JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Selama semester pertama tahun ini, kegiatan ekspor sawit mengalami penurunan ke negara tujuan utama seperti Pakistan dan Timur Tengah (Timteng). Sementara itu, pengapalan sawit ke Uni Eropa dan India mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Hingga semester pertama 2017, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan utama juga mengalami pertumbuhan kecuali Pakistan. Ekspor sawit Indonesia ke Pakistan turun 5 persen menjadi 1,05 juta ton dibandingkan periode sama tahun lalu sekitar 1,1 juta ton.
Penurunan juga diikuti oleh negara-negara Timur Tengah lain yang membukukan sebesar 12 persen.
Sebaliknya, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India pada semester pertama 2017 mencatatkan pertumbuhan yang cukup siginifikan yaitu naik sebesar 43 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau dari 2,6 juta ton menjadi 3,8 juta ton.
Kenaikan yang cukup signifikan juga terjadi di Uni Eropa pasalnya negara Benua Biru ini melancarkan hambatan dagang dengan menerbitkan resolusi Parlemen Eropa pada Maret lalu. Namun, kinerja ekspor ke Eropa selama semester I 2017 mencapai 2,7 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu hanya mampu mencapai 1,9 juta ton.
Kenaikan kinerja tersebut diikuti oleh negara-negara Afrika sebesar 36,5 persen, Bangladesh 29 persen, Amerika Serikat 27 persen dan China 18 persen.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI mengatakan, biasanya menjelang perayaan Idul Fitri akan berdampak pada kenaikan ekspor CPO karena konsumsi di negara berbasis mayoritas muslim akan naik permintaannya.
Namun, hal itu tidak terjadi pada tahun ini, ekspor minyak sawit Indonesia tersungkur dengan membukukan penurunan sebesar 18% atau dari 2,6 juta ton pada bulan Mei turun menjadi 2,1 juta ton pada Juni.
Padahal harga minyak sawit juga sedang murah di kisaran USD 640 – USD 725 per metrik ton dengan harga rata-rata USD 681.30 per metrik ton. Harga yang rendah ini ternyata tetap tak mampu mendongkrak ekspor.
“Lesunya pasar minyak sawit global dipengaruhi oleh melimpahnya produksi minyak nabati lainnya seperti kedelai dan rapeseed yang membuat harga kedelai dan rapeseed turun, sehingga minyak sawit yang bukan merupakan minyak nabati utama di Eropa, Amerika dan China bukan menjadi pilihan utama,” ungkapnya.
Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada Juni ini masih stagnan dan cenderung sedikit menurun. Produksi pada Juni ini hanya mampu mencapai 3,327 juta ton atau sekitar 3 ribu ton dibandingkan produksi Mei lalu yang mencapai 3,33 juta ton.