“Minyak sawit meberikan cita rasa lezat pada setiap masakan baik itu sebagai ingredien maupun media untuk penggorengan,” ujar Dr. Dase Hunaefi, Dosen IPB University, saat menjadi pembicara webinar bertemakan “Kampanye Dan Promosi Minyak Sawit Sehat Kepada UKMK”, Sabtu (5 Maret 2022).
Dase menegaskan minyak sawit itu lezat dan pastinya sehat. “Masyarakat indonesia tidak bisa memisahkan diri dari minyak sawit,” ujar dia.
Produk minyak sawit tersebut diantaranya: minyak goreng, margarin, shortening atau mentega putih, cokelat, non dairy creamer dan salad dressing. “Produk yang tetap membutuhkan minyak sawit sambal, bumbu dan marinasi,” tambah dia.
Dia mengakui minyak sawit bikin produk makanan menjadi gurih, asin dan pedas. “Selain itu, lezat, sehat dan nikmat,” tambah dia.
Keunggulan minyak sawit mempunyai asam tidak jenuh berimbang dengan asam lemak jenuh. “Minyak sawit tanpa melewat proses hidrogenisasi, sehingga menekan trans fat yang membahayakan kesehatan,” jelas Dase.
Minyak sawit mengandung sekitar 49% asam lemak tidak jenuh, dibandingkan minyak nabati lainnya. “Makanya yang cocok untuk menggoreng dan titik asapnya pas untuk penggorengan,”ujar dia
Produk sawit memiliki rasio seimbang lantaran asam lemak jenuh dan tidak jenuh, terdiri 40% oleic acid, 10% linoleic acid, 45% palmitic acid dan 5% stearic acid. “Lainnya asam lemak jenuh yang penting untuk media penggorengan. Hampir 25 gram minyak sawit mencukupi kebutuhan vitamin E,” kata Dase.
Vitamin A dan betakarotenyan terkandung dalam minyak sawit sangat penting untuk menjaga kesehatan mata. “Kandungan tokoferol juga tinggi di dalam minyak sawit berupa Vitamin E,” tambah dia.
Di dalam produk makanan selalu ada unsur psikologi sataupersepsi. “Keunggulan minyak sawit kandungan stearin dan olein oke sekali, keberimbangan ini sangat dibutuhkan baik itu minyak goreng maupun ingredien masakan lainnya,” kata peraih gelar doktor bidang Food Biotechnology and Bioprocess Engineering Berlin University of Technology, Jerman.
Selain sehat, dikatakan Dase, minyak kelapa sawit memiliki keunggulan-keunggulan. Diantaranya, memiliki fraksi pada talami; dan komposisi asam lemak minyak kelapa sawit tidak perlu dimodifikasi. Itu sebabnya, menurut dosen IPB dan salah satu peneliti SEAFAST IPB ini, minyak sawit memang dicari karena unsur rasa. Ia lezat, gurih dan nikmat. Terkait isu kesehatan, menurutnya, sebenarnya faktor yang paling menentukan adalah keseimbangan. “A balance of food, exercise, work and life,” katanya mengingatkan pentingnya memperhatikan komposisi antara apa yang kitakonsumsi, kegiatan olah raga kerja dan kehidupan secara seimbang.
Yang jelas, menurut Dr. Dase Hunaefi, minyak kelapa sawit itu terbukti menghasilkan cita rasa yang lezat, menjadi bahan yang sangat baik untuk menggoreng serta menyenangkan dan juga sehat.
Tips menggoreng
Dase mengungkapkan, pada saat menggoreng menghindari memanaskan minyak goreng dengan suhu tinggi. “Ataupun terlalu rendah suhunya juga tidak diperkenankan dengan memasukan masakan yang kita ingin olah,” kata dia.
Dampaknya penyerapan minyak akan terlalu banyak. “Tiriskan makanan setelah digoreng, ini bisa memperpanjang umur simpan minyak,” ujar dia.
Salah satu kelemahan ketika menggoreng yakni oksidasi dari minyak tersebut. “Minyak goreng sebenarnya masih bisa digunakan tiga kali, tetapi jangan sampai berlebihan,” kata Dase.
Menurut dia, apa bila minyak berubah kecoklatan atau hitam lebih baik langsung diganti dengan yang baru. “Minyak mengeluarkan bau yang sangat kuat jika sampai aromanya tercium juga bisa langsung diganti,” tambah dia.
Selain itu, minyak megeluarkan asap berlebih karena sering digunakan, ini juga harus segera diganti. “Kemudian muncul buih berlebih di sekitar minyak akibat sering dipakai juga wajib diganti,” jelas dia.
Penyimpanan minyak goreng tidak diperkenankan langsung terkena cahaya matahari. “Makanya, pilih kemasan gelap lebih bagus atau pindahkan kekemasan yang lebih baik dan ditutup,” ujar dia.
Kemudian menggunakan minyak sesuai kebutuhan saat menggoreng. “Jangan sampai terlalu berlebih atau tidak digunakan sesuai kebutuhan, mau menumis pakai minyak berlebihan,” kata Dase.
(Selengkapnya Dapat di Baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 125)