JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Indonesia dikaruniai kondisi tanah dan iklim yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman sawit. Karena itu, tanaman sawit dapat tumbuh subur di Indonesia dan menghasilkan minyak sawit yang mempunyai peran sangat penting pada kesehatan populasi dan perekonomian nasional. Dalam perkembangannya, industri pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu industri berbasis pertanian yang menempati posisi strategis di Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Sebagai tanaman penghasil minyak, mempunyai keungulan lain berkaitan dengan produktivitasnya yang sangat tinggi, yaitu rata-rata 3 ton/ha/tahun. Tidak hanya mempunyai produktivitas yang tinggi, biaya produksi minyak sawit juga lebih murah, yaitu sekitar US$ 160/ton. Hal ini sangat nyata, jika dibandingkan dengan tanaman kedelai yang menpunyai produktivitas hanya sekitar 0,3 ton/ha/tahun dengan biaya produksi kedelai yang mencapai sekitar US$ 300/ton.
Buah sawit dapat menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak sawit/palm oil (PO) dan minyak inti sawit/palm kernel oil (PKO). Walaupun dari buah yang sama, miyak sawit menpunyai sifat fisik, kimia dan gizi yang sangat berbeda denagn minyak inti sawit. Kedua minyak ini mempunyai karakteristik unik yang unggul dibandingkan dengan minyak-minyak lainnya. Namun pada prakteknya, minyak sawit lebih berkembang dengan berankeka ragam aplikasi industri dibandingkan dengan minyak inti sawit.
Khusus untuk minyak sawit (palm oil), aplikasinya pada bidang pangan sunguh sangat luas. Telah lama, minyak sawit dapat digunakan sebagai minyak goreng, sebagai ingridien utama pada shrotening, margarin dan berbagai produk pangan lainnya.
Sekitar 90 persen minyak sawit yang diproduksi dunia sekarang ini diaplikasikan dalam bidang pangan diberbagai belahan dunia. Hal ini menunjukan bahwa denagn teknologi dan formulasi yang tepat, minyak sawit ini telah berkontribusi pada terjadinya suplai pangan aman dan bermutu bagi dunia.
Kandungan asam minyak sawit sangat beragam. Sekitar 40% asam lemak pada minyak sawit adalah asam oleat yang merupakan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty acid), sekitar 10% adalah asam linoleat, yaitu asam lemak tak jenuh ganda (poly– unsaturated fatty acid), dan selebihnya sekitar 50% adalah asam palmitat (45%) dan asam stearate (5%), yang keduannya merupakan asam lemak jenuh. Berdasarkan hal tersebut, minyak sawit mempunyai keunikan dalam hal komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang seimbang. Komposisi asam lemak yang demikian menyebabkan minyak sawit mempunyai stabilitas mutu yang baik.
Komposisi alami yang seimbang tersebut menyebabkan minyak sawit cocok untuk berbagai aplikasi di industri pangan. Salah satunya, komposisi asam lemak menyebabkan minyak sawit mempunyai ketahanan panas yang baik dan cocok digunakan pada proses deep fat frying. Di samping itu, produk pangan yang diformulasikan mengunakan minyak sawit dapat memiliki keawetan yang lebih baik, karena tidak mudah mengalami proses ketengikan dan kerusakan oksidatif lainnya.
Komposisi asam-asam lemak yang seimbang juga menjadikan minyak sawit secara fisik dan bersifat semi-padat. Hal ini menyebabkan minyak sawit dalam bentuk alaminya (tanpa perlu proses hidrogenisasi) dapat digunakan sebagai ingriden untuk formulasi berbagai produk pangan padat. Hal ini menguntungkan, karena proses hidrogenasi (khususnya hidrogenasi parsial) merupakan penyebab utama terbentuknya asam lemak trans yang tidak baik bagi kesehatan.
Berbagai lembaga pangan dan gizi telah menyusun pedoman gizi yang menyarankan bahwa dalam menyusun menu sehari-hari perlu diperhatikan kandungan lmak dari semua pangan dalam menu. Disarankan bahwa asupan lemak keseluruhan hendaknya tidak lebih dari 30% jumlah asupan kalori. Artinya, apabila rata-rata asupan kalori harian kita adalah 2000 kkal, maka kalori yang berasal dari lemak hendaknyatidak lebih dari 630 kkal atau setara dengan 67 gram lemak . Berbagai penelitian pengalaman aplikasi yang panjang, membuktikan bahwa jika dikonsumsi sebagai bagian dari diet yang rendah lemak sesuai rekomendasi, yaitu diet dengan kadar lemak kurang dari 30% dari total energi, konsumsi tepat minyak sawit mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan.
Sumber: Buku Tinjauan Singkat Karakter Unik Minyak Sawit, Prof. Purwiyatno Hariyadi