JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemerintah mengambil sikap tegas terhadap Uni Eropa sebagai bagian melindungi ekonomi nasional khususnya petani sawit. Industri sawit menjadi strategis karena berperan mengentaskan kemiskinan di pedesaan.
“Palm oil sudah berikan kesejahteraan kepada 20 juta orang rakyat Indonesia. Disinilah, kita harus punya nasionalisme yang kuat,” kata Luhut saat berbicara dalam Seminar bertemakan “Pengembangan Industri Sawit untuk Kemandirian Energi”, di Jakarta, Rabu (27 Maret 2019).
Menurut Luhut, angka kemiskinan turun dari 10,12 persen tahun 2017 menjadi 9 persen pada 2018, karena didukung program dana desa dan kehadiran perkebunan sawit. “Industri sawit menciptakan lapangan kerja di semua tempat seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Kalian tahu itu,” ujarnya kepada peserta seminar.
Luhut menegaskan pemerintah pasang badan melindungi petani sawit. Itu sebabnya dibuatlah program peremajaan tanaman bagi petani. “Tujuannya produktivitas petani naik menjadi 7 sampai 8 ton per hektar. Diberikan pupuk dan benih yang benar. Sekarang untuk panen tidak perlu tunggu 5 tahun, bisa 2 tahun menghasilkan,” ujarnya.
“Sekarang negara maju mau tekan kita, saya bilang jangan tekan Indonesia. Kami bisa atur negara ini. Apalagi ini menyangkut petani yang komposisinya 43 perseb dari luas perkebunan sawit di Indonesia,” kata Luhut.
Peter Gontha, Staf Khusus Menteri Luar Negeri RI, mengatakan Indonesia surplus perdagangan dengan Uni Eropa sekitar US$ 3 miliar pada 2018. Sebagai gambaran, Ekspor Indonesia ke Eropa mencapai US$17,1 miliar, sedangkan impor sebesar US$14,1 miliar.
“Jika ekspor sawit dikurangi artinya akan berdampak terhadap surplus perdagangan. Yang dirugikan adalah petani sawit jika ini terjadi,” jelas Peter.
Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) meminta swasembada pangan dan energi perlu menjadi perhatian pemerintah. Karena semua negara sangat melindungi kepentingan pangan dan energinya.
Hingga sekarang, kata Joko, penggunaan lahan untuk perkebunan sawit seluas 17 juta hektare di seluruh dunia. Jumlah ini masih lebih rendah dari total luas lahan untuk minyak nabati mencapai 278 juta hektar.