PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) telah memulai implementasi digitalisasi semenjak enam tahun terakhir. Transformasi dari cara manual menjadi digital telah membuahkan hasil untuk menopang kinerja perusahaan dari aspek bisnis, sosial, dan lingkungan.
“ANJ sudah mulai melakukan penerapan transformasi digital sejak tahun 2016. Teknologi digital memainkan peranan penting bagi keberlangsungan dan produktivitas operasi kebun dan pabrik ANJ,” ujar Harsono Sutikno selaku Head Information Communication Technology & GIS, ANJ dalam kegiatan Ngeriung Bicara Sawit bertemakan “Strategi ANJ Tingkatkan Produktivitas Berbasis Digitalisasi dan Inovasi” melalui platform Instagram, Senin (27 Juni 2022).
Dijelaskan Harsono, penerapan digitalisasi telah memberikan manfaat bagi perusahaan dari segi kecepatan penyajian informasi, mulai dari level operasi kebun sampai top-management.
Manfaat lainnya ketimbang sistem manual adalah akurasi data lebih baik dan lebih terintegrasi. Semuanya bermuara pada proses pengambilan keputusan dari top-management yang lebih cepat dan tepat sasaran.
Dijelaskan Harsono bahwa penerapan digitalisasi dijalankan secara bertahap. Implementasi diawali penerapan sistem ERP (Enterprise Resouce Planning) menggunakan SAP S4 atau HANA yang menggantikan beberapa sistem peninggalan sebelumnya yang masih silo dan tidak terintegrasi.
Menurut Harsono, setelah berhasil mengaplikasikan ERP di kantor pusat dan semua anak perusahaan, timnya mulai melakukan review bisnis proses mana yang dapat diperbaiki dan dikembangkan menggunakan transformasi digital.
“Salah satu yang terindentifikasi adalah penerapan sistem EPMS (Electronic Plantation Mobile Solution), yaitu sistem digital untuk mengambil data panen buah sawit (FFB) sampai kepengiriman atau transport kepabrik,” ujar peraih gelar S1 Lulusan Terbaik Universitas Bina Nusantara di bidang Sistem Informasi Tahun 2000.
Aplikasi lainnya adalah sisteme TIS (Electronic Traceability Information System) yang berfungsi untuk mengambil data pembelian buah luar sampai ketahap petani mandiri secara digital.
Modernisasi berikutnya adalah implementasi GIS untuk pengelolaan perkebunan sawit dan sagu melalui penerapan akusisi data dengan penginderaan jauh dengan dukungan teknologi Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning.
“Penggunaan foto drone dan citra satelit resolusi tinggi berbasis GIS digunakan untuk memeriksa kesehatan tanaman, pemetaan tutupan lahan, sensus pokok sawit, identifikasi kawasan hutan sagu, serta memitigasi potensi kebakaran yang luput dari pantauan manual,” urainya.
ANJ juga telah menggunakan metode penginderaan jarak jauh dengan pesawat tanpa awak (UAV). Hasil data akuisisi foto udara tersebut kami olah menggunakan algoritma dan machine learning, sehingga dapat melakukan proses penghitungan pokok sawit secara otomatis.
Selain itu, Harsono juga menjelaskan untuk bisnis sagu ANJ, hasil foto udara digunakan untuk melakukan klasifikasi tingkat kematangan pohon sagu melalui pendekatan bentuk kanopi dan ketinggian pohon sagu sehingga tim operasional memperoleh gambaran secara menyeluruh kondisi kematangan dari pohon sagu di area operasi.
Dijelaskan Harsono bahwa perusahaan juga melakukan percobaan foto udara menggunakan sensor NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) yang memungkinkan menganalisa tingkat kesehatan tanaman sawit menggunakan formula index vegetasi dari kanopi atau dahan pokok sawit.
“Proyek ini kami bekerjasama dengan tim Research & Development untuk melakukan elaborasi data sehingga memperoleh tingkat akurasi yang diinginkan,” tambahnya.
Diakui Harsono bahwa tantangan transformasi digital dari aspek change management untuk mengubah cara kerja seseorang yang sebelumnya manual menjadi digital menggunakan gadget atau perangkat elektronik (komputer).
Sebagai contoh, pada saat penerapan sistemeTIS, salah satu tantangan terbesar adalah meningkatkan kesadaran petani mandiri mengenai ketertelusuran dan mengatasi kekhawatiran mereka agar bersedia membagikan informasi mengenai kebun mereka kepada pihak korporasi.
Terkait lingkungan, perusahaan telah menerapkan Integrated Fire Management (IFM) sebagai pendekatan terintegrasi yang terdiri dari pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, deteksidini, dan respons setelah deteksi. Deteksidini merupakan salah satu bagian penting dari IFM. Untuk langkah ini, ANJ menggunakan pemantauan aktivitas titik api berbasis satelit dan melakukan pemantauan lokal menggunakan menara pengawas kebakaran dan kendaraan udara tak berawak (UAV).
Dalam pandangan Harsono, digitalisasi ini sangatlah penting untuk meningkatkan capaian dan performa perusahaan sawit. Melalui transformasi digital mendukung peningkatan produktivitas di segala lini diantaranya identifikasi tanaman lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dapat mengurangi resiko manipulasi data dari sebelumnya menggunakan manual.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 129)