JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia akan menuju puncak musim kemarau. Merujuk pada hal tersebut, berbagai usaha dan tindakan preventif untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) perlu ditingkatkan. Pemerintah telah menginstruksikan semua pihak, termasuk pelaku usaha untuk mewaspadai musim kemarau tahun ini mengingat adanya pandemi covid-19 yang dapat memperburuk dampak karhutla.
Musim Mas Grup menunjukkan komitmen dan konsistensi yang kuat untuk mengantisipasi serta menanggulangi kebakaran hutan dan lahan didalam maupun di sekitar areal operasional perusahaan. Upaya ini melibatkan beragam pemangku kepentingan baik pemerintah maupun masyarakat. Kuatnya komitmen Musim Mas terhadap pencegahan dan pengendalian karhutla dapat terlihat dari alokasi anggaran perusahaan. Sepanjang periode 2019, Musim Mas telah mengeluarkan biaya Rp 9 miliar untuk upaya pencegahan dan pengendalian karhutla.
“Sosialisasi tetap berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Begitupula program Masyarakat Bebas Api (MBA) terus diperkuat untuk mengajak masyarakat sekitar aktif dalam mencegah kebakaran. Monitoring dini titik api juga selalu intens dilakukan,” ujar Gunawan Siregar, General Manager Corporate Affair Musim Mas, dalam keterangan tertulis, Kamis (6 Agustus 2020).
Disaat pandemi Covid-19 masih berlangsung, dijelaskan Gunawan, perusahaan menerapkan social distancing dengan mengubah cara perusahaan dalam menjalankan banyak program pelatihannya. Beradaptasi dengan era “New Normal”, perusahaan memanfaatkan teknologi untuk dapat berkomunikasi dan memberikan training kepada masyarakat dan juga kepada staf kami di lapangan.
Kegiatan monitoring dini titik api dilakukan guna mencegah dampak karhutla di tengah-tengah pandemi. Kegiatan monitoring titik api dilakukan oleh tim patroli khusus yang terdiri dari petugas patroli perusahaan dan masyarakat serta melalui satelit VIIRS, MODIS, dan NOAA di dalam dan di sekitar lingkungan perusahaan. Pemantauan dilakukan oleh perusahaan setiap hari dan apabila terdeteksi titik api maka informasi ini akan segera diteruskan ke unit lokasi untuk dilakukan investigasi di lapangan lebih lanjut.
Selain monitoring titik api, perusahaan juga membuat himbauan tertulis kepada masyarakat dan melakukan pemasangan plang himbauan di tempat – tempat strategis yang rawan terjadi kebakaran di dalam areal perkebunan dan daerah yang banyak dilalui masyarakat.
Strategi menggandeng masyarakat desa semakin diperkuat perusahaan dalam mencegah kebakaran. Perusahaan membentuk tim pemadam kebakaran yang melibatkan masyarakat sebagai bagian didalamnya. ”Tim pemadam kebakaran tersebut, selalu kami berikan pelatihan dan edukasi mengenai cara mencegah dan memadamkan kebakaran diberbagai situasi,” ungkap Gunawan.
Selain itu, perusahaan juga menjalankan program Masyarakat Bebas Api sejak 2016. Program tersebut ditujukan kepada desa-desa di sekitar perusahaan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat sekitar agar desanya terhindar dari kebakaran lahan. Pelaksanaan program MBA dilakukan perusahaan – bekerja sama dengan Instansi Pemerintah Daerah terkait untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai bahaya kebakaran lahan dan pentingnya pencegahan kebakaran lahan ke desa-desa kerjasama program MBA. Pelatihan dan sosialisasi ini dilakukan secara rutin minimal 2 kali setahun. Sampai Desember 2019, terdapat 74 desa yang bergabung dengan program MBA Musim Mas.
Apabila desa peserta MBA berhasil menjaga desanya terbebas dari kebakaran lahan selama periode perjanjian MBA berlangsung, maka perusahaan akan memberikan insentif sebesar Rp 25 juta per desa. Penghargaan ini diberikan perusahaan kepada masing-masing desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa tersebut dalam bentuk fasilitas umum desa seperti perlengkapan sarana dan prasarana kebakaran, pembangunan infrastruktur desa serta fasilitas lainnya.