Menko Marves Maritim, Luhut Panjaitan selalu memberikan kejutan bagi industri sawit global. Salah satunya ancaman Luhut bahwa Indonesia stop ekspor sawit ke Eropa. Permintaan 3 juta ton sawit oleh Eropa akan dialihkan Indonesia kepada negara-negara Afrika. Seperti apa peluangnya?
Benua Afrika menempati posisi nomor dua sebagai penyumbang populasi terbesar di muka bumi ini. Jumlah penduduk yang mencapai 1,3 miliar jiwa menempati luasan wilayah 30.224.050 km. Berpijak dari jumlah populasi inilah yang menjadi peluang bagi industri minyak sawit. Pasalnya, konsumen utama produk sawit asal Indonesia dan Malaysia berasal dari negara dengan populasi di atas 200 juta jiwa.
Di Benua Afrika, kawasan negara Afrika Sub Sahara adalah pengguna utama produk sawit. Di kawasan ini, terdapat 46 negara dengan jumlah penduduk di atas 1 miliar. Lalu berapa konsumsi minyak sawitnya?
Berdasarkan data OFI Magazine, Pasar minyak sawit Afrika Sub-Sahara tumbuh secara substansial dalam 10 tahun terakhir. Pada 2019, negara-negara Afrika memproduksi minyak sawit sekitar 2,79 juta ton minyak sawit, tidak cukup untuk memenuhi permintaan lokal sekitar 7,31 juta ton. Untuk mencukupi kekurangan inilah impor minyak sawit memainkan peran utama yang meningkat lebih dari 3 juta ton pada 2010 menjadi sekitar 5,5 juta ton pada 2019, CAGR lebih dari 6,02% di periode tersebut.
Indonesia dan Malaysia bersaing untuk memperebutkan tingginya konsumsi minyak sawit di negara Afrika Sub Sahara. Pada tahun 2010, Malaysia memiliki pangsa pasar 41% dan Indonesia 33%.Pada 2019, pangsa Malaysia turun menjadi 36% dan Indonesia naik menjadi 43%. Ekspor CPO Malaysia kenegara Sub Sahara meningkat dari hanya 63.000 ton 2011 menjadi hampir 1 juta ton pada tahun 2018.
Sementara itu, Ekspor minyak sawit Indonesia ke Afrika Sub-Sahara melampaui ekspor Malaysia pada 2013 setelah itu tidak dapat berkompetisi dengan Malaysia. Sepanjang periode 2015-2018 terjadi penurunan. Walaupun demikian, ekspor produk sawit Indonesia ke Sub Sahara kembali naik menjdi 2,4 juta ton pada 2019. Tetapi, program mandatori biodiesel ikut berdampak kepada pengapalan sawit Indonesia ke Sub Sahara. Selain itu, Indonesi masih condong memenuhi permintaan dari negara pengim porseperti India dan Uni Eropa sehingga belum bisa mengekspor CPO kebeberapa negara Afrika.
Imbasnya, negara Afrika Sub-Sahara juga mengimpor minyak sawit dari negara-negara Afrika Barat diperkirakan 2,8 juta ton pada 2019. Nigeria adalah produsen minyak sawit terbesar di Afrika Barat sekitar 1,22 juta ton. Negara Produsen minyak sawit lainnya antara lain Ghana, Pantai Gading, dan Kamerun.
Founder/Chief Strategist 3XG UK Consulting Ltd., Aban Ofon dalam webinar Virtual Indonesia Palm Oil Conferences 2020 yang diadakan oleh GAPKI, mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang oportunistik untuk ekspor kesejumlah negara, yaitu Aljazair, Sudan, Liberia, Kamerun dan Sierra Leone. Sedangkan, potensi ekspor yang konstruktif ada di Mesir, Kenya, Afrika Selatan, Tanzania, Ethiopia, Djibouti, Mozambique, Mauritania, Republik Demokratik Kongo dan Rwanda.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 141)