Pantang menyerah dan berserah diri kepada Sang Pencipta, menjadi kiat Hj. Rima Melati dalam membangun usaha. Selain itu, strategi merangkul semua pihak mulai dari masyarakat sampai pemerintah daerah diterapkannya dalam pengembangan bisnis kelapa sawit.
Pebisnis yang tangguh akan teruji ketika menghadapi masalah besar, tampaknya pengalaman inilah yang pernah dialami Hj. Rima Melati sewaktu bisnisnya jatuh. Awal berbisnis sawit dimulai ketika perempuan yang akrab dipanggil Bunda ini terlilit utang sampai Rp 49 miliar. Hj. Rima Melati menceritakan usaha kontraktor kebun yaitu PT Rimba Melawai telah dimulai semenjak awal 1990-an yang terfokus mengerjakan proyek di daerah Kalimantan seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selata, dan Kalimantan Timur.
“Ketika sedang mengerjakan proyek pembukaan lahan sawit, pernah terbersit dalam pikiran saya kapan dapat mempunyai kebun sawit sendiri. Karena selama ini, saya mengerjakan lahan sawit milik orang,” kenang Hj.Rima Melati kepada SAWIT INDONESIA di kantornya yang berlokasi di Mampang, Jakarta Selatan.
Kejatuhan usaha kontraktornya dimulai ketika sedang mengerjakan proyek pembukaan lahan sawit milik PT Sapta Karya Damai di Kalimantan Tengah terjadi kerusuhan antar etnis di Sampit. Kemudian di Kalimantan timur perusahaan kontraktor Hj. Rima Melati sedang mengerjakan stacking di daerah Sembuluh, ternyata di lahan tersebut yang setelah distacking tanahnya diketahui memiliki potensi batubara. Informasi ini lalu menyebar ke masyarakat yang selanjutnya meminta land clearing dihentikan. Sebaliknya, pemilik lahan yang juga pemberi proyek tetap minta dilanjutkan.
Selama lima bulan lebih, menurut Hj. Rima Melati, tidak ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Kondisi ini menyebabkan alat berat miliknya yang berjumlah 30 dozzer me-ngganggur di lahan tadi. Imbas tidak beroperasinya alat berat tersebut mengakibatkan beban biaya perusahaan PT Rimba Melawai terus meningkat.
Menurut Hj. Rima Melati, selama alat beratnya stand by pembayaran angsuran kepada leasing tetap berjalan. Di awal pembelian alat berat, biasanya dia membayar down payment sebesar 20% -30%. Lantaran, cashflow perusahaan semakin tidak seimbang pada akhirnya membuat perusahaan kontraktor lahan kelapa sawit PT Rimba Melawai kolaps terbebani hutang.
“Saya masih ingat, bisnis kontraktor bangkrut pada Juni 2006. Tahun berikutnya, bisnis alat berat adik saya- H. Heppy Trenggono, Pendiri United Balimuda Grup – juga jatuh,” kenang ibu dari satu anak ini dengan raut muka sedih.
Kendati jatuh dan terlilit hutang, Hj. Rima Melati tetap optimis menghadapi masalah ini. Menurutnya, kegagalan dalam berbisnis kontraktor sudah menjadi suratan takdir yang Maha Kuasa. Tak ingin larut dalam kesedihan, Hj. Rima Melati bangkit bersama adiknya dengan mengembangkan bisnis baru yaitu akuisisi lahan kelapa sawit. Dibawah bendera usaha bernama PT United Balimuda.
Nama Balimuda ini, ujar Hj. Rima Melati, berasal dari nama perusahaan milik H. Heppy Trenggono yakni PT Balimuda Persada. Sedangkan, makna United ini adalah bersatunya PT. Rimba Melawai dan PT Balimuda Persada. Seperti apa bisnis sawit yang dikembangkan Hj. Rima Melati bersama adiknya?
Dituturkan Bunda Rima, usaha yang dijalaninya melalui pembelian lahan yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi perkebunan sawit. Dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit inilah, pihaknya mencari mitra strategis (partner) untuk men-develop sehingga menjadi perkebunan kelapa sawit dan kami mendapatkan saham meskipun hanya sedikit sebagai local partner.
“Cara ini sangat efektif dan berisiko kecil dibandingkan mengajukan pinjaman kepada bank. Saya masih trauma mengajukan kredit perbankan,” kata Hj. Rima Melati sambil tertawa.
Dirinya menyadari bisnis kelapa sawit itu selain financial juga manajemen yang kuat karena berjangka panjang. Sebagai contoh, pengusaha yang minta kredit bank untuk perkebunan sawit baru dapat dinikmati setelah tanaman melewati umur 8 tahun, itu pun jika pinjaman dan bunganya sudah lunas. “Bisnis sawit ini memang sakitnya di depan, tetapi senangnya itu kemudian,” ungkap Hj. Rima Melati.
Lahan sawit yang pertama kali dibeli United Balimuda berlokasi di daerah Kalimantan Timur setelah itu, ekspansi ke daerah Sumatera. Total lahan sawit yang dikuasai United Balimuda hingga sekarang mencapai 83 ribu hektare yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Sumatera.
Dalam memilih mitra strategisnya, Bunda Rima menggunakan jaringan yang dimilikinya. Seringkali investor yang datang berasal dari kolega lamanya. “Kepada investor yang akan menjadi mitra, saya selalu bilang partner with us, make you sleep well. Mereka harus ngerti ngurus operasional lapangan itu tidaklah mudah,” kata Bunda Rima sambil tersenyum.
Di tahun ini, perusahaan memproyeksikan sudah ada lahan sawit yang akan panen perdana baik di daerah Kalimantan Timur dan Sumatera.
Bangkitnya bisnis yang dijalani Hj. Rima Melati tidak terlepas dari keuletan dan kemampuannya membangun jaringan. Ir.Arlimda Arkeman, Managing Director PT Agrisarana Jaya Perkasa yang juga sahabatnya, menuturkan gelar Kartini sawit ini pantas disandang Hj. Rima Melati karena berani dan gigih dalam berbisnis. “Ketika di bisnis kontraktor, dia pernah menginap sebulan di dalam hutan untuk mengerjakan proyek. She is very tough business women,” puji Ir.Arlimda.
IBADAH MENJADI TUJUAN
Ada cara unik yang dijalankan Hj. Rima Melati ketika datang ke kebun. Dirinya selalu mengajak bicara tanaman dari hati ke hati. Kepada pohon sawit, dia selalu mengatakan “Pohon kalau mau sedekah yang baik maka bantulah saya hasilkan duit,”. Hal ini selalu dikatakan terus sewaktu mengunjungi perkebunan.
“Semangat membangun bisnis sawit ini selalu datang ketika melihat pohon yang hijau dan buahnya lebat. Sebab, nantinya pohon sawit itu akan menghasilkan ,” ujar Hj. Rima Melati sambil tersenyum.
Menurutnya, bisnis yang dijalani sekarang ini diniatkan untuk ibadah kepada Sang Maha Kuasa. Istilahnya, apapun kalau dilandasi untuk ibadah pasti akan nikmat menjalaninya dan mensyukuri hasil yang diperoleh. Bunda Rima sangat yakin niat ibadah inilah yang membuatnya dapat menemukan jalan keluar dan solusi ketika dihadapkan oleh masalah.
Kesuksesan yang diraih Hj. Rima Melati tidak lantas membuatnya lupa diri. Sikap menghormati dan membantu sesama sangat tertanam di dalam hatinya. Kedua orang tuanya selalu menekankan sikap tesebut. Tak hanya itu, prinsip bersedekah juga dijalani karena menjadi amanah kedua orangtuanya. Menurut Bunda Rima, siapa yang menanam pohon pasti akan memetik hasilnya.
Di pekerjaan, sikap tadi digunakan untuk mendekati masyarakat setempat sebelum berkebun sawit. Hj. Rima Melati lebih menekankan pendekatan personal dan komunikatif kepada warga. Sebagai contoh, konflik yang terjadi di Mesuji, Lampung, tidak berdampak negatif satu-satunya, perusahaan yang tidak dirusak dalam konflik berdarah Mesuji adalah PT Prima Alumga yang berpartner dengan UNITED BALIMUDA.
Ke depan, Hj. Rima Melati tetap menyimpan obsesi mengembangkan bisnis kelapa sawit dan produk lainnya. Di bisnis produk makanan, United Balimuda sudah memiliki produk kopi kesehatan merek Cordova. Adalagi, produk bubur kentang yang bernama Potayo. Bisnis ini dikelola oleh anak usaha perusahaan yaitu PT Balimuda Food dan PT Industri Pangan Indonesia yang berdiri semenjak 2007.
Selain itu, dirinya dan H. Heppy Trenggono sekarang sedang mengembangkan bisnis perkebunan cengkeh di daerah Batang, Jawa Tengah. Hasil panen cengkeh, kata Bunda Rima, cukup menggiurkan di lahan tersebut. Itu sebabnya, banyak kolega Hj. Rima Melati yang mengakui insting dan kemampuan bisnis anak pertama dari lima bersaudara ini, memang jempolan. (Qayuum Amri)