Ditengah persaingan pestisda yang semakin maka perlu komitmen produsen terhadap mutu produk yang dijualnya. Himpunan Masyarakat Pestisida Nasional (HMPN) mengadakan pelatihan kualitas kontrol petugas laboratorium kepada anggotanya.
Minat anggota HMPN terhadap kualitas produk sangatlah tinggi sebagai upaya memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran 40 peserta dari 22 perusahaan yang menjadi anggota HMPN pada pertengahan Februari 2013 dalam kegiatan “Pelatihan Petugas Laboratorium Quality Control”. Acara ini dibuka oleh Sumardjo Gatot Irianto, Direktur Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian.
Rusmanto, Ketua Himpunan Masyarakat Pestisida Nasional (HMPN), mengatakan pelatihan ini bermanfaat membangun kesadaran mutu perusahaan pestisida yang menjadi anggota HMPN. Hal ini akan berdampak kepada kualitas produk pestisida nasional supaya dapat bersaing dengan produk perusahaan multinasional.
Caranya adalah meningkatkan sumber daya manusia petugas laboratorium dengan memperkuat kompetensi pengawasan kualitas. Menurut Rusmanto, tidak hanya peralatan yang mesti diperkuat mutunya melainkan pula sumber daya manusia di dalam laboratorium tersebut. Begitupula kalau SDM bagus sementara prasarana buruk yang akan berakibat kepada mutu produk.
“Apabila SDM berkualitas dan prasarana juga bagus tentu saja akan berdampak pula kepada mutu. Perusahaan merujuk mutu produk sesuai standar komisi pestisida,” kata dia.
Rusmanto mengakui belum semua anggotanya memiliki laboratorium yang lengkap sehingga akan menghambat pengawasan produk. Solusi bagi perusahaan yang belum memiliki laboratorium, ujar Rusmanto, dapat mencari laboratorium rujukan misalkan bekerjasama dengan perusahaan yang laboratoriumnya sudah lengkap atau laboratorium lain yang independen.
Perusahaan yang belum memiliki laboratorium dapat memanfaatkan laboratorium dari berbagai institusi seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan BATAN.
Selain itu, kata Rusmanto, jumlah anggota HMPN yang mendapatkan ISO belum terlalu banyak. Sebagian besar masih dalam proses untuk mendapatkan ISO. Walaupun demikian, dirinya, tetap mendorong anggota HMPN dapat memiliki ISO.
“Dalam dua sampai tiga tahun mendatang, pasar pestisida dalam negeri memerlukan barang berkualitas baik. Oleh karena itu perlu ditunjang laboratorium yang bagus,” ujarnya.
Rusmanto berharap peserta yang telah mengikuti pelatihan dapat membantu teman dari perusahaan lain dalam hal memperkuat kompetensi pengawasan mutu. Jadi perlu ada sinergi antara anggota HMPN sehingga dapat saling mengisi.
Tak hanya pelatihan mengenai pengawasan mutu, HMPN juga sudah melakukan kegiatan kepada petugas yang mensosialisasikan penggunaan pestisida, istilahnya Train The Trainer. Pada kegiatan ini, petugas lapang setingkat agronomis diberi materi pelatihan seperti mengenal pestisida, cara kerja pestisida, teknik penyemprotan, teknik demo plot, mengenal OPT dan teknik penjulan profesional. “Kegiatan ini sudah menjadi agenda tahunan dan tahun 2013 direncanakan akan diselenggarakan pada semester kedua,” kata Rusmanto.
Saat ini, menurut Rusmanto, penggunaan pestisida di kalangan petani sudah tidak menerapkan 5 Tepat . Komponennya bertambah menjadi 6 Tepat, yaitu tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran, tepat takaran, tepat alat dan tepat mutu.
Dengan penguatan mutu, ditambah lagi dengan kompetensi sumber daya manusia dan fasilitas laboratorium. HMPN optimistis perusahaan anggotanya secara keseluruhan dapat meningkatkan pangsa pasarnya mendekati 50% dari total nilai omset pestisida nasional dalam tiga tahun mendatang. Semoga. (Qayuum Amri)