Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui perkebunan kelapa sawit di Indonesia ramah lingkungan. Karena itu, KLHK membantah stigma negatif tersebut dan menyebut itu sebagai informasi yang salah dan tidak memiliki dasar penelitian yang ilmiah.
Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bedjo Santoso mencontohkan dari sisi penyerapan air, sawit justru lebih efisien karena justru lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan jenis tanaman hutan.
Dalam setahun, sawit menyerap air sebanyak 1.104 milimeter, lebih sedikit jika dibandingkan tanaman sengon (1.355), jati (1.300), mahoni (1.500), maupun pinus (1.975). Sementara itu dari sisi penyerapan karbondioksida (CO2), sawit justru lebih banyak menyerap CO2 jika dibandingkan dengan empat tanaman hutan tersebut.
Menurut data yang dimilikinya, tiap hamparan sawit seluas 1 hektare (ha) mampu menyerap CO2 sebanyak 36 ton. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman sengon yang hanya mampu menyerap CO2 sekitar 18 ton, jati (21 ton), mahoni (25 ton), dan pinus (20 ton).