PT Agrolestari Mandiri, anak usaha Sinarmas Agribusiness and Food, siap mencegah kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di areal perkebunan serta wilayah sekitarnya.
Menjelang musim kemarau, PT Agrolestari Mandiri mengawasi potensi titik panas di sekitar kebun. Pada akhir Juli 2018, apel siaga digelar di areal perkebunan perusahaan untuk mengingatkan bahaya api. Apel siaga ini melibatkan unsur muspika setempat, anggota desa masyarakat peduli api, dan tim kesiapsiagaan tanggap darurat perusahaan.
“Saya minta yang bermain api tolong diingatkan dan diberitahu jika tidak mau mendengar laporkan kepada pihak berwajib. Kami ingin tidak ada api karena Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games,”tegas Susanto Yang, CEO Sinarmas Agribusiness and Food Wilayah Kalimantan Barat, dalam arahannya di apel siaga.
Untuk mengawasi bahaya api, perusahaan mempunyai berbagai fasilitas lengkap antara lain menara api, pos pantau, dan mobil pemadam kebakaran. Data perusahaan mencatat terdapat 18 menara api, 10 pos jaga api, 162 stop blok, dan 19 embung. Luas lahan yang dikelola PT Agrolestari Mandiri mencapai 16.661 hektare dan lahan konservasi seluas 5.000 hektare.
Ridho Farianto, Field Sustainability Implementation Supervisor PT Agrolestari Mandiri, menuturkan menara api sangat efektif untuk mengawasi titik api karena ketinggian antara 15 meter-20 meter. Pos jaga api dibangun semenjak 2015. Sedangkan, menara pengawas berdiri dari tahun 2010.
Ridho menuturkan syarat penempatan menara api berada di tempat tinggi maupun areal rawan kebakaran. Selain itu, menara api dibangun dengan kriteria cakupan areal. Walaupun demikian, berdasarkan peta rawan kebakaran tidak semua lahan PT Agrolestari Mandiri rawan kebakaran.
“Prioritas kami di areal enclave karena rawan kebakaran. Jadi kami buat peta rawan, analisa, lalu ditempatkan menara api. Di musim rawan kebakaran, petugas gantian berjaga di menara. Dalam satu hari, ada tiga shift jaga dari pagi sampai malam,”ujarnya.
Selain menara api, dikatakan Ridho, adapula pos jaga api yang berada di sekeliling areal konservasi maupun areal yang rentan kebakaran. Kehadiran pos jaga ini sangatlah penting untuk mengawasi masyarakat ataupun pekerja kebun. Setiap pos jaga api diisi tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat (KTD).
Saat berkunjung ke pos jaga api, tim KTD mewajibkan tamu untuk daftar absen. Dalam daftar absen tersebut, terdapat kolom nama, jam kedatangan, dan keperluan. “Baik warga dan pekerja wajib mengisi daftar absensi ini,” jelas Ridho.
Bagi areal rawan kebakaran yang sulit dijangkau air. Perusahaan menyiapkan tanki air. Adi Wiyono, Manager Unit Kebun Kayung Kemitraan PT Agrolestari Mandiri, menjelaskan bahwa tanki air ini dibutuhkan bagi daerah yang akses airnya sulit tetapi rawan muncul titik panas. Di unit kebunnya, ada tiga tankiair berkapasitas masing-masing 50 ribu liter.
Menurutnya, curah hujan di areal perkebunan perusahaan rata-rata 300 mm per bulan di selama 20 hari kerja. Curah hujan terbilang merata dari Januari sampai Juni di atas 15 hari di wilayah perusahaan. “Sedangkan memasuki Juli sudah 12 hari tidak hujan. Sampai saat ini belum ada dampak kepada tanaman,”ujarnya saat diwawancarai akhir Juli 2018.