PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk berencana melakukan penanaman baru sekitar 3.000-3.500 hektare. Penanaman ini sebagai upaya meningkatkan produksi sawit dalam beberapa tahun mendatang.
“Tahun ini, kami akan tanam lahan baru antara 3.000 sampai 3.500 hektare. Karena saat ini, perusahaan baru memiliki 71.332 hektare,” kata Chief Financial Officer (CFO) SSMS Nicholas J. Whittle saat Rapat Umum Pemegan Saham Tahunan, pada pertengahan Juni 2019.
Sebagai informasi, emiten berkode SSMS ini mengelola lahan seluas 95.770 hektare yang berlokasi di Kalimantan Tengah. Rata-rata umur tanaman 10,7 tahun dengan tingkat produktivitas tinggi. Nicholas menyebutkan penanaman ini menghabiskan biaya sebesar US$ 6.000 per hektare. Komposisi pembiayaan tanam meliputi 50% di tahun pertama, 30% tahun kedua, dan 20 % memasuki tahun ketiga.“ Biaya tanam ini sampai tanaman bisa menghasilkan hingga umur tiga tahun,” paparnya.
Tahun ini, belanja modal perusahaan dialokasikan sebesar US$30 juta untuk peningkatan operasional dan investasi fasilitas biogas. Menurut Nicholas, alokasi belanja modal semenjak 2017 sampai 2020 tetap sama rerata US$ 30 juta per tahun. Belanja modal itu akan dipakai untuk menunjang kegiatan operasional seperti pembangunan pabrik baru, penambahan alat kerja, peningkatan infrastruktur dan peremajaan kebun.
Perseroan juga mengantisipasi peningkatan produksi buah dari kebun yang siap panen dengan adanya penambahan dua pabrik CPO baru. Tahun ini perusahaan menambah satu unit pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas olah Tandan Buah Segar (TBS) sawit sebesar 60 ton jam. Pabrik ini berada di anak usaha, PT Menteng Kencana Mas. Alhasil, total kapasitas olah pabrik sawit perseroan menjadi 560 ton/jam. Whittle menyebut pembangunan pabrik ini memerlukan dana cukup besar sekitar US$13 juta. Pembangunan pabrik ditargetkan selesai pada akhir Agustus atau akhir tahun nanti pabrik itu akan bekerja. “Pembangunan pabrik diperlukan sebab kebun itu secara yield sudah bisa memenuhi keperluan PKS,” katanya.
Emiten berkode SSMS ini mengelola bisnis terpadu di 19 perkebunan kelapa sawit, enam pabrik kelapa sawit (PKS), dan satu pabrik inti kelapa sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Indonesia. Dengan adanya pabrik sawit baru di anak usaha PT MKM, maka jumlah pabrik sawit perusahaan menjadi 7 unit. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk juga berencana menambah satu pabrik sawit baru di anak usaha lainnya, PT Mirza Pratama Putra (MPP). “Belum ada pabrik sawit di anak usaha kami ini,” kata Nicholas.
Rencana lainnya adalah membangun fasilitas biogas di tiap pabrik sawit. Total jumlah pabrik sawit yang dimiliki sekarang ini sebanyak 7 unit. Rerata investasi setiap fasilitas sebesar US$4 juta. Dijelaskan Whittle bahwa fasilitas ini menghasilkan listrik untuk menggantikan pengganti diesel sampai gas tabungan. sawit“Capex kami mulai terbagi untuk peningkatan fasilitas operasional dan fasilitas biogas yang membantu menghemat biaya operasi. Itu pun sejalan dengan skemasustainable,” katanya.
Nicholas J. Whittle menjelaskan mengenai kinerja PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. sepanjang tahun 2018, “Kami mencatat kenaikan 33,3% dari produksi TBS tahun-ke-tahun (yoy) dari 1,26 juta ton pada 2017 menjadi 1,62 juta ton pada 2018,” kata Whittle. “Ini diikuti oleh lonjakan produksi CPO sebesar 29,5% yoy, dari dari 343.000 ton pada 2017 menjadi 444.000 ton pada 2018.”
Peningkatan produksi memungkinkan SSMS untuk mengatasi beberapa dampak buruk dari tantangan di seluruh industri, seperti melemahnya harga CPO, debat biodiesel di Uni Eropa, dan tarif impor India yang tinggi. SSMS mempertahankan penjualan dan laba bersih yang masing-masing pada di tingkat yang sehat yaitu Rp3,71 triliun dan Rp86,77 miliar. Perseroan juga mengumumkan akan memberikan dividen sebesar 30% dari laba bersih.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 93, 15 Juli-15 Agustus 2019)