Satu lagi hasil dari penelitian dari minyak sawit yang teruji mampu meningkatkan produktivitas susu sapi perah. Hasil riset dari Institut Teknik Bandung (ITB) diproyeksikan untuk dipabrikasi lewat industri.
Hal tersebut mengemuka dalam Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit bertemakan “Perkembangan dan Kontribusi Industri Hilir Sawit Bagi Perekonomian Indonesia” diselenggarakan oleh Majalah Sawit Indonesia pada 31 Januari – 2 Februari 2024 di Bandung, Jawa Barat.
Kegiatan ini didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan jumlah peserta 30 jurnalis dari media cetak dan online. Dukungan juga datang dari Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Dalam kesempatan itu, Prof. Dr. Ir. Lienda Aliwarga, Guru Besar ITB Ilmu Teknologi Pemrosesan Bahan Pangan menjelaskan hasil risetnya PFAD yang bisa menghasilkan lemak kalsium sebagai suplemen pakan ternak sapi perah. PFAD adalah produk samping dari minyak goreng. Jadi, proses refining CPO menghasilkan 4% PFAD.
“Dalam grafik, produksi perolehan susu per hari untuk sapi kalau tidak diberi kalsium cepat drop sedangkan jika diberi lemak kalsium itu kenaikan susu lebih panjang dan penurunan produksi tertahan, atau tidak cepat turun, masa kering misalnya,” ujar Lienda.
Menurutnya, lemak kalsium dari PFAD ini kualitasnya lebih tinggi dibandingkan lemak kalsium yang dipakai Uni Eropa di peternakan sapinya. “Maka kita melakukan uji di lapangan kita bandingkan dengan lemak kalsium luar negeri. Hasilnya, lemak kalsium dari ITB lebih unggul. Kenaikannya lebih besar 13-14 persen, sedangkan lemak kalsium imporitu 11 persen produksi susunya,” jelas Lienda.
Dengan lemak kalsium tersebut, dia mengatakan bisa mendongkrak produktivitas susu sapi di Indonesia. Pasalnya, potret dari peternakan sapi di Indonesia, dari data Kemenperin populasinya hanya 592 ribu ekor sapi perah. Dengan jumlah itu hanya mampu memenuhi 20 persen kebutuhan domestik. Pada hal, pemerintah sempat mencanangkan tahun 2025 pasokan susu segar lokal untuk memenuhi domestik itu mencapai 60 persen.
Saat ini, ujar dia, lemak kalsium hasil risetnya sedang diupayakan untuk dipabrikasi agar bisa dimanfaatkan para peternak di dalam negeri. “Saya berterimakasih ke Pak Sahat (Plt. Ketua Umum DMSI) karena menyambungkan kami dengan pihak industri,” jelas Lienda.
Peraih gelar Master bidang teknologi pangan di Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand juga mengatakan seringkali sapi mengalami pengeroposan tulang karena banyaknya lemak dan kalsium yang dikeluarkan melalui susu yang diperah. Manfaat lemak kalsium bagi sapi perah dapat meningkatkan perolehan susu sebesar 5%-8% sehingga mempercepat kenaikan berat badan pasca melahirkan 1-2,5kg/0,45kg lemak kalsium, meningkatkan fertilitas dari sapi sekitar 23,6%, dan meningkatkan kadar lemak susu 0,2%-0,3%.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 148)