Purwati Munawir telah malang melintang di dunia perkelapa sawitan semenjak 31 tahun lalu terutama di bidang kemitraan. Satu-satunya perempuan yang menjabat Ketua GAPKI tingkat provinsi di antara 13 GAPKI cabang di seluruh Indonesia.
“Di dunia sawit, saya mulai bekerja semenjak 1989. Pertama kali karir saya mulai pengembangan kebun di daerah Manis Mata tepatnya Kabupaten Ketapang. Memang sebelum di sawit, sempat bekerja di bidang logging (red-perkayuan) sekitar 1987,” ujarnya saat ditemui di Pontianak, Kalimantan Barat, pada akhir September 2022.
Walaupun dunia sawit identik sebagai dunia lelaki. Purwati tidak gentar bahkan sangat percaya diri untuk bekerja di perkebunan sawit. ”Saya ini lebih senang bekerja di lapangan dari pada di kantor. Malahan bosan kalau hanya duduk di kantor,” urainya sambil tersenyum.
Sekitar tahun 1990-an di perusahaan tempatnya bekerja, Purwati dipercaya menekuni bidang kemitraan, CSR dan legal. Ia mengatakan pengurusan perizinan masih lebih mudah dilakukan karena saat itu dipegang Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) provinsi. ”Awalnya kita mengajukan izin lalu dapat informasi lahan. Setelah itu dapat izin pra survey. Prosedur dulu bagus sekali karena tidak ada tumpang tindih. Kami datang kelapangan untuk mengetahui berapa luasan yang dapat dibangun sawit. Baru setelah itu keluar izin lain, jadi lebih tertib,” urai perempuan kelahiran Pontianak ini.
Purwati menjelaskan perkebunan sawit di Manis Mata berdampak positif bagi ekonomi setempat. ”Dulu itu, penduduk belum punya KTP. Lalu kami bantu penduduk buatkan KTP. Perputaran duit luar biasa di daerah tersebut sekarang ini. Kontribusi sawit luar biasa karena masyarakat dapat bekerja,” jelasnya.
Dalam bekerja, Purwati Munawir selalu berpegang teguh untuk tidak mengambil keuntungan dari masyarakat. Satu waktu, ada kepala desa menawarinya lahan sawit seluas sebanyak 80 kavling. Tetapi, ia tetap menolak. ”Masa Ibu hanya bagi-bagi, saya kasihya,” kata Purwati menirukan ucapan kepala desa tersebut.
Bergelut di bidang kemitraan, dirinya berusaha menjalin hubungan batin dengan masyarakat. Cara ini dinilainya penting agar masyarakat menaruh kepercayaan terlebih dahulu. Selain itu, ia menyarankan bahwa masyarakat itu mitra karena itulah harus diterapkan manajemen terbuka.
“Walaupun bekerja di bidang kemitraan, saya tidak mengambil kesempatan untuk punya kebun sawit. Semua lahan plasma diutamakan bagi masyarakat,” jelasnya.
Selama 30 tahun lebih, Purwati tidak pernah pindah tempat bekerja. Ia meniti karir dari bawah hingga dipercaya menjabat Direktur Kemitraan, CSR, dan Legal. ”Saya tidak pernah pindah-pindah perusahaan. Karena perusahaan itu bukanlah hotel ibaratnya check in check out,” kata Purwati.
Saat ini, Ibu dari tiga anak ini adalah satu-satunya Ketua GAPKI Cabang dari kalangan perempuan. Ketika diusulkan menjadi ketua, ia berpesan kepada anggota GAPKI Kalbar supaya dapat bekerjasama.
“Saya mau menjadi Ketua GAPKI Kalbar asalkan anggota lainnya bantu saya. Karena saya tidak bisa bekrja sendiri. Saat ini, hampir setiap hari ada undangan ditujukan kepada GAPKI. Jadi, semua pengurus mesti berperan karena ada bidang-bidang yang tidak bisa dipahami semuanya,” jelas Purwati.
Di awal Purwati menjabat Ketua, anggota GAPKI Kalbar baru 50 perusahaan. Sekarang telah bertambah menjadi 74 perusahaan. Jumlah ini masih sedikit karena di Kalbar terdapat 360 perusahaan sawit.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 132)