Keberadaan jaring yang digunakan dalam pengiriman Tandan Buah Segar (TBS) sawit dari kebun menuju pabrik, ternyata sangat dibutuhkan perusahaan. Jaring ini bermanfaat untuk memastikan volume TBS sawit tidak berkurang. Paling utama, mencegah kecelakan bagi truk tersebut atau kendaraan lain ketika kegiatan pengangkutan berada di luar lokasi perkebunan.
Ide pembuatan jaring pengaman buah sawit awalnya dari permintaan konsumen yang ingin pengangkutan buah dari kebun menuju pabrik tidak terjadi insiden dalam perjalanan. Chintya Fransisca, Chief Operating Officer PT SabaS Sinergi Indonesia yang berlogokan SabaS Agrinusa itu, menceritakan salah satu pelanggan yang merupakan perusahaan perkebunan sawit terbesar di Indonesia, mengeluhkan buah sawit yang sedang dikirim seringkali jatuh di jalan raya sehingga membahayakan pengendara lain,selain itu kehilangan buah sawit diatas truk sering terjadi, Dampak volume TBS menjadi berkurang ketika ditimbang di pabrik pengolahan sawit.
Kontan, permintaan pelanggan ini berbuah inovasi bisnis untuk membuat jaring bagi armada pengangkut buah sawit. Chintya menyatakan perusahaannya menjadi pionir dalam memproduksi jaring ini, karena sebelumnya tidak pernah ada produk sejenis ini di Indonesia.
Walaupun, pemasaran jaring pengaman ini baru dimulai semenjak dua tahun lalu. PT SabaS Sinergi Indonesia cukup kewalahan memenuhi permintaan dari perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah existing atau perusahaan baru. Kualitas adalah segalanya imbuh Chintya ,maka tak mengherankan Jaring TBS kami mempunyai standart yang ketat mulai dari bahan yang langsung di Import hingga kekokohan simpul jaring serta tidak mudah kendor atau putus dalam menjaga buah sawit tetap berada di dalam bak truk.
Kekuatan jaring terletak pada bahan baku tali jaring dan simpul ikatnya yang dibuat sedemikian rupa hingga dapat dibilang Simpulnya tehnik simpul mati. Jaring ini menggunakan 2 bahan pilihan yaitu bahan tambang PE dan NYLON, keduannya sangat tebal,biasanya tali berdiameter 6 atau 8 inch,Lalu, cara pengikatan memakai tehnik simpul mati supaya tali ini tidak mudah putus dan dibuka,tehnik inilah yang membuat mata jaring berkesan dobel dengan tepian ujung-ujung yang kokoh untuk ikatan rantai besi sebagai penguncinya atau segel.
Selain itu, apabila tali jaring dibuka secara paksa malahan semakin memperkuat ikatan tali. Chintya menjelaskan ukuran tali dapat disesuaikan dengan permintaan pembeli. Jadi ukuran tali akan mengikuti jenis bak truk dari segi panjang dan lebar. Tentu saja, langkah yang diambil perusahaan ini merupakan bagian untuk memenuhi keinginan pembeli.
SabaS Agrinusa menjual beragam Model mulai dari JT 54 -6 PE sampai JT85-8N, spesifikasi ukuran dimulai yang terkecil 5 x 4 meter hingga yang terbesar 8 x 5 meter, dengan ketebalan tali 6 dan 8 inch,serta ukuran mata atau mesh tali 10 x 10 ,jika di total kami memiliki hampir 22 model Jaring TBS imbuh Chintya.
Mengenai harga jaring pengaman ini berkisar antara Rp 1,2 juta-Rp 2,8 juta per set.“ Memang harganya terbilang mahal namun dari segi kualitas sudah teruji. Berat rata-rata jaring mencapai 15-20 kilogram,” ujar Chintya kepada Sawit Indonesia.
Tingginya minat perusahaan perkebunan kelapa sawit menyebabkan maraknya peredaran jaring sejenis yang mutunya dibawah standar. Dia mengatakan harga jaring lain sekitar Rp 600 ribu-Rp 700 ribu per set atau lebih murah 50% dari produk yang dijual perusahaannya. Namun, kualitas jaring berharga murah ini tidak menyamai kualitas jaring SabaS Agrinusa.Karena jaring tiruan tersebut mudah kendor dan tidak tahan lama serta tidak dapat di gunakan untuk mensegel Sawit didalam truk, terbukti belum sampai satu bulan ternyata jaring tersebut sudah putus,serta tingkat kehilangan masih tinggi.
Walaupun banyak ditiru, menurut Chintya, dirinya tetap bangga lantaran jaring buatan perusahaan telah diakui kualitasnya baik oleh produsen jaring lain atau perusahaan perkebunan. Apalagi, jaring buatan SabaS Agrinusa menjadi pionir pertama yang kemudian diikuti jejaknya oleh perusahaan lain.
Pada 2011, penjualan jaring mencapai 1 ribu-2 ribu unit. Chintya mengatakan tahun ini target penjualan jaring diharapkan sama dengan tahun lalu. Supaya dapat memenuhi, perusahaan mengoptimalkan lewat supplier-supplier di daerah untuk mempromosikannya kepada perusahaan perkebunan sawit. Langkah lain membidik perusahaan perkebunan skala besar supaya meraih kontrak kerjasama pembelian dalam jumlah banyak. “Penjualan juga kami lakukan lewat internet yang berpotensi mendapatkan pembeli baru,” paparnya.
Christine Ukus, Account Executive PT SabaS Sinergi Indonesia, menyatakan perusahaan berusaha mengejar target penjualan dengan mengoptimalkan promosi lewat internet,pameran serta bertatap muka secara langsung dengan para pelanggan, Promosi ini terbilang sangat ampuh untuk mendapatkan pembeli baru atau supplier jaring TBS di daerah potensial perkebunan sawit di Indonesia.
Christine Ukus pun menandaskan sebagai pioneer lah yang membuat banyak pelanggan perkebunan besar mencari produk jaring TBS kami,langkah promosinya pun menjadi mudah dan orderpun tak pernah berhenti.
Bagi perusahaan dan pelaku usaha sawit, kepemilikan jaring ini sangat penting untuk menjaga keselamatan pengendara lain. Sekaligus menghindari kerugian perusahaan akibat jatuhnya buah sawit di jalan raya.
Seperti dikutip dari situs HalloRiau, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Indragiri Hulu, Erpandi menyatakan masyarakat sudah menyampaikan keluhan mengenai angkutan tandan buah sawit yang mengancam pengguna jalan lain. Penyebabnya, volume pengangkutan buah sawit melewati kapasitas yang ditentukan sehingga masuk ke dalam jenis pelanggaran. Sebagai contoh, mobil jenis koldisel mengangkut buah sawit sawit harus sesuai dengan tinggi bak mobil, selanjutnya dilakukan penutupan muatan dengan jaring pengaman.
“Jika kita temukan armada pengangkut buah sawit melebihi kapasitas muatannnya maka akan kita tilang,”tegas Erpandi.
Produk lain
PT SabaS Sinergi Indonesia juga memasarkan produk alat panen sawit lainnya seperti egrek, cangkul, kampak, parang dan dodos. Chintya Fransisca menjelaskan produk egrek yang dipasarkan buatan Inggris dengan merek Crocodille ,produk ini sangat terkenal di Amerika latin serta Afrika,produk yang sangat dikenal ini mempunyai mata pisa yang sangat tajam ,hal ini membantu pemanenan buah sawit jauh lebih mudah.
Senada dengan itu Christine Ukus mengatakan egrek yang dijual dapat dikatakan kualitas premium karena harganya lebih tinggi dari egrek jenis. Harganya mencapai Rp 110 ribu per unit sedangkan harga egrek lain berkisar Rp 70-90 ribu per unit. “Umur egrek ini lebih lama dari egrek jenis lain,” kata Christine Ukus setengah berpromosi.
Penjualan egrek merek crocodile ini mulai dirintis pada November 2011. Christine Ukus menjelaskan kendati baru mulai dipasarkan tetapi sudah ada perusahaan perkebunan sawit yang berminat terhadap egreknya. Saat ini, perusahaan berupaya memperkuat penjualan egrek di wilayah Sumatera. Sedangkan Kalimantan belum dijangkau perusahaan. “Ke depan, kami ingin mencari dealer di Kalimantan yang dapat diajak kerjasama, “ kata dia.
Chintya Fransisca mengungkapkan keberadaan dealer sangat penting untuk menghindari produknya ditiru oleh perusahaan lain. Selain itu, produk asli yang dijual SabaS Agrinusa dilengkapi dengan embos merek, cap, dan nomor seri. “Namun, paling terlihat itu dari jenis bahan karena antara yang asli dan tidak itu sangat berbeda jauh,” ujar dia.
Untuk produk dodos, menurut Chintya Fransisca, penjualan dapat mencapai 12 ribu unit pada tahun lalu. Pada 2012, penjualan diperkirakan lebih tinggi mengingat sudah ada perusahaan perkebunan sawit yang menjadi pelanggan utama. Harga dodos bervariasi antara Rp 40 ribu-Rp 70 ribu per unit.
Chintya Fransisca optimis penjualan produk alat panen akan meningkat tiap tahun karena jumlah perusahaan yang bermain di bisnis kelapa sawit terus bertambah. Itupun belum termasuk perusahaan existing yang telah mengenal produk alat panen SabaS Agrinusa. Untuk itulah, perusahaan terus menggenjot promosi produknya dan memberikan pelayanan purna jual kepada pembeli. (am)