NUSA DUA, SAWIT INDONESIA – Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxembourg dan Uni Eropa, Dr. Andri Hadi, menjelaskan petani sawit dari berbagai belahan dunia akan hilang dari rantai pasok. Petani sawit sendiri merupakan pilar yang penting dalam industri sawit di Indonesia oleh karena kontribusinya yang berkisar di angka 41% (2.6 juta petani sawit Indonesia).
“Melalui kebijakan ini UE memang akan diuntungkan dengan mendapatkan harga yang stabil dari berbagai komoditas yang masuk ke wilayahnya, namun di sisi lain negara produsen akan dirugikan dengan berbagai kebijakan yang dibebankan,” kata Dubes Andri saat menjadi pembicara di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023, Nusa Dua, Bali, Kamis (2 Oktober 2023). .
“Saya percaya tidak ada satu negarapun yang melakukan deforestasi secara sengaja. Oleh karena itu kita sejalan dengan negara lain dalam memerangi deforestasi,” imbuhnya.
Andri Hadi menegaskan bahwa Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia akan terus mempromosikan sawit sebagai komoditas ramah lingkungan di Uni Eropa (UE).
“Pada Juli 2022 lalu, Indonesia dan beberapa negara produsen yang komoditasnya terkena dampak telah menandatangani perjanjian kerja sama yang dikirimkan kepada para pemimpin Uni Eropa,”ujar Andri Hadi.
Andri Hadi mengatakan minyak sawit Indonesia menguasai pangsa pasar 30-40% impor minyak nabati dari Uni Eropa. Kemudian Andri menyebutkan permintaan terhadap produk crude palm oil (CPO) terus menguat, terutama pada awal perang antara Rusia dan Ukraina khusunya diakibatkan gangguan rantai pasokan dan pemulihan global setelah pandemi.
“Minyak sawit dapat memenuhi permintaan Uni Eropa akan minyak nabati dan hal ini sangat membantu resistensi di kawasan ini,” pungkas Andri Hadi.
Penulis: Robi Fitrianto