JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menunjukkan ekspor sawit (CPO dan turunannya) Indonesia termasuk biodiesel dan oleochemical pada Oktober meningkat 34% menjadi 2,54 juta ton pada Oktober dibandingkan dengan September lalu sebanyak 1,89 juta ton.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI, menyebutkan bahwa kenaikan ekspor sawit Indonesia karena adanya peningkatan permintaan dari hampir semua negara tujuan utama ekspor sawit Indonesia kecuali Amerika Serikat dan Pakistan.
“Para traders mengambil kesempatan untuk membeli di saat harga sedang melemah dan mengantisipasi kenaikan harga pada bulan berikutnya karena akan ada permintaan tinggi jelang hari raya Natal dan Tahun Baru,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Secara persentase ekspor ke negara-negara Timur Tengah, Afrika dan Bangladesh meningkat sangat signifikan, dimana masing-masing membukukan kenaikan 147%, 154% dan 117%. Kenaikan yang cukup signifikan secara volume dibukukan negara-negara Uni Eropa yaitu 163,57 ribu ton (naik 75,5%) atau dari 216,59 ribu ton di September terkerek menjadi 380,15 ribu ton pada Oktober. Kenaikan permintaan juga diikuti China yang membukukan kenaikan 32% atau dari 239,42 ribu ton menjadi 316,45 ribu ton dan India mencatatkan kenaikan 32% juga yaitu dari 462,23 ribu ton menjadi 608,51 ribu ton.
Dari industri biodiesel, data yang berhasil dikumpulkan GAPKI menunjukkan serapan biodiesel pada Oktober sebesar 283 ribu kiloliter (kl). Angka ini menunjukkan peningkatan penyerapan sebesar 10% dibandingkan dengan September lalu yang hanya mencapai 257 ribu kl. Sementara itu, ekspor biodiesel pada Oktober tercatat 97 ribu kl.
Harga CPO sepanjang bulan Oktober bergerak di kisaran US$ 690 – US$ 755 per metrik ton, dengan harga rata-rata sebesar US$ 722 per metrik ton. Sementara itu harga sepanjang November bergerak di kisaran US$ 722.5 – US$ 780 per metrik ton. Prospek kenaikan harga diperkirakan masih akan terjadi karena jelang hari raya Natal dan Tahun Baru.