kami coba kolaborasi dengan perusahaan (Wilmar Group) untuk menghidupkan kelompok tani yang ada. Kami harapkan kolaborasi (support) dari perusahaan bisa berjalan terus untuk memberikan contoh bagi warga di sekitar,” tambahnya saat mengungkapkan dengan bangga.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 137)