Di tengah pandemi, perusahaan sawit pengguna teknologi informasi di perkebunan sawit mendapatkan nilai tambah tinggi. Data real time lebih mudah diperoleh dan pengambilan keputusan lebih cepat dilakukan.
Saat ini, perkebunan kelapa sawit yang berada di remote area masih menghadapi keterbatasan jaringan informasi untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Pada hal, era revolusi teknologi informasi telah menghadirkan kecanggihan dan kemudahan sehingga data dapat diperoleh secara harian dapat diketahui dalam hitungan jam bahkan menit.
Dengan perkembangan teknologi digital dewasa ini membuka peluang yang besar untuk tercapainya precision agriculture sehingga mewujudkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan kebun. Itu sebabnya, ketepatan dan kecepatan mendapatkan data serta mengolahnya telah menjadi kebutuhan industri sawit.
Saat ini, beberapa pemain besar di industri sawit telah menerapkan model teknologi informasi dalam setiap lini kegiatan. Salah satu bentuknya adalah dengan menggunakan aplikasi berbasis internet untuk memfasilitasi manajemen dalam mengembangkan sistem kerja yang lebih efektif serta efisien. Data yang ada kemudian diolah manajemen untuk mengembangkan model sistem kerja operasional yang lebih produktif, efektif, efisien yang sesuai dengan perkembangan jaman.
Penggunaan teknologi merupakan instrumen tepat dalam mengantisipasi dampak kebijakan moratorium perluasan kebun kelapa sawit. Seperti diketahui, kebijakan moratorium mewajibkan perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk terus meningkatkan produktivitas serta melakukanpekerjaan dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan kinerja perseroan secara terukur, tepat, cepat dan akurat.
Teknologi digital menjadikan produksi sawit kian prima
Hampir semua sektor bisnis di masa pandemi Covid-19 terganggu. Hampir 1,5 tahun masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia mengalami kendala akibat hadirnya virus Corona yang tidak hanya memakan korban jiwa namun juga berdampak pada melambatnya bisnis atau usaha.
Namun, hambatan itu tidak berdampak signifikan bagi sektor industri sawit. Justru sebaliknya, sektor industri sawit mampu mendongkrak perekonomian negara akibat merosotnya pendapatan dari sektor-sektor lain yang terdampak pandemi Covid-19.
Hal ini dapat menjadi bukti pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi sebagai upaya transformasi digital dalam sektor perkebunan sudah mulai dilakukan oleh para pemilik kebun dan industri sawit berskala besar. Optimasi yang dilakukanantara lain penggunaan aplikasi atau solusi teknologi berbasis internet yang berhubungan langsung dengan proses pembibitan, panen hingga pengolahan dan distribusi.
Seperti diketahui, operasional di sektor perkebunan sawit yang secara geografis cukup luas tetap membutuhkan komunikasi yang baik. Tetapi, kebutuhan kelancaran komunikasi operasional terkadang kontradiktif dengan lokasi kebun yang sangat luas dan area yang sulit terjangkau oleh jaringan internet terestrial. Kondisi tersebut membutuhkan konektivitas yang ringkas, mobile dan adaptif, terutama terhadap cuaca ekstrim.
Selain itu, pemanfaatan teknologi digital berbasis internet juga dapat menekan tindakan fraud, tak terkecuali di sektor perkebunan sawit. Pengelolaan dengan cara konvensional pada industri hulu (perkebunan sawit) sangat rentan terjadi kecurangan karena masih mengandalkan tenaga manusia (padat karya). Tindakan fraud di kebun atau production site bahkan dalam proses pendistribusian barang ke pasar menjadi salah satu faktor produktivitas sawit tidak sesuai standar/target. Para pemilik kebun harus lebih tanggap dan taktis dalam menghadapi kondisi tersebut. Salah satunya dengan transformasi keteknologi digital memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet untuk surveillance di kebun, baik proses hulu hingga hilir. Cara ini juga dipercaya memberikan beberapa keuntungan yakni menghemat Sumber Daya Manusia (SDM) untuk pengoperasian, report yang lebih terdokumentasi dengan baik dan rapi, hingga mencegah fraud lainnya pada sistem pelaporan manual karena menggunakan teknologi berbasis artificial intelligence yang datanya bisa diakses secara real time.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 119)