Samarinda, SAWIT INDONESIA – Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali mengadakan Seminar Bedah dan Diseminasi Buku “Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat” di Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur.
Kegiatan tersebut juga merupakan hasil kolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Agribisnis dan Ilmu Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat (HIMAGRIKOM) dan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gedung Bundar Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (27/04/2024).
Direktur Eksekutif PASPI Dr. Tungkot Sipayung menyampaikan bahwa buku mitos fakta sawit ini merupakan bentuk advokasi untuk meng-counter isu negatif sawit sekaligus mempromosikan nilai positif sawit kepada publik. Dalam edisi keempat ini, buku telah memuat berbagai isu maupun data dan studi empiris yang up to date untuk menyesuaikan dengan kondisi relevan industri sawit nasional maupun di pasar global.
Dalam paparannya, pengamat ekonomi sawit ini juga mengungkapkan sejarah Indonesia yang pernah menjadi produsen dan eksportir beberapa komoditas pertanian dunia di era kolonial seperti rempah-rempah, kakao, gula, dan kopra.
“Namun saat ini, prestasi tersebut hanya tinggal kenangan. Hal tersebut terjadi karena tata kelola yang kurang tepat. Karena itulah, nasib kelapa sawit jangan mirip seperti komoditas pertanian Indonesia sebelumnya,” ujar Tungkot yang juga Ketua Tim Penyusun Buku.
Saat ini, ujar Tungkot, Indonesia menduduki posisi yang strategis yakni sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Kita perlu mempertahankan posisi tersebut, mengingat industri sawit ini menjadi salah satu industri strategis yang berkontribusi dalam perekonomian Indonesia maupun global. Untuk mempertahankan posisi tersebut, industri sawit Indonesia harus “naik kelas” lebih sustainable sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang lebih inklusif sekaligus berperan dalam pelestarian lingkungan.
Selain itu, diperlukan tata kelola industri sawit yang tepat, komprehensif, dan fleksibel agar sejarah pada komoditas gula dan rempah-rempah tidak kembali terulang. Beruntung bagi industri sawit, Pemerintah Indonesia memiliki tata kelola dalam bentuk grand policy yang sudah menjadi tulang punggung bagi industri sawit Indonesia yakni pungutan ekspor (levy), hilirisasi sawit, dan mandatori biodiesel. Implementasi kebijakan tersebut menjadi bentuk instrumen dalam rangka menjaga keseimbangan posisi Indonesia baik sebagai produsen, eksportir, dan sekaligus konsumen minyak sawit terbesar di dunia.
Acara ini juga melibatkan dosen-dosen Universitas Mulawarman sebagai pembedah buku yajni Nella Naomi Duakaju S.TP, M.P (dosen Program Studi Agribisnis), Dr. Deny Sumarna, S.P, M.Si (dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian) dan Yuniarti S.IP, M.Si (dosen Program Studi Hubungan Internasional. Ketiga dosen pembedah buku tersebut berasal dari program studi yang berbeda beda. Hal ini bertujuan agar ketiga dosen tersebut dapat membahas Buku Mitos vs Fakta Sawit Edisi Keempat dari point of view yang berbeda, mengingat buku tersebut juga terdiri dari berbagai isu sawit dalama aspek/bidang ekonomi, sosial, gizi dan kesehatan, lingkungan, dan tata kelola.
Ketiga dosen tersebut menyampaikan pembahasan buku secara komprehensif dan memberikan masukan untuk pemutakhiran buku edisi selanjutnya. Selain itu, dosen-dosen tersebut juga memberikan apresiasi atas terbitnya Buku Mitos vs Fakta Sawit Edisi Keempat. Buku ini telah menjadi sumber edukasi dan literasi sawit yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sambil tetap menonjolkan argumen berbasis ilmiah dengan dukungan data dan studi empiris terbaru.
Pada seminar bedah buku kali ini pun turut memberikan kesempatan kepada para mahasiswa dan dosen di lingkungan Universitas Mulawarman untuk berdiskusi dengan para panelis terkait dengan isu-isu sawit. Adanya kesempatan interaktif ini, mahasiswa dan dosen dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang industri sawit dan menggugah mereka untuk menjelajahi fakta-fakta yang mendasari, bukan sekadar mendengar mitos yang mengaburkan.