Sawit Indonesia – Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024 menetapkan tujuh fokus nasional, diantaranya membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim. Turunan dari fokus tersebut adalah pembangunan rendah karbon yang sejalan dengan komitmen Indonesia saat menghadiri United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) COP 21 di Paris, yaitu menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 sebesar 29% dengan upaya sendiri, dan hingga 41% dengan bantuan dan kerjasama internasional. Indonesia juga telah mengumumkan bahwa akan memenuhi Net Zero Emission maksimal pada tahun 2060.
Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur (PRTIPM), Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) menggandeng empat mitra, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), PT. Perkebunan Nusantara 5 (PTPN 5), Universitas Riau (UNRI) dan PT. Aimtopindo Nuansa Kimia untuk bekerjasama melakukan riset Pemanfaatan Unit Demo Prototype Pemurnian Biogas menjadi Biometana di PLTBg Terantam. Penandatangan Perjanjian Kerjasama dilakukan di Gedung 720 – KST B.J Habibie Serpong (06/06).
Kepala Pusat Riset Teknologi Transportasi (PRTT), Aam Muharam yang mewakili Kepala OREM mengatakan limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah salah satu sumber potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan.
“Kami telah mencapai kesepakatan untuk melakukan riset bersama tentang pemanfaatan Palm Oil Mills Effluent (POME). Kerjasama ini melibatkan perusahaan kelapa sawit terkemuka di indonesia, perguruan tinggi, institusi riset dan inovasi serta pihak swasta terkait. Melalui sinergi positif antar pemangku kepentingan, kami berharap dapat menghasilkan inovasi yang signifikan dalam pemanfaatan POME sebagai sumber energi terbarukan. Tujuan akhir kami adalah menciptakan solusi yang berkelanjutan dan efisien, yang dapat bermanfaat untuk masyarakat Indonesia,” tuturnya.
Pengembangan teknologi biogas menggunakan limbah kelapa sawit sendiri sampai saat ini telah menghasilkan tiga teknologi yang diimplementasikan pada skala pilot plant, yaitu : Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) kapasitas 1 MW oleh PTPN5, Cofiring boiler dengan teknologi CSTR kapasitas rata-rata 150 Nm3/jam, Pemurnian biogas menjadi biomethane dengan kemurnian mencapai 95-98% dan bioCNG bertekanan 200 bar.
Kepala PRTIPM, Hens Saputra menyebutkan teknologi ini membutuhkan waktu startup lebih cepat, yang tadinya membutuhkan waktu sebulan menjadi tiga minggu sudah menghasilkan biogas kapasitas penuh. “Harapannya PLTBg bisa dimanfatkan lebih luas. Teknologi ini telah diuji coba sebagai bahan bakar kendaraan truk. Teknologi ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia, terutama teknologi ramah lingkungan,” tuturnya saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.
PTPN 5 yang merupakan BUMN di bidang perkebunan sawit dan karet di Riau, telah berkomitmen mendorong produktifitas lahan sawit yang dikelola sendiri maupun mitra petani secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Perusahaan ini telah mempunyai tiga PLTBg, dimana hal tersebut membuatnya tercatat sebagai perusahaan perkebunan BUMN terbesar yang mengelola pembangkit biogas di lingkungan PTPN Group. Keberadaan ini sejalan dengan komitmen Indonesia menuju Net Zero Emissions pada 2060 mendatang.
“Dukungan BRIN, Perguruan Tinggi dan swasta yang kami usung mulai dari proses bisnis hingga digitalisasi berkembang begitu besar dalam beberapa tahun terakhir sehingga memberikan beberapa manfaat yang terjalin saat ini. PTPN 5 menjadi cluster perkebunan dengan instalasi pembangkit biogas terbesar di Indonesia saat ini, tentunya perlu peran aktif kita semua baik dari dunia usaha maupun pihak lain. Kami menyadari harus menjadi leading energi bersih bagi perusahaan lain, semoga akan berdampak lebih luas bagi bangsa Indonesia,” ungkap SEVP Business Support PTPN 5, Rurianto.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, I Gede Wenten dalam sambutannya mengatakan bahwa dengan adanya riset ini akan mendorong kemajuan bagi bangsa Indonesia. “Intinya kita harus memiliki hak paten, ilmu harus terus digali lagi. Teknologinya menjadi kekayaan dan menjadi nilai tambah bagi industri sawit itu sendiri. Saya sangat bangga dengan perkembangan yang ada sehingga menjadi sesuatu yang dibutuhkan bagi industri sawit itu sendiri dan mudah-mudahan bermanfaat untuk orang banyak,” ungkap I Gede Wenten.
Pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi biogas sudah dilakukan selama tiga tahun. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan unit demo prototype pemurnian biogas menjadi biometana di PLTBg Terantam dalam rangka sinergitas di bidang teknologi proses dan manufaktur industri hilir kelapa sawit dan produk turunannya yang menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi dengan Zero Waste Zero Emission menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.
Ketua jurusan Teknik UNRI, Idra Zasman mengungkapkan saat ini topik yang sedang hangat di dunia adalah limbah. Jika limbah digunakan dengan baik maka akan menghasilkan potensi besar untuk perekonomian negara kita.
“Ini tantangan untuk periset, bagaimana mengaplikasikannya ke industri sehingga tidak hanya dalam paper saja namun dalam bentuk nyata memberikan manfaat dan nilai tambah. Semua potensi bisa kita gunakan untuk kepentingan nasional,” jelas Idra.
Sementara itu Direktur PT. Aimtopindo Nuansa Kimia, Setyo Yanus Sasongko menjelaskan bahwa menyelesaikan energi dan limbah merupakah salah satu concern PT. Aimtopindo Nuansa Kimia. Paradigma industri terhadap limbah telah berubah karena saat ini limbah dapat diubah menjadi bahan baku yang memiliki nilai ekonomi.
“Kami hadir dalam kegiatan ini dengan mengirimkan orang yang kompeten di bidangnya. Inovasi ini tidak cukup dan harus berkelanjutan, saya berharap kita akan bergandeng tangan melanjutkan riset ini sehingga data yang dihasilkan dapat digunakan para peneliti agar mereka dapat terus berinovasi. Banyak ruang yang dapat kita optimalkan sehingga teknologinya akan lebih mudah ketika dioperasikan,” terangnya.
Sumber: brin.go.id