Learning Factory sebagai inovasi pembelajaran muncul di tengah keterbatasan (masa pandemi Covid-19) terbukti menjadikan keterserapan alumni AKPY-Stiper semakin banyak di industri sawit.
Kegiatan Learning Factory (LF) yang diadakan AKPY-Stiper sejak tahun lalu adalah kegiatan praktik lapangan bagi mahasiswa Diploma 1 (D1) untuk memperkuat pemahaman kultur teknis dan administrasi kebun sawit bagi calon Mandor/Krani.
Kegiatan lapangan dilaksanakan di laboratorium kebun atau Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2), milik Yayasan Kader Perkebunan Yogyakrta (YPKY) berlokasi di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Beragam tanaman perkebunan ditanam di lahan seluas 18 ha untuk praktik mahasiswa, tak terkecuali kelapa sawit.
Direktur Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta – Stiper (AKPY-Stiper), Dr. Ir. Sri Gunawan, M.P mengungkapkan kegiatan Learning Factory merupakan inovasi pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang dilaksanakan selama duapekan efektif/kloter yang terbagi menjadi 3 kloter, 20 Ferbruari – 31 Maret 2022. Di masa pandemi Covid-19 sektor pendidikan menjadi salah satu yang terdampak, tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka. Sehingga diperlukan inovasi pembelajaran agar kegiatan tetap bisa berjalan.
“Dengan adanya pandemi Covid-19 sejak tahun lalu, kami merubah strategi pembelajaran di kebun dengan konsep Learning by Doing yang dinamakan Learning Factory dilaksanakan KP2. Selama dua pekan, mahasiswa melaksanakan kegiatan Learning Factory sekaligus untuk isolasi mahasiswa yang baru datang dari daerah sebelum melaksanakan pembelajaran di kampus. Kegiatan ini dilaksanakan dengan protokol kesehatan sesuai himbauan dari pemerintah,” ujar Sri Gunawan, saat ditemui di kampus AKPY-Stiper, pada Jum’at (11 Maret 2022).
Ia menambahkan kegiatan LF tahun lalu diadakan sebagai solusi pembelajaran di masa pandemi. Salah satunya terinspirasi Training Center yang ada di perusahaan perkebunan sawit. Jadi, yang kami berikan yaitu knowledge, skill kompetensi dan attitude. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa tidak jauh beda dengan kegiatan yang ada di Training Center perusahaan perkebunan sawit untuk training karyawan baru sebelum terjun ke lapangan (kebun).
Hasilnya cukup membanggakan, mahasiswa lebih mudah memahami kultur teknis sawit (budidaya sawit), mulai dari administrasi, Land Preparation, pembibitan, perawatan Tanaman Belum Menghasilkan, perawatan Tanaman Menghasilkan hingga panen TBS. Ini semua skill kompetensi yang ditanamkan calon Mandor/krani kebun sawit.
“Kegiatan Learning Factory pertama kali diadakan tahun lalu sebagai project percobaan. Hasilnya sangat membanggakan karena alumni di tahun lalu dapat terserap bekerja di perkebunan sawit mencapai 85%. Kesuksesan ini menjadi indikator keberhasilan Learning Factory. Manfaat kegiatan ini dapat membekali calon Mandor/Krani yang berkompeten di bidang budidaya kelapa sawit,” lanjut pria yang akrab Pak Gun.
Sri Gunawan menjelaskan bahwa Learning Factory akan dilanjutkan tahun-tahun mendatang sebagai pengganti PKL. Kegiatan Learning Factory akan menjadi Trade Mark bagi AKPY-Stiper. Ke depan akan terus dilaksanakan karena dari hasil evaluasi kegiatan LF yang paling efektif untuk mentransfer Knowlegde, Skill dan Attitude, dan kompetensi mandor/krani kebun.
“Selain itu, akan dikembangkan pula kegiatan pasca panen. Sebenarnya alat-alatnya sudah ada namun baru tahap uji coba. Diantaranya, alat untuk mengolah CPO tanpa rebusan dan mengolah pelepah menjadi pupuk organik. Intinya, Learning Factory menjadi Trade Mark AKPY-Stiper dan akan terus dikembangkan,” imbuhnya.
Kegiatan LF dapat dikatakan sebagai kegiatan pra-Magang bagi mahasiswa D1 (calon Mandor/Krani), sebelum melaksanakan program Magang di perusahaan perkebunan/koperasi sawit. Program Magang wajib diikuti mahasiswa taruna sawit AKPY-Stiper setelah menyelesaikan pembelajaran teori dan praktik.
AKPY-Stiper merupakan lembaga pendidikan tinggi (pendidikan vokasi) yang fokus mencetak calon Mandor/Krani jenjang Diploma I bergelar Ahli Pratama. Dengan pembelajaran yang lebih menitik beratkan praktik dibanding teori dengan komposisi praktik 70% dan teori 30%. Pendidikan vokasi diharapkan mampu link and match dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).
“Bagi mahasiswa yang sudah selesai melaksanakan kegiatan LF melanjutkan kuliah untuk mempelajari materi pendukung kompetensi Mandor/krani seperti ilmu tanah, klimatologi, irigasi, draninasi, alat mesin pertanian/perkebunan, bahan organik dan hama penyakit. Materi pendukung ini sangat diperlukan,” kata Sri Gunawan lulusan Doktor dari Universitas negeri ternama.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 125)